Keuntungan Menguasai Freeport Bagi Indonesia

Jalan panjang nan terjal akhirnya berhasil dilalui pemerintah Indonesia untuk mengambil alih perusahaan tambang emas terbesar di dunia, PT Freeport Indonesia (PTFI). Betapa tidak, setelah hampir 50 tahun PTFI dikuasai Freeport McMoran Inc (FCX) akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk menandatangani perjanjian Head of Agreement (HoA) terkait divestasi saham Freeport Indonesia ke Pemerintah hingga 51%. Bravo!

Keuntungan Menguasai Freeport Bagi Indonesia

Pokok-pokok perjanjian dalam HoA selaras dengan kesepakatan pada tanggal 12 Januari lalu antara Pemerintah Indonesia, Pemerintah Provinsi Papua, dan Pemerintah Kabupaten Mimika, dimana pemerintah daerah akan mendapatkan saham sebesar 10% dari kepemilikan saham PTFI.

Proses penandatanganan perjanjian dilakukan oleh holding perusahaan tambang yang baru saja dibentuk, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, FCX, dan juga Rio Tinto perusahaan tambang asal Inggris-Australia selaku pemegang 40% hak partisipatif di Freeport. Saat ini Pemerintah sudah menggengam 9,36% saham di Freeport Indonesia.

Dalam perjanjian tersebut, disebutkan bahwa Inalum akan membeli hak partisipasi Rio Tinto di PTFI secara tunai dan 100% saham Freeport McMoran di PT Indocopper Investama yang juga memiliki 9,36% saham di Freeport Indonesia. Nah hasil pembelian hak partisipasi tersebut nantinya bakal dikonversi menjadi saham di Freeport Indonesia.

Jumlah yang disiapkan untuk 2 aksi anorganik tersebut mencapai 3,85 miliar dolar AS atau sekitar Rp55,24 triliun. Angka tersebut merupakan jumlah final untuk mengakuisisi saham Freeport dan juga Indocopper.

(Baca juga: Berbagai Pajak Yang Kontroversial)

Untuk selanjutnya, PTFI akan menggelar right issue untuk dapat mengukut besaran saham yang akan dikonversi.

Untuk memuluskan langkah akuisisi tersebut, pemerintah melalui Inalum sudah mengantongi pinjaman sindikasi dari 11 bank asing dan juga nasional.

Mengenai besarannya, jangan khawatir, Inalum sendiri memiliki kas yang cukup tebal, bahkan nilainya mencapai 1,5 miliar dolar AS, dengan jumlah tersebut, Inalum memiliiki kemampuan untuk memperoleh pendanaan dari luar sekitar 3 kali lipat dari nilai kas.

Disamping itu, dalam perjanjian juga disebutkan bahwa PTFI mendapatkan perpanjangan Il-JPK Operasi Produksi maksimal 2X10 tahun.

Jika ditilik lebih dalam, wajar saja jika Freeport McMoran terus mengulur waktu untuk melepas sahamnya di Freeport Indonesia.

Jumlah cadangan emas terbukti dan juga terkira nilainya sangat fantastis. Yuk cek!

Ada Potensi Keuntungan 60 Miliar Dolar AS

PTFI memiliki cadangan terbukti (proven) dan cadangan terkira (probable) untuk tembaga sebesar 38,8 miliar pound, emas sebesar 33,9 juta toz (troy ounce) dan perak sebesar 153,1 juta toz.

Presiden dan CEO Freeport-McMoran Inc Richard Adkerson mengatakan memperkirakan keuntungan langsung untuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan dividen bagi Inalum, berdasarkan harga tembaga di masa depan, sekitar 60 hingga 90 miliar dolar AS.

Iklim Investasi Semakin Baik

Dengan keberhasilan ini, maka cara pandang investor asing terhadap Indonesia dipastikan bakal berubah. Pasalnya Freeport sendiri merupakan perusahaan besar penyumbang devisa bagi Amerika.

Dengan jumlah pendapatan yang mencapai 4,44 miliar dolar AS pada 2017, nilai devisa yang disumbangkan bagi AS tentunya tidak sedikit.

Dengan perjanjian ini, maka setoran dividen akan didominasi Indonesia selaku pemegang saham mayoritas di Freeport. Hal itu dapat juga diartikan sebagai kepastian dalam investasi di Indonesia.

Lebih Transparan

Porsi 51% saham bukanlah jumlah yang sedikit. Dengan kepemilikan tersebut, Indonesia dapat mengontrol langkah Freeport untuk lebih transparan dalam tata kelolanya.

Harapannya, dengan tata kelola yang lebih transparan, pemerintah bisa memaksimalkan semua potensi tambang Freeport untuk kesejahteraan rakyat secara luas.

Terlebih lagi adalah kesejahteraan masyarakat Papua, di mana Freeport bernaung.

Meski begitu pandangan berbeda keluar dari mantan bos PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio.

Dia mempertanyakan alasan pemerintah membeli hak partisipasi Rio Tinto dan harga divestasi yang dinilai terlalu mahal.

Pasalnya menurut Tito dengan Inalum membeli hak partisipasi Rio Tinto di Freeport, maka dananya tidak akan masuk ke PTFI.

“Kenapa mahal banget, mendingan bangun infrastruktur. Ditambah ini kan baru Head of Agreement, ya jangan buru-buru diperpanjang dulu, maksa cari utangan, masih ada cara lain”, tutupnya.