Mereka Bukan CEO, Tapi Masa Depan Perusahaan Raksasa Ini Ada di Tangan Mereka

Pemain penting dalam sebuah perusahaan besar seperti Facebook, Google, Micosoft atau Apple terkadang tidak selalu CEO atau mereka yang kerap tampil di depan umum.

Orang-orang yang bekerja di balik layar atau para executive justru sering melakukan pekerjaan besar yang vital bagi kemajuan perusahaan.

Sebelum Latah Uninstall, Cek Dulu Jumlah Dana R&D Kantor Kamu

Meski memegang peran yang tidak kalah penting, sinar mereka terkadang terhalang oleh CEO atau karena sifat mereka yang pemalu dan tidak ingin tampil di depan publik.

Namun, banyak kalangan memprediksi mereka sebagai pemimpin masa depan perusahaan-perusahaan raksasa tersebut. Ingin tahu siapa saja mereka? mari kita simak bersama-sama.

Sheryl Sandberg

Jika mendengar nama Facebook, orang pasti langsung teringat dengan Mark Zuckerberg, miliuner muda pendiri sekaligus CEO Facebook. Mark memang menunjukkan kecerdasannya mengembangkan Facebook sebagai jejaring sosial yang sangat digemari orang.

Namun, Facebook tidak akan bisa bertahan sampai sekarang tanpa kehadiran Sheryl Sandberg. Perempuan berumur 46 tahun ini merupakan otak bisnis Facebook.

Kepiawaiannya mengendus duit iklan telah mengubah Facebook yang semula merupakan situs pertemanan gratis menjadi mesin uang raksasa.

Para analis memprediksi Sheryl sudah mendatangkan miliaran dollar AS sejak bergabung dengan Facebook pada tahun 2008. Salah satu peran penting Chief Operating Officer (COO) Facebook ini adalah membantu pertumbuhan basis pengguna situs jejaring sosial tersebut dari 70 juta menjadi 750 juta teman yang aktif. Jumlah ini setara 11% dari total populasi penduduk dunia.

(Baca juga: 7 Tips Agar Kamu Cepat Kaya)

Jonathan Ive

Sepeninggalan Steve Jobs, Apple diprediksi akan mengalami kemunduran karena kehilangan aset paling berharganya. Namun, anggapan itu terbukti salah. Apple rupanya tidak kekurangan sumber daya manusia berbakat yang membuatnya terus bertahan di jajaran perusahaan terbesar di dunia. Salah satunya adalah Jonathan Ive.

Chief Design Officer (CDO) Apple ini merupakan komandan departemen desain industri Apple. Ive berperan penting atas penampilan produk andalan Apple seperti iMac, MacBook, iPod, iPhone dan iPad.

Salah satu karya penting lelaki yang kerap disebut sebut sebagai rekan spiritual steve Jobs adalah desain transparan yang diterapkan pada iMac. Desain unik ini sukses menyedot perhatian dunia gadget yang sat itu terlalu terpatok pada warna krem. Jobs bahkan mengakui Ive sebagai sosok desainer cerdas yang juga memahami konsep pemasaran dan bisnis.

(Baca juga: 5 Cara Menekan Pengeluaran Buat Kamu yang Masih Jadi Mahasiswa)

John W Thompson

Setelah Bill Gates dan Steve Ballmer mengundurkan diri sebagai Chairman dan CEO Microsoft, dua orang muncul di jajaran teratas perusahaan yang lahir pada tahun 1975 ini. Mereka adalah John W Thompson dan Satya Nadella.

Jika Satya diprediksi akan mampu membawa Microsoft bersaing dengan dua kompetitornya yaitu Google dan Apple, Thompson merupakan aktor penting yang akan meneruskan kegemilangan Bill Gates memajukan dan mengembangkan Microsoft. Sebelum menjabat sebagai Chairman, pria berusia 65 tahun ini adalah anggota dewan direksi Microsoft.

Bersama Bill Gates, Thompson juga memimpin konferensi untuk mencari CEO bagi microsoft. Thompson juga pernah dinobatkan sebagai Corporate Executive of the Year dan 100 Orang Afro Amerika paling berpengaruh di perusahaan Amerika Serikat.

(Baca juga: 5 Alasan Mengapa Kamu Harus Memulai Bisnis Online)

Sundar Pichai

Di antara para “The Next CEO”, mungkin hanya Sundar Pichai CEO yang sulit digeser peran pentingnya. Hampir mustahil mencari orang lain yang punya peran sepenting Pichai di Google. Pria berusia 43 tahun yang menggantikan posisi Larry Page ini terlibat di hampir semua tim inti Google terutama Chrome.

Di bawah nahkoda Pichai, aplikasi yang sebelumnya tidak menarik ini tampil sebagai browser yang paling banyak digunakan di desktop dan perangkat mobile di dunia. Saking pentingnya peran Pichai, Google kabarnya sampai harus menawarkan puluhan juta dollar agar pria India ini tidak pindah ke Twitter.