8 Hal Sepele yang Bisa Bikin Uang Terkuras

Beberapa hal berikut ini mungkin masing dianggap sepele oleh Anda untuk dilakukan. Bahkan, karena mempengaruhi alam bawah sadar, Anda seakan tidak tahu jika telah melakukannya. Nyatanya, tindakan ini dapat menguras uang lebih banyak.

Belanja memang menyenangkan. Namun, bukan artinya Anda banyak uang kemudian harus selalu membuka dompet untuk beberapa hal yang disebutkan di sini. Sebaliknya, jika mampu menahan untuk tidak melakukannya, akan ada uang yang bisa dihemat.

1. Tergiur karena promo yang tidak penting

Pernahkah saat membeli sesuatu, kemudian ditawari sebuah hadiah khusus jika mengubah paket yang dibeli? Padahal, nyata-nyata paket tersebut sedikit lebih mahal? Mungkin, saat membeli paket makanan di cepat saji dan ditawari sebuah bonus CD musik, misalnya.

Karena ingin menarik pelanggan untuk mengeluarkan bujet, sudah pasti paket yang ditawarkan lebih menarik. Banyak produsen yang melakukan hal ini. Padahal, jika hal itu harus menguras uang lebih banyak, maka haruskah Anda melakukannya?

(Baca juga: 6 Mobil Terbaru 2016 yang Cocok Buat Kamu Kaum Hawa)

2. Gesek kredit, padahal barang tersebut tidak mampu dibeli

Kartu kredit memang mudahkan pembayaran, tapi bukan artinya bisa seenaknya gesek untuk membeli berbagai barang. Apalagi, benda yang dibeli adalah barang yang cukup mahal, dan bahkan sebenarnya tidak mampu Anda beli. Ingat, ada kewajiban yang harus dijalani setelah memakai kartu kredit.

3. Selalu berkata Yes kepada tenaga sales

Entah karena tenaga penjualnya cantik atau ganteng, atau karena barang yang ditawarkan menarik, ketika seorang tenaga penjual menawarkan sesuatu, tidak ada kata lain selain Yes yang akhirnya dilontarkan dari mulut Anda. Kemudian, Anda pun dituntut membuka dompet dan membeli benda yang ditawarkan.

(Baca juga: Tips Tampil Sopan dan Rapi di Kantor Tanpa Menanggalkan Kesan Kasual)

Jika itu yang terjadi, mungkin saat jalan-jalan di mal, dan sepanjang jalan ada 10 sales yang menawarkan barang, maka akan ada lebih dari 5 kata Yes yang akan Anda ucapkan. Mau?

4. Suka coba-coba

Wah… ada tempat pijet baru nih? Salon di situ kayanya belom pernah coba? Restoran di pojok jalan itu menarik juga. Mana dari percakapan itu yang sering Anda lakukan? Kebiasaan coba-coba ini mungkin dapat memunculkan pengalaman baru. Namun, jika sering melakukannya bisa bangkrut juga uang yang akan Anda miliki.

5. Bayar tanpa nawar

Setelah tawar menawar, harga cocok, maka transaksi jual beli dilakukan. Kebiasaan ini memang sudah lumrah untuk dilakukan. Terkecuali berbelanja di pusat perbelanjaan modern di mana setiap barangnya telah memiliki label harga, maka proses menawar wajib hukumnya.

Menawar bukan berarti tidak punya uang. Percayalah, saat melakukannya, dan akhirnya barang yang dibeli harganya sama dengan yang diinginkan, sama seperti seorang pasukan Sparta yang mendapatkan kemenangan di medan perang.

(Baca juga: Beda Proses Pembuatan Kartu Kredit Secara Online dan Konvensional)

6. Gampang keluar duit buat kebutuhan kecil

Jajan gorengan, cemilan untuk dimakan sambil bekerja, atau beli secangkir kopi di kafe dibanding membuatnya sendiri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut mungkin terlihat kecil dan sepele. Namun bila dilakukan berulang, tidak sedikit uang yang kita keluarkan untuk memenuhinya.

7. Daftar membership yang tidak terpakai

Semua kini serba membership, dari belanja di minmarket, isi bensin, dan lainnya. Memang, kita bisa mendapatkan keuntungan dengan keanggotaan tersebut. Tapi kebanyakan tidak gratis lho untuk mendapatkan kartu membership tersebut. Mulai dari syarat nominal pembelanjaan tertentu, hingga ada biaya administrasi.

(Baca juga: Ini yang Bisa Kamu Dapatkan dari Reward Kartu Kreditmu)

8. Belanja di supermarket premium untuk barang yang bisa didapat di swalayan biasa

Belanja sekilo tomat di Kemchick apakah sama harganya di Indomaret atau pasar biasa. Tentu saja jawabannya tidak. Sebagai supermarket kelas premium, harga-harga yang dibandrol sudah pasti mahal. Pertanyaannya, apakah Jangan hanya karena gengsi, akhirnya lebih memilih berbelanja di supermarket-supermarket kelas premium walau kondisi keuangan tidak mencukupi. Padahal, benda tersebut bisa dibeli di swalayan biasa dekat rumah.