Berbagi Tanpa Membedakan, Inspirasi dari Sepenggal Kisah Nabi Yusuf

Berbagi Tanpa Membedakan, Inspirasi dari Sepenggal Kisah Nabi Yusuf

Regulasi dan kebijakan tentang ekonomi secara umum dan Islam khususnya bisa dilihat dari kisah Nabi Yusuf.

Nabi yang diceritakan karena memiliki ketampanannya di masanya ini ternyata memiliki kisah tersendiri dalam membangun sistem ekonomi yang bahkan digunakan hingga sekarang.

Kejadian ini tertuang dalam surat Yusuf yang terdapat di dalam Al-Quran, yang menafsirkan sebuah mimpi Qithfir. Saat itu Raja Mesir yang sedang berkuasa bermimpi melihat tujuh sapi gemuk yang menderita karena dimakan oleh sapi kurus. Serta perbandingan tujuh bulir gandum yang masih hijau dan tujuh bulir gandum lainnya yang terlihat kering dan tidak subur.

Cerita ini kemudian terdengar dan sampai di telinga Nabi Yusuf. Disebutkan pula Nabi Yusuf memberikan semacam nasehat kepada sang Raja untuk menggunakan sistem yang baru agar mimpi buruknya tidak terulang kembali.

Pada saat itu, Nabi Yusuf menyarankan kepada sang Raja untuk menyimpan hasil panen di tujuh tahun pertama untuk mengatasi kondisi atau kesulitan pangan di tahun kedua.

Belajar dari sejarah Nabi Yusuf

Kisah Nabi Yusuf yang sederhana memberikan nasehat kepada Raja Mesir ini mungkin terdengar sepele, namun ternyata sangat berdampak pada pemenuhan kebutuhan masyarakat pada saat itu.

Sebuah sistem atau regulasi yang diusulkan oleh Nabi Yusuf mengajak Raja Mesir lebih cerdas untuk menahan konsumsi yang berlebihan.

Apalagi pada saat itu, Mesir tengah dilanda fenomena alam yang tidak menentu dan memaksa masyarakatnya berpikir keras untuk merawat hasil panen mereka. Sejarah Mesir kuno mencatatkan sempat terjadinya krisis atau ancaman pertanian akibat perubahan iklim yang besar.

Pada saat itu diceritakan, pergantian musim hujan dan musim kering atau dikenal dengan El Nino di jaman sekarang mengancam kondisi pertanian daerahnya selama waktu tujuh tahun berturut-turut.

Hanya berawal dari mimpi, yang kemudian tidak bisa diterjemahkan dengan sempurna oleh Nabi Yusuf saat, itu, kemudian ia menyarankan pendapatnya kepada Raja Mesir.

Berbekal pengetahuan yang dimilikinya Nabi Yusuf pun memberikan solusi, yang disebut berasal dari wahyu Tuhan. Setelah mempertimbangkan bersama cendekiawan yang berada di lingkungan kerajaan, Raja Mesir saat itu memilih untuk mengikuti saran dari Nabi Yusuf.

Selain menyiapkan pangan secara berkala dalam dua periode yang berbeda, bahkan Nabi Yusuf diangkat menjadi penjabat pemerintahan atau setara dengan Bendahara kerajaan yang khusus mengatur urusan pangan rakyat selama kondisi alam belum membaik.

Strategi Nabi Yusuf

Kisah Nabi Yusuf di masa lalu ini pun tidak ubahnya dengan kondisi yang ada sekarang. Berbagai ilmuwan berlomba-lomba menyusun strategi terbaik agar negaranya serta kehidupan umat manusia tidak terancam karena terjadinya perubahan iklim.

Pada saat itu, Nabi Yusuf memiliki strateginya sendiri dengan memproduksi secara besar atau massal hasil gandum di masa subur atau musim hujan. Caranya, Nabi Yusuf memetik gandum bersama tangkainya agar memiliki daya simpan yang lama, serta membuat pengaturan sistem pembenihan yang baik, agar dapat bekerja dengan baik di musim tanam berikutnya.

Cara ini kemudian menjadi salah satu peningkatan tentang bagaimana mengelola stok pangan yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Strategi yang sepertinya kini mulai diadopsi oleh beberapa negara maju di Asia seperti Jepang dan Korea Selatan terhadap hasil pertanian mereka.

Meskipun kehidupan di masa lalu dan berbeda dengan sekarang, serta kemampuan Jepang dan Korea Selatan yang memadukan teknologi dengan kondisi pangan, tentu saja, apa yang dilakukan oleh Nabi Yusuf merupakan sebuah kisah positif yang patut diteladani tentang bagaimana menjalankan sebuah pengelolaan pangan.

Dari cerita Nabi Yusuf ini pula, umat manusia bisa belajar lebih baik bagaimana mengelola ekonomi sebuah daerah tempat melalui kebutuhan pangannya.

Pada jamannya Nabi Yusuf mengatasi krisis yang terjadi dengan strategi, melihat dari sisi teknis, sosiologis, langkah teologis, dan manajemen risiko.

Pada bagian teknis, Nabi Yusuf memberikan contoh tentnag pemahaman pengelolaan benih. Pad amasa itu, sebuah pengetahuan yang diturunkan melalui “Wahyu” Tuhan kepada manusia terpilih seperti Nabi Yusuf adalah kunci.

Dengan bijak den cermat, Nabi Yusuf pun membagikan pengetahuannya ini kepada siapa pun, tanpa harus melihat berbagai macam perbedaan.

Nabi Yusuf mau berbagi dengan siapa saja tentang bagaimana mengelola kehidupan agar lebih baik lagi, khususnya di bidang pangan dan perbaikan ekonomi rakyat Mesir saat itu.