5 Alasan Kenapa Kamu Masih Sulit Membeli Rumah di Usia 30-an
2 menit membaca
Memiliki rumah sendiri memang bukan perkara mudah. Selain harganya yang terus meroket, lokasinya semakin jauh tergeser ke pinggiran kota. Namun, kenapa kita masih saja sulit miliki rumah di usia 30-an? Berikut adalah alasan-alasannya.
Area-area perumahan di pusat kota dan sekitarnya seakan semakin tidak terjangkau untuk para pekerja level menengah yang memasuki usia 30 tahun.
Padahal, pada usia tersebut kebutuhan pengeluaran keluarga juga semakin besar sehingga tabungan yang disisihkan untuk membeli rumah seakan tak pernah cukup. Apakah memang sulit menabung untuk membeli rumah? Simak alasannya berikut ini.
Kenaikan Harga Rumah Tidak Sebanding dengan Suku Bunga Tabungan
Bunga deposito, jenis tabungan di bank yang paling tinggi nilai suku bunganya, tidak pernah bisa sebanding dengan kenaikan harga rumah. Biasanya, rumah yang diperjualbelikan oleh pihak pengembang akan mengalami kenaikan sekitar 6 – 10 persen dalam jangka waktu 6 bulan. Kenaikan gaji bulanan kamu pun mungkin juga akan susah mengejar kenaikan harga rumah ini.
Harga Barang Material Bangunan Selalu Naik
Jika kamu sudah memiliki tanah sekalipun, kamu mungkin akan kesulitan untuk membangun rumah karena masalah modal. Harga material juga akan terpengaruhi dengan kondisi ekonomi makro negara. Tidak sedikit barang yang dibutuhkan merupakan hasil impor walau ada juga produk lokal yang tak kalah kualitasnya.
(Baca juga: 5 Tips Agar KPR Disetujui dari CekAja)
Namun, biasanya rata-rata kenaikan harganya mencapai 10 persen. Jika hanya dengan menabung di bank dengan deposito sekalipun, modal yang dikumpulkan akan sulit mengejar jumlah kebutuhan kamu untuk membangun rumah idaman.
Mungkin saja kamu bisa menyiasatinya dengan mencicil bangunan rumah. Mulai dari yang kecil, kemudian akan mengalami perubahan terus sampai menjadi rumah impian kamu. Namun, intinya harus ada modal yang disiapkan untuk itu.
Harga Tanah Lebih Tinggi Dibanding Inflasi, Apalagi Kenaikan Gaji
Harga tanah di perkotaan naik sekitar 30%, sedangkan di pinggir kota sekitar 10-20% tergantung lokasi. Kenaikan gaji rata-rata pegawai kantoran adalah 10-15%, disesuaikan dengan kondisi inflasi. Maka itu, wajar jika ada anggapan bahwa makin lama, makin sulit membeli tanah.
Takut Memulai KPR
Solusi yang paling memungkinkan untuk memiliki rumah adalah dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Namun, tidak semua orang merasa berani untuk memilih mekanisme pembayaran ini.
Dengan aturan baru uang muka minimal 20 persen dari total harga rumah, seharusnya kamu bisa lebih mudah memiliki rumah. Kuncinya, kamu harus pintar-pintar mengelola keuangan serta berinvestasi.
Jika ingin mendapatkan keuntungan yang cukup besar dalam jangka waktu cepat ada beberapa jenis investasi yang memang berisiko besar seperti misalnya investasi saham atau reksadana saham.
Namun, ada juga instrument investasi lain yang bisa dipilih sehingga kamu pun akhirnya bisa sekaligus memiliki beberapa jenis investasi. Keinginan untuk berinvestasi properti pun lamban laun bisa terwujud.
Masih Ragu Meski Sudah Ada Uang Muka
Ada orang yang merasa ragu membeli rumah meski tabungan sudah cukup, bahkan sudah mencapai 60 persen harga rumah. Mereka merasa masih akan lebih untung untuk melakukan pembelian secara tunai.
Padahal, bisa jadi justru sebaliknya. Jika kamu mulai membeli rumah idaman kamu saat ini secara kredit, nilai rumah tersebut saat kamu melunasi KPR masih akan lebih besar. Walau memang harus dilihat lagi kemungkinan perkembangan di daerah sekitar rumah yang kamu beli apakah akan memberikan pengaruh kenaikan harga yang signifikan atau tidak.
(Baca juga: Cara Siapkan Uang Muka KPR)
Untuk memulainya, kamu bisa menghitung kembali sisa cicilan yang harus dibayarkan setelah membayar uang muka sebesar 60 persen. Kemudian, cobalah agar jumlahnya maksimum 30% dari pendapatan bulanan anda untuk cicilan rumah. Anggaplah ini sebagai sebuah investasi. Kemungkinan merugi juga sangat kecil, jika semua direncanakan dengan matang.