Dari Terpuruk Hingga Bangkit, Ini Fakta-fakta Merpati Air
3 menit membaca5 Tips Memilih Maskapai Penerbangan yang Aman dan Nyaman atau Merpati Air digadang-gadang akan kembali mengudara pada 2019 mendatang. Maskapai pelat merah tersebut sejak 2014 berhenti beroperasi karena didera banyak masalah salah satunya utang menggunung.

Merpati Air merupakan maskapai yang sebagian besar terbang untuk rute-rute internasional dan domestik terutama untuk tujuan pelosok.
Maskapai yang didirikan pada 1962 itu kini akan diterbangkan kembali seiring adanya investor yang siap menyuntikan modal. Simak fakta-fakta menarik dari Merpati Air.
(Baca juga: Ini 10 Maskapai Terbaik di Dunia, Ada Garuda Indonesia)
Pernah berjaya di udara
Masa-masa kejayaan Merpati Air masih bisa dilacak terutama pada era 1989 hingga 1992. Tak tanggung-tanggung, Merpati memiliki 100 pesawat mulai dari pesawat jet, baling-baling hingga pesawat berukuran kecil.
Kejayaan Merpati pada era-era tersebut tak lepas dari adanya kerja sama sesama maskapai pelat merah yakni Garuda Indonesia. Saat itu Merpati mulai masuk ke era pesawat jet antara lain DC-9 dan Fokker-28.
Saat kerja sama dengan Garuda, Merpati bertugas sebagai maskapai feeder untuk melayani penerbangan ke pelosok-pelosok.
Namun, sejak kerja sama dengan Garuda berhenti dan pucuk pimpinan Merpati diganti, maskapai pun mulai terpuruk pada 1993.
Imbasnya, dari total kepemilikan pesawat mencapai 100 menjadi terus berkurang. Pada 2014, tercatat pesawat aktif Merpati hanya sekitar 18 unit.

Terlilit utang Rp10,7 triliun
Salah satu alasan Merpati tak lagi beroperasi adalah karena utang yang menumpuk hingga Rp10,7 trilun. Utang tersebut terjadi ketika maskapai dilanda kerugian yang cukup besar pada 2008.
Merpati harus membayar utang sebesar Rp2,8 triliun. Namun, karena tidak sanggup melunasi utang, akhirnya utang Merpati semakin membengkak hingga Rp10,7 triliun pada 2017.
Menteri BUMN Dahlan Iskan saat itu mengestimasikan jika Merpati ingin hidup kembali maka harus disiapkan dana sekitar Rp15 triliun untuk operasional dan membayar utang.
Saat ini, aset yang dimiliki Merpati tercatat hanya tersisa Rp1,21 triliun. Adapun, ekuitas perusahaan minus hingga Rp9,51 triliun dan kerugian perusahaan mencapai Rp737 miliar.
Kementerian BUMN yang membawahi Merpati saat ini tengah mengupayakan untuk membayar utang maskapai serta menyelematkan aset-aset Merpati.
Adapun, PT Perusahaan Pengelolaan Aset (Persero) ditunjuk sebagai pihak yang akan menjembatani antara kreditur dan debitur.
Selain persoalan utang, aset-aset Merpati terutama pesawat juga masih menyisakan masalah. Pesawat-pesawat yang ada diduga sudah tua sehingga tidak akan bersaing dengan maskapai lain.
(Baca juga: Ini Fakta-Fakta Kebijakan Bagasi Berbayar di Maskapai Indonesia)
Mengintip sang investor penyelamat Merpati
Kabar gembira kembali terdengar ketika maskapai Merpati akan mengudara kembali karena adanya investor yang dikabarkan akan menyuntikan modal hingga Rp6,4 triliun.
Investor tersebut yakni PT Intra Asia Corpora (IAC) yang dikendalikan Kim Johanes Mulia.
Pihak Merpati dan Kim telah menandatangani perjanjian transaksi modal bersyarat pada Agustus 2018. Perjanjian ditandangani oleh Direktur PT MNA Asep Ekanugraha dan Direktur PT IAC Kim Johanes Mulia di hadapan Notaris Mohamat Hatta.
Lalu, disaksikan Direktur Utama PPA Henry Sihotang, Direktur Konsultasi Bisnis dan Aset Manajemen PPA Andi Saddawero, Kepala Bidang Restrukturisasi Kementerian BUMN Aditya Dharwantara.
Adapun, isi perjanjian yaitu IAC selaku investor akan menyetor modal sebesar Rp6,4 triliun dalm waktu dua tahun.
IAC sendiri bukan kali pertama menyuntikan modal di sektor maskapai. Sebelumnya persusahaan telah menyelamatkan Kartika Airlines dengan membeli 30 pesawat Sukhoi Superjet 100 (SSJ100).
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta PT Perusahaan Pengelola Aset selaku pihak yang terlibat dalam penyelamatan maskapai diminta untuk melakukan uji tuntas terhadap skenario penyelematan maskapai termasuk kepada sepak terjang investor.
(Baca juga: Ini 5 Jenis Pekerjaan Berisiko Tinggi dan Penghasilannya)
Pabrikan baru untuk Merpati
Upaya Merpati kembali terbang dipastikan bisa terwujud seiring perusahaan tengah memilih pabrikan untuk pesawat anyar.
Bukan Airbus atau Boeing, rencananya pesawat Merpati akan menggunakan pesawat yang dirakit Irkut Corporation.
Irkut Corporation merupakan produsen pesawat berbasis di Rusia yang terkenal memproduksi berbagai jenis pesawat komersial, dan pesawat tempur.
Merpati sendiri rencananya akan membeli peswat komersial jenis MC-21. Pesawat ini memiliki mesin ganda untuk penerbangan jarak menengah dengan kapasitas sekitar 150-212 penumpang. Namun, belum jelas berapa unit pesawat yang akan dibeli perusahaan.