6 Kesalahan Ketika Memilih Penasihat Keuangan

Seorang penasihat keuangan bisa membantu Anda untuk mencapai tujuan finansial dengan mudah dan cepat. Namun jika salah memilih penasihat keuangan, justru bisa membahayakan investasi atau dana pensiun hasil kerja keras bertahun-tahun.

Bagaikan dua mata pisau, penasihat keuangan dibutuhkan karena pengetahuan mereka tentang cara mengelola dana dengan tepat dan efisien. Di sisi lain, mereka juga bisa menggunakan pengetahuannya ini untuk membohongi kliennya sendiri.

Walaupun tidak berkutat di sektor finansial, Anda tetap bisa mengambil langkah preventif dengan belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan orang lain. Di bawah ini adalah beberapa kesalahan tersebut:

1. Hanya menemui satu kandidat

Ketika memutuskan untuk menggunakan jasa penasihat keuangan, tentu Anda sebenarnya sedang membutuhkan pertolongan di dalam pengelolaan dana. Secara emosional, kondisi ini membuat seseorang seperti “haus” akan harapan, sehingga seolah-olah tidak bisa membedakan antara impian dan kenyataan. Datangnya seorang penasihat keuangan dengan tampilan dan gaya bicara yang meyakinkan, bisa menjadi “penyelamat” untuk meringankan beban finansial.

(Baca juga: 7 Langkah Efektif Atur Anggaran Bulanan Bagi Anda yang Masih Boros)

Jika hanya menemui satu kandidat penasihat keuangan, kita tentu tidak bisa melakukan perbandingan kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, apa pun yang dia katakan, akan terdengar bagus di telinga kita. Namun dengan memiliki beberapa kandidat, Anda bisa memilih cara pengelolaan dari penasihat keuangan mana yang paling cocok dengan kepribadian Anda.

Penyebab lain mengapa biasanya seorang investor hanya memiliki satu kandidat penasihat keuangan adalah adanya referensi dari anggota keluarga atau teman. Referensi ini bisa memengaruhi penilaian seseorang tentang bagaimana perasaannya terhadap tingkat kepercayaannya kepada penasihat keuangan tersebut. Apalagi jika anggota keluarga atau teman tersebut memiliki gaya hidup yang menarik, tentu penilaian Anda terhadap penasihat keuangan ini menjadi sangat bias.

2. Tidak cek latar belakang dan referensi

“Dia memiliki kantor yang indah, mengendarai mobil bagus dan memiliki banyak klien yang kaya,” deskripsi semacam ini bukanlah bentuk pengecekan latar belakang. Dalam dua puluh tahun terakhir, gambaran semacam ini lebih sesuai untuk para penasihat keuangan yang didakwa atas penipuan terhadap para kliennya.

Layaknya membeli mobil, Anda tentu ingin mengetahui spesifikasi apa saja yang dimiliki oleh kendaraan tersebut, pelayanan dalam bentuk apa yang ditawarkan oleh dealer tersebut atau apakah harga yang dicantumkan sudah sesuai dengan bujet. Begitu pula ketika memilih seorang penasihat keuangan, perlu dicek sejauh mana kemampuan seorang penasihat keuangan tersebut di dalam mengelola dana investor dan bagaimana sistem pembagian hasil investasi yang akan dibagikan untuk sang klien dan dirinya. 

Perlu diingat bahwa kekayaan dan/atau nama besar seorang penasihat keuangan tidak selalu berbanding lurus dengan kemampuannya untuk mengelola dana dengan baik, karena hal ini bisa saja didapatkannya dari profesi lain atau melalui kedekatannya dengan media.

(Baca juga: 5 Pertanyaan Finansial untuk Persiapan Pernikahan)

3. Hanya fokus biaya dan pembayaran

Biaya memang harus diperhitungkan, namun bukan satu-satunya pertimbangan yang perlu dipikirkan. Hal yang sama juga berlaku untuk sistem pembayaran yang digunakan, yang bisa berbentuk komisi dari hasil investasi atau konsultasi yang dihitung per jam.

Nasihat bermutu, tentu saja datang dengan harga yang sesuai dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, coba pertimbangkan juga apa saja yang bisa Anda peroleh dari biaya dan sistem pembayaran yang diterapkan oleh penasihat keuangan tersebut. Jika Anda memang perlu membayar lebih mahal dengan sistem pembayaran yang dihitung per jam namun dapat memberikan hasil investasi yang lebih besar daripada cara lainnya, maka tentu saja layanan ini menjadi sangat bernilai.

4. Hanya miliki rencana jangka pendek

Dalam berinvestasi, waktu merupakan sebuah variabel yang tidak bisa dirubah. Namun, Anda bisa memanfaatkannya dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Begitu pula ketika bekerjasama dengan para penasihat keuangan. Mereka juga harus menjadi bagian dari investasi tersebut. Cobalah susun rencana jangka panjang bersama mereka. Dengan demikian, Anda tidak terfokus pada keuntungan diri sendiri untuk sesaat, namun lebih mempertimbangkan bentuk kemitraan yang dapat saling menguntungkan dalam jangka panjang.

(Baca juga: Persiapkan Rencana Finansial Jika Anda Divonis Penyakit Kritis)

Sebagai contoh, apabila telah memilih penasihat keuangan yang benar-benar dapat dipercaya, Anda sebaiknya tidak langsung menyalahkannya karena investasi yang dilakukan ternyata merugi. Mungkin kerugian tersebut terjadi, bukan karena kesalahan prediksi dari penasihat keuangan tersebut, tetapi karena memang sentimen pasar yang sedang kurang baik pada saat itu.

5. Membiarkan penasihat keuangan mengatur segalanya

Sebagai seorang investor, tentu sah-sah saja untuk mempekerjakan penasihat keuangan untuk mengelola dana Anda, namun perlu diingat bahwa mereka “hanya” sebagai mitra dan bukan pemilik dana. Oleh karena itu, ketika keadaan tidak sesuai dengan yang telah diperkirakan, kerugian hanya akan ditanggung oleh investor.

Ini berarti juga bahwa Anda harus memosisikan diri seperti seorang bos dari penasihat keuangan tersebut. Sehingga ketika mereka kecewa dan memperlakukan si bos secara sewenang-wenang karena tidak mengikuti nasihat yang diberikan, maka sudah sepatutnya sang investor curiga. Bisa jadi, penasihat keuangan tersebut lebih memiliki konflik kepentingan di dalam dirinya.

6. Mempekerjakan anggota keluarga dan teman

Bagi para pekerja di industri keuangan, kasus skema Ponzi yang dilakukan Bernie Madoff—yang terbongkar pada tahun 2008—tentu masih segar di dalam ingatan. Untuk menjalankan skema tersebut, Madoff menggunakan relasi dengan orang-orang terdekatnya. Belajar dari kasus ini, Anda sebaiknya tidak mempekerjakan anggota keluarga, teman atau kerabat dekat lain sebagai penasihat keuangan.

Jika ditelusuri lebih dalam lagi, maka Anda bisa menemukan kesamaan dalam skema penipuan seperti yang dijalankan oleh Madoff tersebut. Kasus ini biasanya terjadi karena  penilaian para investor yang cenderung bias akibat hubungan dekat yang telah terjalin sebelumnya. Bias inilah yang menjadikan kita lupa untuk mengecek latar belakang dan referensi serta kemampuan yang dimiliki oleh orang yang kita percaya untuk mengelola keuangan.

(Baca: 12 Cara Mudah Ajarkan Pengetahuan Finansial untuk Anak)

Walaupun tidak dalam bentuk penipuan, kemitraan dengan orang-orang terdekat bisa merusak hubungan baik diluar bisnis yang telah terbangun sebelumnya. Bayangkan jika sewaktu-waktu mereka secara tidak sengaja salah melakukan prediksi investasi ke depan dan berujung pada kerugian di sisi Anda sebagai investor dalam jumlah besar. Anda akan kesulitan untuk mengambil sikap sebagai “bos” seperti yang telah dijelaskan dalam salah satu poin di atas.

Seperti pepatah yang mengatakan, “pengalaman adalah guru terbaik,” kesalahan-kesalahan di atas adalah contoh kasus yang pernah terjadi selama ini. Bagi Anda yang berniat untuk menggunakan jasa penasihat keuangan, cobalah untuk menerapkan pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik dari kesalahan tersebut, agar pengelolaan keuangan yang dilakukan bisa menjadi lebih baik di masa depan.