5 Bahaya Cetak Sertifikat Vaksin, Mending Online deh!
5 menit membacaTren cetak sertifikat vaksin memang tengah marak. Namun ada bahaya yang mengintai. Yuk, pelajari apa saja bahaya cetak sertifikat vaksin di sini.

Sertifikat Vaksin Jadi Kartu Sakti untuk Beraktivitas
Pemerintah kini gencar menerapkan program vaksinasi. Ini dilakukan guna mempercepat herd immunity di Indonesia.
Nah, masyarakat yang telah mengikuti program vaksinasi, baik dosis satu atau lengkap, akan diberikan sertifikat khusus vaksin Covid-19.
Sertifikat tersebut dapat diunduh lewat aplikasi PeduliLindungi. Sertifikat yang diunduh ini, berlaku untuk berbagai aktivitas, terutama di ruang publik.
Adapun tempat-tempat yang mewajibkan masyarakat untuk menunjukkan bukti sertifikat vaksin Covid-19, yaitu:
- Pusat perbelanjaan modern seperti mall
- Supermarket, pasar tradisional, toko kelontong, hingga swalayan
- Apotek dan fasilitas layanan kesehatan
- Moda transportasi umum
- Warung makan, restoran, dan café
- Salon, pangkas rambut, laundry, hingga bengkel kendaraan
- Wilayah konstruksi publik
- Tempat peribadatan
(Baca Juga: Vaksin Berbahaya Dibatalkan, Ini Fakta Beserta Alasannya!)
Tren Cetak Sertifikat Vaksin, Bolehkah Dilakukan?
Banyaknya tempat yang wajib menunjukkan bukti sertifikat vaksin Covid-19, membuat masyarakat mesti mengunduh sertifikat tersebut di aplikasi PeduliLindungi.
Lucunya, sertifikat yang diunduh itu kini banyak dicetak oleh masyarakat dalam bentuk hard copy. Menurut sebagian orang sih, ‘mencetak’ sertifikat vaksin jauh lebih praktis, karena otomatis enggak perlu lagi mengakses aplikasi PeduliLindungi.
Padahal, mencetak sertifikat vaksin justru sangat tidak disarankan. Hal itu juga sempat disampaikan oleh salah satu pakar keamanan siber di berbagai media Tanah Air.
Menurutnya, mencetak sertifikat vaksin dalam bentuk hard copy malah mendatangkan banyak risiko bagi si pemilik.
Sebab, di sertifikat vaksin sendiri tertera data pribadi seperti NIK, nama lengkap, hingga tanggal lahir.
Mengutip Suara.com, juru bicara vaksinasi dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi juga menghimbau masyarakat untuk waspada terhadap data yang tertera pada sertifikat vaksin Covid-19.
Pihaknya tidak mempermasalahkan apabila masyarakat ingin mencetak sertifikat yang didapat.
Hanya saja, sertifikat vaksin itu memang tidak perlu dicetak kembali karena bisa diakses lewat aplikasi PeduliLindungi.
Inilah Beberapa Bahaya Cetak Sertifikat Vaksin
1. Kebocoran data

Bahaya cetak sertifikat vaksin yang pertama dan paling banyak ditakutkan terjadi adalah kebocoran data.
Pasalnya, sertifikat vaksin yang diberikan pemerintah ini memuat informasi pribadi seperti nomor induk kependudukan alias NIK, nama, dan tanggal lahir.
Informasi tersebut sangat rentan disebarluaskan secara bebas oleh oknum-oknum nakal. Misalnya seperti phising.
Phising merupakan salah satu tindak kriminilasisi melalui dunia maya, dimana tujuan utamanya adalah mencuri akun korban.
Ciri-ciri phising sendiri seperti pelaku menjebak korban dengan memberikan tautan palsu sebuah lembaga.
Untuk menghindari aksi phising, utamanya kamu harus paham dan update selalu informasi terkait aksi tersebut.
Selain itu, kamu juga mesti berhati-hati ketika menerima email. Patutnya, cek secara mendetil nama serta alamat email pengirim.
2. Dibuat untuk mengakses layanan pinjol

Selain berisiko menjadi korban aksi phising, bahaya cetak sertifikat vaksin juga diketahui berupa penyalahgunaan data yang berujung pada layanan pinjol illegal.
Aktivitas kejahatan seperti itu masih kerap terjadi hingga sekarang lho. Mereka yang menjadi korban, mulanya menerima tagihan dari layanan pinjol terkait padahal tidak mengajukan pinjaman sekalipun.
Mengutip Kompas.com, menurut penuturan pengamat TI, Ruby Alamsyah, kasus kebocoran data pribadi di aplikasi pinjol itu murni dilakukan oleh layanan illegal yang memang telah mencuri data pribadi masyarakat, tapi terkesan ‘diberi izin’ oleh pengguna.
Artinya, pihak pinjol illegal memang sudah menanamkan fitur-fitur selayaknya spyware, pada aplikasi yang mungkin sebelumnya telah diunduh oleh pengguna di handphone.
3. Kerap mendapat penawaran produk

Bahaya cetak sertifikat vaksin yang selanjutnya adalah pemilik sertifikat kemungkinan besar bisa menerima teror penawaran produk dari orang yang tidak dikenal.
Meskipun sebenarnya kemungkinan hal itu terjadi sangat kecil sih, mengingat data pribadi yang tercatat pada sertifikat vaksin bukan nomor telepon, melainkan NIK, nama, dan tanggal lahir.
Tapi tetap saja, yang namanya kebocoran data tentunya akan dimanfaatkan oleh oknum-oknum ‘nakal’ untuk berbagai keperluannya, seperti kepentingan telemarketing. Kepentingan telemarketing ini yang paling sering terjadi di masyarakat.
Mereka yang berada dalam pusaran kondisi tersebut memperjualbelikan data nomor telepon orang lain, kemudian akan menerornya dengan SMS spam ataupun telepon untuk penawaran produk.
(Baca Juga: Risiko Perpanjang PPKM Darurat, Ledakan PHK Diduga Kembali Terjadi)
4. Berisiko salah penagihan

Kondisi kebocoran data akibat pencetakan sertifikat vaksin bisa sangat beragam. Salah satunya adalah salah penagihan.
Kondisi itu sebetulnya serupa dengan pembahasan di poin kedua, yakni mengenai akses ke layanan pinjol. Tapi pun tidak cuma pinjol saja, terkadang juga bisa datang dari penagihan kartu kredit.
Salah penagihan kartu kredit belakangan sering terjadi pula. Yang terbaru, adalah mengenai kisah salah seorang pengguna Twitter dengan nama akun @karinhaie.
Karina mendapati dirinya menerima surat somasi tagihan kartu kredit dari bank BNI yang padahal ia sendiri tidak memiliki kartu kredit dari bank tersebut.
5. Pembobolan layanan keuangan

Bahaya cetak sertifikat vaksin yang terakhir adalah dapat mengalami kondisi pembobolan layanan keuangan.
Hal itu berlaku ketika data pribadi kamu seperti NIK, nama, hingga nomor telepon bocor dan kemudian digunakan oleh pelaku untuk membobol sosial media, maupun layanan dompet digital yang dimiliki seperti OVO, DANA, dan lainnya.
Namun aksi pembobolan tersebut sebetulnya bisa diminimalisir, selama kamu sebagai pengguna tidak memberitahukan kode OTP kepada orang lain.
Sebab, kode OTP ini bersifat rahasia yang memang hanya boleh diketahui oleh pemilik akun saja.
Cegah Risikonya, Yuk Hanya Gunakan Aplikasi PeduliLindungi!
Itu dia beberapa bahaya cetak sertifikat vaksin Covid-19 secara hard copy. Daripada mengalami hal-hal yang enggak diinginkan, benarnya gunakan aplikasi PeduliLindungi saja saat kamu diminta untuk menunjukkan bukti vaksinasi.
Sementara buat yang belum vaksinasi sih, segera ya mengikuti program tersebut. Karena, efektivitas vaksin sudah terbukti hingga 90an persen, baik untuk varian Covid-19 pada umumnya ataupun varian yang paling cepat menular.
Selain vaksinasi, kamu juga tetap harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan kalau bisa tambah proteksi untuk diri sendiri maupun keluarga dengan asuransi kesehatan.
Asuransi kesehatan memberikan banyak sekali manfaat, baik dari segi layanan medis maupun keuangan.
Jaringan rumah sakitnya luas, dengan manfaat perlindungan lengkap serta biaya yang dapat dicover oleh pihak asuransi.
Sementara untuk pilihan produk asuransi kesehatannya, kamu dapat mengeceknya langsung pada layanan CekAja.com.
CekAja sendiri merupakan layanan perbandingan sekaligus pengajuan produk finansial, termasuk asuransi kesehatan, yang telah terdaftar OJK dan terbukti handal.
Kamu dapat menggunakan layanan CekAja untuk menemukan produk asuransi Kesehatan yang tepat sesuai kebutuhan dan kondisi keuanganmu.
Mulai dari proses perbandingan hingga pengajuan seluruhnya praktis, karena dilakukan secara online. Jadi, kamu enggak perlu repot lagi mendatangi kami untuk bertanya seputar asuransi.
Nah informasi lebih lanjut mengenai pengajuan asuransinya dapat diakses lewat tabel di bawah ini. Yuk, buruan langsung apply dan nikmati seluruh proteksinya hingga masa mendatang.