Gara-gara Typo, Hacker Ketahuan Curi 81 Juta Dolar
1 menit membacaTypo atau salah ketik adalah masalah klise dan pasti pernah dialami semua orang. Namun, masalah sekecil salah ketik atau typo ini bisa punya buntut panjang. Contohnya, kamu dan pasangan bisa menjadi saling salah paham karena typo saat bertukar pesan.
Tapi bagaimana ya dampaknya kalau typo dilakukan oleh hacker? Ternyata, karena salah ketik, polisi berhasil menbongkar aksi sekelompok hacker yang mencuri uang senilai US$ 81 juta. Para hacker tersebut diketahui mencuri uang dari bank sentral Bangladesh karena kesalahan kecil yakni keliru mengetik kata “Foundation” menjadi “Fandation”.
Karena typo inilah, pihak federal reserve bank menjadi curiga. Coba bayangkan, bagaimana bisa dalam transaksi bernilai puluhan juta dollar terjadi kesalahan pengetikan? Akhirnya, pihak Federal Reserve Bank pun langsung mengkonfirmasinya kepada bank sentral Sri Lanka.
Karena merasa tidak sama sekali melakukan permintaan transfer tersebut, bank sentral Sri Lanka pun kalang kabut dan membatalkan permintaan transfer yang rupanya dilakukan oleh kelompok hacker itu.
Pencurian yang digagalkan merupakan permintaan transfer senilai US$ 20 juta. Nah, setelah diusut ternyata para hacker sebelumnya berhasil membobol uang senilai US$ 81 juta. (Baca juga: Di Negara-negara Ini Tiket Pesawat Dihargai Murah)
Setelah diusut
Nilai transfer yang begitu besar yang mengatasnamakan yayasan non-profit Sri Lanka, Shalika Foundation, ternyata hanya tipuan. Karena setelah uang diterima, dana kembali ditransfer ke beberapa bank di Filipina.
Kemudian, untuk mencuci uang tersebut, para hacker mengkonversi uang hasil curian dalam bentuk chip judi di berbagai tempat perjudian lokal. Setelah dijadikan chip judi, para hacker menguangkan kembali chi-chip tersebut dan mentransfernya ke beberapa bank di Hong Kong.
(Baca juga: Hewan Liar Akan Menemani Kamu Ketika Menginap di Hotel-hotel Ini)
Bank sentral Bangladesh merasa dirugikan
Karena telah kehilangan US$ 81 juta dan menyatakan tidak bisa mengembalikan uang tersebut, Bank Sentral Bangladesh meminta pihak Federal Reserve Bank untuk bertanggung jawab.