Ayo, Lawan Cyberbullying dengan 4 Cara Ini!

Senin lalu, (14/10/2019) Sulli yang merupakan mantan personil girlbad k-pop f(x) ditemukan tewas di apartemennya.

Menurut polisi, ia nekat mengakhiri hidup akibat depresi berlarut-larut, salah satunya karena cyberbullying.

Cyberbullying adalah segala bentuk tindak penindasan dan intimidasi yang dilakukan melalui internet atau teknologi digital lainnya.

Bentuk perundungan ini umumnya berupa ‘teror teks’ melalui komentar olokan, kasar, fitnah, pemerasan, hingga ancaman yang ditargetkan pada satu individu atau kelompok.

Selain tekstual, tindak penindasan di dunia maya juga bisa berbentuk foto, gambar, atau video yang ditujukan untuk mempermalukan dan mencoreng nama baik korban.

Umumnya konten intimidasi di dunia maya bisa menjurus hal-hal yang berbau seksual. Data yang diperoleh UNICEF pada 2016, sebanyak 50 persen remaja di Indonesia pernah mengalami tindakan cyberbullying.

Dalam rentang usia 13 – 15 tahun, beberapa tindakan perundungan online tersebut di antaranya adalah doxing (mempublikasikan data personal orang lain) dan cyber stalking (penguntitan di dunia maya yang berujung pada penguntitan di dunia nyata).

Selain itu juga ada revenge pom (penyebaran foto atau video dengan tujuan balas dendam yang dibarengi dengan tindakan intimidasi dan pemerasan) dan beberapa tindakan cyberbullying lainnya.

Cyberbullying dan Dampak Bunuh Diri

Cyberbullying itu nyata. Meski hanya terjadi di dalam layar monitor, namun perkataan yang menohok akan sangat membekas dan mempengaruhi kesehatan psikis para korban.

Apalagi karena sifatnya online, ejekan itu sangat mungkin tersebar dan sulit dikendalikan. Citra buruk yang kemudian terlanjur disematkan si pembully, akhirnya dianggap benar oleh khalayak luas karena postingan atau komentarnya di media sosial.

Dampak yang ditimbulkan cyberbullying tak main-main. Menurunnya kepercayaan diri, terganggunya performa dalam belajar atau bekerja, hanyalah segelintir di antaranya.

Selain mengganggu kenyamanan psikis, ending dari cyberbullying yang bertubi-tubi juga bisa memicu keinginan korban untuk mengakhiri hidupnya.

Hal inilah yang turut dialami Sulli. Tak lama setelah kabar Sulli meninggal dunia ini tersebar, heboh juga video cuplikan Live Instagram Sulli terakhir.

Dalam siarang langsung itu, wanita bernama asli Chi Jin-Ri itu tampak sehabis menangis. Ia pun memberikan beberapa patah katanya soal bullying yang dialaminya.

Hasil penelitian yang dimuat dalam Journal of Medical Internet Research, menyatakan bahwa anak-anak muda yang menjadi korban bully di media sosial lebih rentan untuk menyakiti diri sendiri hingga melakukan bunuh diri.

Keinginan bunuh diri para korban cyberbullying ini 2-9 kali lebih besar dari anak-anak lain, bahkan 7 persen di antaranya pernah mencoba aksi nekat tersebut.

(Baca juga: 4 Sektor Bisnis Ini Banyak Pecat Karyawan Karena Kemajuan Teknologi)

Ayo, Lawan Cyberbullying!

Tindakan ini harus dilawan. Sebagai pemilik akun media sosial yang aktif, jangan biarkan cyberbullying mendarah daging dan merusak kehidupan penggunanya.

Dengan melakukan cara-cara positif di bawah, niscaya pembully yang mungkin tengah menyerangmu kapok!

1. Jangan Respon

Pertama, usahakan tidak merespon komentar yang bersifat intimidatif, yang mencaci, mengejek, menghina dan juga mencela. Ada kalanya cyberbullying dilakukan dengan tanpa alasan spesifik.

Bisa jadi sekedar iseng karena pelakunya kurang kerjaan atau memang sentimen tak jelas padamu. Merespon sama saja dengan memperpanjang masalah.

Pasalnya jika kamu bereaksi, tanpa sadar pelaku bullying merasa puas dan akan terus-menerus melakukan perundungan ini.

2. Tutup kolom komentar, block, atau hide

Manfaatkan fitur-fitur sebagai filtermu dari toxic di medsos. Bila kamu aktif bermain Instagram, cobalah gunakan fitur tutup komentar untuk menghindari aksi netizen nyinyir.

Di samping tutup komentar, fitur lain yang sebenarnya paling ampuh digunakan adalah dengan memblokir. Siapapun yang mengganggu kenyamananmu.

Tentu kamu berhak menyingkirkannya lewat cara tersebut. Hide orang-orang agar tidak melihat postinganmu juga boleh saja, jika memblokir dirasa kurang etis.

3. Saring sebelum sharing

Kalau ternyata followers di akun medsosmu banyak yang iseng, sebaiknya mulailah untuk saring sebelum sharing. Pikir seribu kali saat hendak memposting apapun.

Mulai dari foto, tulisan, atau video. Apakah ada informasi personal di dalamnya yang mengundang pembully untuk beraksi?

Biasanya sih jempol mereka selalu gatel tiap melihat fisik seseorang. Jika ada, urungkan niat untuk mengunggahnya.

(Baca juga: 5 Film Inspiratif Wajib Nonton Buat Belajar Bisnis)

4. Capture dan laporkan tindak bullying

Bullying yang kamu alami sudah keterlaluan? Supaya mereka kapok, kumpulkan bukti dengan meng-capture segala bentuk pelecehan di medsosmu.

Entah itu berupa pesan, foto atau komentar agar bisa ditunjukkan ke pihak berwajib. Lagipula, tindakan ini melanggar Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Jadi wajar bila kamu melaporkannya bila sudah tak tahan lagi.

Selain langkah-langkah di atas, kamu juga harus menjaga keamanan akun medsosmu. Jangan sesekali tulis informasi personal pada bio, seperti alamat dan nomor ponsel.

Hindari juga memberi keterangan dimana kamu berada, ketika sedang memposting hal secara realtime (ex: story atau live video). Tujuannya untuk menghindari hal-hal tak diinginkan yang mungkin saja nekat dilakukan si pembully.

Tewasnya Sulli tentu menjadi tamparan nyata untuk kita semua, agar kedepannya lebih berani memerangi cyberbullying. Ingat, ‘Jempolmu, Harimaumu’!

Jika butuh tenaga profesional seperti psikolog, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan mereka. Gunakan asuransi kesehatan yang bisa mencover kebutuhan tersebut. Dapatkan asuransi tersebut hanya di CekAja.com!