FinTech’s 3rd Meetup: Solusi Struktural Teknologi Layanan Finansial di Indonesia

Usaha menjangkau masyarakat di daerah terpencil untuk mendapatkan akses layanan finansial menjadi tantangan berbagai lembaga keuangan saat ini. Di sinilah peran teknologi finansial dibutuhkan dan menjadi solusi tantangan tersebut. Dalam masa transisi sistem layanan cashless, pemerintah, melalui Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun terus meningkatkan perannya dalam keamanan layanan finansial.

 

Beberapa tantangan layanan teknologi finansial tersebut diungkapkan dalam acara diskusi FinTech Indonesia’s 3rd Meetup yang bertema “Lending or investing online? Join us as we explore risks, opportunities and new platforms!” di Comma, Jakarta, Senin, 15 Juni 2015.

“Dari London ke Singapura, hingga ke Indonesia, produk finansial saat ini saling terkait di dalam FinTech,” kata Chief Executive Officer (CEO) dari CekAja.com, John Patrick Ellis yang menjadi moderator dalam acara tersebut.

Tiga pembicara utama pada malam tersebut adalah pendiri Bareksa, Karaniya Dharmasaputra, Kepala Bisnis eChannel & Digital Bank Commonwealth, Donny Prasetya, dan Managing Director Kartuku Antoine de Carbonnel. Ketiga pembicara ini mengajak para penggiat sektor finansial di Indonesia untuk bekerjasama didalam memanfaatkan teknologi internet saat ini terutama agar industri keuangan dapat bertumbuh secara cepat.

Pertanyaan besar yang dibahas pada diskusi ketiga kali ini diantaranya adalah tentang kesempatan dan tantangan produk investasi yang dimiliki FinTech, serta dukungan regulasi yang dapat mendorong dan membangun ekosistem FinTech di Indonesia.

“Regulasi, seperti keharusan untuk tetap memiliki tanda tangan dalam bentuk fisik yang sangat sulit untuk diperoleh oleh lembaga keuangan dalam menjangkau masyarakat di daerah terpencil masih menjadi salah satu tantangan saat ini,” kata Karaniya. “Tantangan lainnya adalah masih rendahnya investment literacy di masyarakat kita, seperti belum bisa membedakan antara reksa dana vs. Danareksa,” tambahnya.

Di sisi lain, Antoine menjelaskan bahwa perkembangan-perkembangan, seperti semakin meningkatnya peranan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) didalam menjaga keamanan layanan finansial, merupakan pertanda baik yang harus dilanjutkan. “Saat ini kita masih di dalam masa transisi ke ekonomi yang berbentuk cashless,” ujarnya.

Dalam diskusi yang dihadiri sekitar 60 peserta dari perwakilan pegiat bisnis teknologi, praktisi dunia finansial, serta stakeholder ini juga membahas tentang perlunya sebuah inisiasi pengembangan riset untuk mendukung ekosistem FinTech di Indonesia.

Sebagai informasi, FinTech Indo diinisiasi menjadi sebuah asosiasi penyelenggara teknologi jasa finansial yang mempertemukan para penyedia teknologi jasa finansial, lembaga finansial seperti bank dan asuransi, organisasi pengawas kegiatan finansial, serta pemangku kebijakan (stakeholder) finansial baik dari pemerintah dan non pemerintah.

Sharing & Discussion pertama FinTech Indonesia bertajuk How to Collaborate in Developing the Startup’s Ecosystem diselenggarakan pada Kamis 12 Februari 2015 dan kedua bertema Teknologi Jasa Finansial Perlu Dukungan Regulasi Kembangkan Ekosistem pada Kamis 9 April 2015, juga di lokasi yang sama.

Mau bergabung dan informasi lebih lanjut, kunjungi langsung halaman FinTech Indonesia.