Awas, Beberapa Wilayah di Banten dan DKI Jakarta Terancam Kekeringan!

Musim kemarau yang terjadi pada tahun ini terasa sangat panas. Beberapa daerah di tanah air bahkan sudah ada yang mengalami kelangkaan air tanah. Nah belum lama ini, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kelas II Tangerang Selatan mengeluarkan peringatan dini tentang kekeringan di beberapa wilayah Banten dan DKI Jakarta.

Jakarta kota terpolusi di dunia

Beberapa wilayah di Jakarta seperi Menteng, Gambir, Kemayoran, Tanah Abang, Tebet, Pasar Minggu, Setiabudi, Halim, Pulogadung, CIpayung, Cilincing, Tanjung Priok, Koja, Kelapa Gading, dan Penjaringan berada dalam status awas.

Sedangkan untuk yang berada di daerah Banten, wilayah yang masuk dalam status awas adalah Bayah, Cilograng, Cimarga, Malingping. Pandeglang di Kecamatan Cikeusik, Cibaliung dan Cimanggu.

Wilayah Serang khususnya Kecamatan Ciruas dan Walantaka dan di Tangerang wilayah yang berada di Kecamatan Teluk Naga, Sepatan, Mauk, Cengkareng, Ciputat, Kresek, Cipondok, Kronjo, Kemiri, Pasar Kemis, dan Tangerang juga masuk dalam status awas.

Untuk perkiraan curah hujan rendah dengan status waspada untuk wilayah Lebak ada di Kecamatan Cileles, Panggarangan, dan Rangkasbitung; Pandeglang di Mandalawangi dan Menes; serta Tangerang di Kecamatan Cisoka.

Kepala Stasiun Klimatologi Tangerang Selatan Sukasno menjelaskan dari data hari tanpa hujan (HTH) hingga tanggal 20 Agustus 2019 lalu, menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah di Banten dan Jakarta mengalami kekeringan selama 20 hari hingga lebih dari 60 hari.

Perkiraan peluang curah hujan baru akan terjadi pada 10 hari ketiga di bulan Agustus dan 10 hari pertama pada September 2019. Itupun beberapa daerah diprediksi akan mengalami curah hujan rendah dengan peluang hingga lebih dari 90 persen.

Rendahnya peluang curah hujan itu bakal berdampak pada sektor pertanian yang masih menggunakan sistem tadah hujan, yakni sistem pengairan yang mengandalkan air hujan sebagai sumber pengairan utamanya.

Selain itu karena rendahnya curah hujan, ketersediaan air tanah juga diprediksi akan mengalami pengurangan bahkan bisa juga menyebabkan kelangkaan air tanah.

(Baca juga:  Awas, Polusi Bisa Sebabkan Kejahatan!)

Polusi di Jakarta

Kamu pasti sudah mendengar tentang tingkat polusi di Jakarta yang sempat masuk dalam kota terpolusi di dunia. Hal itu ternyata merupakan imbas dari musim kemarau dan juga kelangkaan air bersih di Jakarta serta Banten.

Berdasarkan data Air Visual, akhir bulan lalu Jakarta menempati angka 195. Padahal rentang nilai AQI berada di kisaran 0 hingga 500. JIka nilai yang didapatkan semakin tinggi, maka polusi di wilayah itu juga masuk dalam kategori yang mengkhawatirkan.

Membincang polusi sebenarnya hal itu bukanlah hal baru di ibukota negara tercinta kita ini. Sebagai kota terpolusi di dunia, langit biru Jakarta pun kini berubah keabu-abuan akibat pencemaran udara yang tiada akhir.

Sesulit itu kah polusi ditanggulangi? Coba kita telisik ke penyebab utamanya terlebih dahulu. Buruknya kualitas udara ini disebabkan oleh beberapa hal yang terhitung sulit dihindari.

Dari mulai jumlah kendaraan bermotor, debu jalanan, rumah tangga, pembakaran sampah, industri serta pembangunan konstruksi bangunan.

(Baca juga:  Penyakit yang Rentan Serang Lelaki, Apa Saja? Cek Yuk!)

Konon pencemaran udara ini juga semakin diperparah oleh proyek trotoar yang menghasilkan debu-debu ekstra. Namun tetap, polusi udara karena asap kendaraan jauh lebih berbahaya daripada debu yang dihasilkan proyek pelebaran trotoar.

Alasannya karena debu konstruksi tersebut kemungkinan tidak bertahan lama di suatu tempat dan tidak mudah dihirup masuk ke saluran napas manusia.

Dari segi ekonomi, kualitas udara turut memberi dampak buruk lain. Kerugian ekonomi ini harus ditanggung bersama akibat munculnya beragam penyakit karena pencemaran udara. Jumlahnya tak tanggung-tanggung, yakni mencapai Rp 51,2 triliun pada 2016.

Terang saja kerugian ini terjadi. Mengutip laporan Bank Dunia “Air Pollution and its Implication For Indonesia: Challanges and Imperatives for Change , sebanyak 57,8 persen dari populasi menderita berbagai penyakit akibat polusi udara.

Sedikitnya, ada 1.210.581 orang menderita bronchiale asma, 173.487 orang bronkopneumonia, 2.449.986 orang dengan ISPA, serta 336.273 orang dengan pneumonia.

Ditambah lagi 153.724 orang mengidap COPD, dan 1.246.130 sisanya harus berjuang melawan pernyakit jantung koroner. Praktis, dana tersebut dikeluarkan untuk menanggulangi dampak kesehatan melalui pengobatan-pengobatan yang khususnya dialami warga Jakarta.

Miliki asuransi dan juga dana tunai dengan cepat untuk menjaga kesehatan kamu dan juga keluarga. Ajukan segera di CekAja.com dan temukan produk yang sesuai untukmu.