Alasan Fintech Mampu Tingkatkan Inklusi Keuangan

Fintech merupakan kepanjangan dari financial technology atau teknologi finansial.

Konsepnya terdiri dari financial dan technology yang digabungkan dengan sentuhan inovasi modern.

Hadirnya fintech diharapkan mampu meningkatkan inklusi keuangan. Mengapa? Simak alasannya di sini.

Beberapa hal yang dihitung masuk ke dalam fintech Indonesia adalah proses transfer, peminjaman uang secara peer to peer, pembelian asuransi, hingga jual beli saham yang semuanya dapat dilakukan secara online.

Konsep fintech sebenarnya sudah ada sejak pertengahan tahun 2000-an, saat mulai digunakan internet sebagai media yang lebih mudah untuk mengakses data finansial di bank.

Saat ini, perkembangan Fintech sudah menjangkau seluruh kalangan dan dapat memudahkan penggunanya dalam mendapatkan produk finansial.

Terciptanya fintech bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses produk-produk keuangan, mempermudah transaksi dan juga meningkatkan literasi keuangan.

Meski perusahaan-perusahaan Fintech di Indonesia didominasi oleh startup, namun mereka semua potensi berkembang dan maju pesat.

Selain itu, sekuritasnya pun terjamin karena semua telah diawasi oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

Alasan Fintech Mampu Tingkatkan Inklusi Keuangan

Masalah eksklusivitas dalam hal keuangan di Indonesia memang masih amat menjadi sorotan.

Tidak sedikit orang yang masih kesulitan mengakses berbagai jasa keuangan karena minimnya pembangunan khususnya di pelosok daerah, dan lain-lain.

Oleh karena itu, hadirnya fintech diharapkan mampu meningkatkan inklusi keuangan yang masih berada di angka 36 persen.

Ada beberapa alasan yang membuat fintech begitu diandalkan dalam mewujudkan hal tersebut, di antaranya adalah:

Menawarkan berbagai layanan keuangan

Fintech menawarkan layanan keuangan yang lengkap seperti pembayaran, pinjaman dana, pencarian modal, dan bahkan investasi saham.

Tidak perlu lagi datang ke bank atau institusi keuangan hanya untuk mendapatkan layanan keuangan, cukup mengakses layanan tersebut langsung dari komputer atau ponsel.

Anda juga tidak harus menyiapkan banyak dokumen untuk memproses produk finansial yang Anda inginkan.

Hanya dengan melengkapi data pribadi dan finansial pada formulir, semua akan diproses kurang dari satu minggu saja.

Jadi, semakin lengkap layanan keuangan yang ditawarkan, semakin orang bisa mudah mendapatkannya, semakin membaik pula inklusi keuangan Indonesia.

(Baca juga: 6 Pilar Untuk Kerek Inklusi Keuangan)

Akses praktis dan cepat

Dengan adanya fintech, segala bentuk layanan keuangan dapat dilakukan secara praktis dan cepat dimanapun Anda berada.

Semua kalangan juga berhak mengakses jasa keuangan yang mereka butuhkan tanpa pandang bulu.

Jika dulu sejumlah masyarakat masih kesulitan memperoleh layanan keuangan karena faktor domisili, kehadiran fintech jadi sangat memudahkan.

Kondisi ini akhirnya berdampak positif pada daya beli masyarakat terhadap produk finansial sehingga pertumbuhan inklusi keuangan negara pun ikut meningkat.

Meningkatkan kesejahteraan semua kalangan

Selama ini bank atau institusi konvensional hanya melayani kalangan masyarakat yang memiliki penghasilan menengah ke atas.

Sementara masyarakat berpenghasilan rendah kesulitan mendapatkan layanan keuangan seperti kartu kredit atau pinjaman dengan bunga rendah.

Hal ini dikarenakan adanya peraturan Bank Indonesia yang memberikan syarat untuk membatasi pembuatan kartu kredit dan pemberian pinjaman.

Masyarakat yang ingin mendapatkan kartu kredit atau pinjaman harus memenuhi syarat yang ditentukan, seperti memiliki jaminan atau penghasilan tetap yang tinggi.

Namun berkat fintech, masyarakat berpenghasilan rendah kini dapat lebih mudah mengakses layanan keuangan seperti pinjaman bunga rendah.

Sehinga pada akhirnya, tak ada lagi eksklusivitas yang mendorong kesenjangan sosial.

Itulah 3 alasan mengapa fintech berpotensi tingkatkan inklusi keuangan di Indonesia.

Selain dari pada itu, berbagai asosiasi fintech pun tak ayal membuat sosialisasi dan penerapan fintech ke berbagai kalangan kian mudah dimengerti.

Jika semua pihak bisa terus saling mendukung pergerakan fintech seperti ini, bukan tidak mungkin inklusi keuangan Indonesia nantinya mampu berada di puncak, minimal 5 tahun kemudian.

Perkembangan Fintech di Indonesia

Bagaimana perkembangan fintech di Indonesia? Semua berawal dari munculnya Asosiasi Fintech Inonesia (Aftech) pada September 2015.

Tujuan mereka adalah membangun ekosistem fintech di Indonesia.

Tak lama kemudian, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) pun mengeluarkan kebijakan mengenai fintech.

Hal tersebut diatur dalam POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi.

Dengan begitu, diharapkan para pemegang saham, pemerintah, dan pihak terkait lainnya mampu menciptakan dunia fintech yang kondusif.

Hingga kini, perkembangan pengguna fintech itu sendiri kian meroket. Kalau pada 2006/2007 hanya 7 persen, sepuluh tahun berikutnya menjadi 78 persen.

Aftech mengungkapkan, jutaan warga kini sudah bisa dengan mudah mendapatkan kredit melalui industri fintech Indonesia.

Terutama mereka yang sebelumnya kurang terlayani dengan baik oleh lembaga keuangan konvensional.

Di tahun 2025, beberapa bisnis ritel bank bahkan diproyeksi bisa tergerus fintech.

Apalagi perusahaan fintech sudah banyak yang mendapat pengawasan resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Salah satu pelopornya adalah CekAja.com.

Ingin tahu apa saja layanan keuangan yang bisa Anda dapatkan secara online? Cek aja sekarang di CekAja.com!