5 Langkah Mempersiapkan Biaya Kuliah Anak 10 Tahun Mendatang

biaya kuliah_kredit tanpa agunan - CekAja.com

Saat menikah dan punya anak, kita semua tahu bahwa waktunya sudah tiba untuk menyiapkan biaya kuliah anak. Tapi, tidak semua orang bisa melakukannya karena uang yang seharusnya disimpan justru habis untuk susu bayi, biaya masuk playgroup atau kursus bahasa inggris.

Padahal, waktu yang tersisa untuk menabung hanya tinggal 10 tahun lagi. Dan, asal kamu tahu saja, pertumbuhan biaya pendidikan di Indonesia melaju dengan sangat kencang. Rata-rata, kenaikan biaya mencapai 20% per tahun.

Estimasinya, biaya kuliah selama 4 tahun pada satu dekade mendatang mencapai Rp 400 juta. Tidak sedikit bukan? Namun, jangan putus asa dulu. Untuk membantu kamu, CekAja khusus mewawancarai perencana keuangan dari Finansia Consulting, Eko Endarto, untuk memperoleh kiat menyiapkan biaya kuliah anak. Berikut ini 5 langkah yang dianjurkan Eko:

Lakukan riset produk investasi

Pertumbuhan biaya pendidikan jauh melampaui tingkat inflasi. Oleh karenannya, Eko menyarankan agar kamu mencari produk investasi yang efesien. Artinya, tingkat risikonya kecil, namun menawarkan return atau imbal hasil 20% atau lebih.

Dengan imbal hasil lebih 20%, produk tersebut seimbang atau lebih tinggi dibandingkan tren kenaikan biaya pendidikan. Menurutnya, dengan semakin tinggi return yang ditawarkan produk tertentu, upaya menyimpan uang juga bisa lebih ringan. Hal ini lebih jelas dengan kalkulasi berikut ini:

(Baca juga:  Begini Cara Miliarder Kelola Uangnya Agar Makin Kaya)

Tabungan biasa:

Biaya yang dibutuhkan : Rp 400 juta
Dana yang disisihkan per tahun : Rp 40 juta
Dana yang disisihkan per bulan : Rp 4 juta

Investasi return 20% per tahun:

Biaya yang dibutuhkan : Rp 400 juta
Biaya yang disisihkan per tahun : Rp 32 juta
Biaya yang disisihkan per bulan : Rp 2,6 jutaan

Pilih produk jangka panjang

Karena kebutuhan biaya ini bersifat jangka panjang, pilihan investasi yang tepat menurut eko adalah produk yang menghasilkan imbal hasil paling tinggi dengan rentang investasi jangka panjang yakni 10 tahun. Dengan produk investasi long term, kamu juga tidak perlu khawatir dengan gejolak naik-turun nilainya dalam jangka pendek.

Komitmen!

Setelah mendapatkan produk, sekarang waktunya berinvestasi. Nah, menurut Eko, hal paling sulit dalam investasi adalah komitmen. “Banyak yang semangat di awal namun rontok dalam satu atau dua tahun,” tuturnya. Jika kamu merupakan orang yang disiplin, menyetor dana investasi tiap bulan bisa dilakukan. Namun, untuk yang kurang disiplin, Eko menyarankan untuk memaksa diri dengan menggunakan layanan autodebet.

Sisihkan bukan sisakan

Prinsip investasi yang baik adalah menyisihkan dana investasi dari penghasilan yang kamu terima setiap bulan. Sementara cara yang keliru adalah mengalokasikan dana investasi dari jumlah yang tersisa setelah konsumsi.

“Sederhananya, jika kamu menerima gaji, langsung potong sekian persen untuk investasi,” sambungnya. Jadi, seluruh kebutuhan bulanan keluarga harus bisa menyesuaikan dari jumlah yang tersisa setelah dipotong alokasi investasi. Gaya hidup sederhana akan membantu kamu untuk menjalani rencana ini dengan baik.

(Baca juga: Daftar SMP Swasta Terbaik di Bandung dan Biaya Masuknya)

Ini cara membuat bujet bulanan

Berikut ini perhitungan bujet yang harus dilakukan agar rencana menyiapkan biaya kuliah anak bisa tercapai. Pertama, cicilan utang, kedua investasi, ketiga proteksi dan terakhir adalah konsumsi. Jika kamu memiliki cicilan utang, seperti KPR atau KTA, nilai yang direkomendasikan Eko adalah 30% dari penghasilan.

Sementara untuk investasi dan proteksi (asuransi jiwa dan asuransi kesehatan) nilainya mencapai 10% dari penghasilan. Nah, sisanya sebesar 50% digunakan untuk memnbiayai konsumsi. Lantas, bagaimana dnegan dana darurat?

Menurut Eko, dengan memiliki investasi seseorang sebenarnya sudah memiliki dana darurat. Sebab, ketika nilai investasi sudah mencapai 3 kali pengeluaran bulanan kamu, dana darurat sebenarnya sudag tersedia.