Mau Ajukan Kredit, Cek Dulu Rasio Keuangan Keluarga

Mau Ajukan Kredit, Cek Dulu Rasio Keuangan Keluarga

Menghitung rasio keuangan merupakan langkah yang wajib dilakukan sebelum mengajukan pinjaman bank. Khususnya bagi kita yang telah memiliki keluarga dan ingin menjaga agar finansial tetap stabil.

Dengan menghitung rasio tersebut, kita jadi tahu apakah pinjaman yang akan diajukan berdampak positif atau justru berdampak negatif terhadap kesehatan finansial di masa depan.

Mulai dari kebutuhan pengeluaran sehari-hari, pemenuhan kebutuhan bulanan, biaya asuransi kesehatan, hingga cicilan. Agar seimbang dan terpenuhi, semuanya mesti memiliki perhitungan.

(Baca Juga: Cara Mudah Mengatur Keuangan Keluarga Buat yang Baru Nikah)

Bicara tentang rasio finansial, terlebih dahulu kita wajib mengetahui faktor penting yang berkaitan untuk menghitungnya, yakni rasio utang.

Melalui penjelasan berikut ini, kita dapat menghitung sendiri tanpa bantuan orang lain, berikut penjelasannya;

Menghitung rasio utang

Definisi rasio utang adalah perbandingan antara total utang dengan total pendapatan. Karena itu dengan mengetahui jumlah rasio utang, kita bisa mengetahui seberapa besar kemampuan dalam menanggung beban utang.

Selanjutnya kita dapat mengetahui, apakah masih bisa mengajukan tambahan kredit, atau bahkan utang yang dimiliki sudah melebihi kemampuan pendapatan yang ada.

Pendapatan yang dimaksud di sini adalah seluruh penghasilan rutin, baik dari gaji maupun sumber lain dalam kurun waktu satu bulan.

Sedangkan, utang yang dimaksud adalah seluruh cicilan kredit kita, entah itu berupa KPR, kredit kendaraan atau utang lain dalam kurun waktu satu bulan.

Dalam rasio utang juga berlaku rumus: maksimal utang yang bisa kita tanggung adalah 30% dari total penghasilan. Mari kita lakukan simulasi agar pemahaman menjadi lebih jelas lagi.

Misal; A memiliki penghasilan senilai Rp10.000.000/ bulan yang berasal dari gaji sebesar Rp7.000.000 dan uang sewa kontrakan sejumlah Rp3.000.000.

Sementara, A juga memiliki cicilan utang senilai Rp3.000.000/ bulan yang berasal dari kredit motor senilai Rp1.000.000 dan cicilan KTA sejumlah Rp2.000.000.

Jadi;

Rp 3.000.000 (total utang) / Rp 10.000.000 (total penghasilan) = 30

Seperti sudah disinggung di atas, rasio utang yang wajar adalah 30% dari penghasilan. Jika rasionya melebihi batas maksimum, maka kondisi finansial kita terancam dalam masalah.

Pada akhirnya kita bisa mengalami kegagalan melunasi utang dan kebangkrutan akibat terlilit pinjaman yang menggunung. Itulah kegunaan dari menghitung rasio utang sebelum mengajukan pinjaman.

Bagaimana jika rasio utang terlanjur di atas 30% penghasilan?

Jika utang sudah terlanjur melebihi rumus di atas, jangan khawatir. Ada 3 cara efektif yang bisa kita lakukan untuk menurunkan rasio.

Pertama, lakukan nego ulang dengan bank untuk memperpanjang tenor. Secara otomatis, jumlah cicilan berkurang sehingga rasio utang atas penghasilan menurun.

Kedua, kurangi beban utang dengan mempercepat pelunasan utang dengan bunga paling tinggi.

Ketiga, tambah penghasilan.

Cek kesehatan finansial dengan 2 rumus rasio lain

Mau Ajukan Kredit, Cek Dulu Rasio Keuangan Keluarga

Selain rasio utang, ada dua faktor lain yang juga wajib diketahui, khususnya bagi orang yang ingin mengelola keuangan keluarga jadi lebih baik lagi. Rasio pertama adalah rasio likuiditas. Rasio ini erat kaitannya dengan kemampuan keluarga mencairkan aset menjadi uang tunai.

Aset likuid yang dimaksud adalah deposito, reksa dana hingga emas. Sementara, aset yang dianggap kurang likuid adalah kendaraan, tanah atau properti.

Apa fungsi aset likuid?

Setiap rumah tangga sebaiknya memiliki aset likuid. Tujuannya, aset ini sewaktu-waktu bisa dicairkan bila mengalami kebutuhan mendesak seperti sakit, atau kepala keluarga pencari nafkah kehilangan pekerjaan. Fungsi aset ini sebenarnya mirip dengan dana darurat.

(Baca juga: Tips Manajemen Keuangan UKM Agar Terus Berkembang)

Sama seperti dana darurat, rumus aset likuid adalah jumlah aset dibandingkan dengan pengeluaran rata-rata dalam satu bulan.

Agar lebih mudah dipahami, berikut contoh kasusnya:

Misal; A memiliki deposito, emas dan reksa dana yang apabila dicairkan nilainya mencapai Rp10.000.000. Sedangkan pengeluaran rata-rata keluarga dalam satu bulan adalah Rp3.000.000. Jadi:

Rp10.000.000/ Rp3.000.000 = 3,3.

Dari hasil perhitungan rumus tersebut, A memiliki aset likuid yang nilainya sama dengan 3 bulan lebih.

Berapa jumlah rasio ideal aset likuid?

Jumlah idealnya adalah 3 bulan hingga 12 bulan. Semakin besar aset likuid semakin kuat kondisi finansial terhadap guncangan risiko. Selain aset likuid, setiap keluarga juga disarankan memiliki aset yang kurang likuid seperti tanah/ properti untuk mengembangkan nilai investasinya.

Rasio tabungan

Mau Ajukan Kredit, Cek Dulu Rasio Keuangan Keluarga

Rasio selanjutnya berfungsi untuk mengukur apakah porsi uang yang kita tabung sudah cukup atau justru masih kurang. Rumus rasio ini adalah pendapatan setahun dibagi tabungan yang ada di bank.

Tapi ingat, tabungan ini sifatnya tetap bukan uang yang berada di rekening dan digunakan untuk kebutuhan sehari hari. Batas minimal rasio tabungan adalah 10% dari penghasilan.

Berikut ini contohnya:

Rp100.000.000 (penghasilan dalam setahun)/ Rp10.000.000 (tabungan yang berhasil dikumpulkan dalam setahun) = 10.

Nilai 10% ini merupakan angka minimal yang harus dicapai jika ingin keuangan sehat.

Rasio investasi

Mau Ajukan Kredit, Cek Dulu Rasio Keuangan Keluarga

Rasio ini berfungsi untuk mengetahui apakah jumlah Ayo Mulai Investasi Reksadana dari Sekarang! yang kita miliki cukup. Rumusnya sederhana yakni jumlah investasi di atas 50% dari aset yang dimiliki keluarga.

Penjelasan contoh kasus di bawah ini akan memberi penjelasan lebih lanjut:

Keluarga A memiliki aset senilai Rp100.000.000 dan total utang sejumlah Rp 20.000.000.

Artinya, kekayaan bersih keluarga A adalah;

Rp100 juta – Rp20 juta = Rp80 juta

Sementara, jumlah aset investasi yang dimiliki entah itu saham, reksa dana, deposito nilainya mencapai Rp40 juta.

Jumlah di atas merupakan jumlah ideal yang sebaiknya dimiliki. Alasannya, semakin tinggi aset investasi, semakin besar pula penghasilan pasif yang akan diperoleh keluarga, sehingga rasio utang dan rasio investasi keluarga semakin meningkat.