Hindari 10 Hal Ini Agar Masa Tua Kamu Tidak Nelangsa
4 menit membaca
Pernahkah kamu memimpikan wisata kuliner keliling dunia saat pensiun nanti? Atau, keliling dunia sambil memancing dengan kapal pesiar pribadi? Jangan khawatir, impian itu bukan hanya miliki kamu kok.
Sayangnya, tidak semua tahu bagaimana cara mencapai impian itu dengan baik. Antara pernah melansir, survei yang dilakukan oleh Eastspring mengatakan, hanya 20 persen warga Indonesia yang siap menghadapi pensiun. Survei ini dilakukan pada 400 responden yang tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan.
Saat kamu tahu perencanaan simpanan untuk hari tua seperti apa, pasti kamu merasa sedikit lebih tenang. Tetapi, tentu saja perencanaan tidak cukup karena harus segera direalisasikan dengan baik. Cobalah hindari 10 hal ini agar perencanaan tabungan masa depan pensiun kamu bisa mencapai target.
1. Tidak Memperhitungkan Jangka Waktu Pensiun
Kehidupan masa pensiun semakin lama semakin panjang karena harapan hidup saat ini bisa semakin besar. Jika orang pensiun sejak usia 60 tahun, mereka masih memungkinkan untuk memiliki masa pensiun setidaknya selama 20 tahun, bahkan 30 tahun.
Itulah mengapa semakin cepat kamu memulai investasi untuk hari tua, hasilnya akan semakin baik. Kamu bisa segera merencanakan perkiraan pendapatan bulananmu ketika pekerjaan tak lagi menjadi penopang hidup. Dengan begitu, kamu bisa segera memulai tabungan dana pensiun kamu sedini mungkin.
2. Tidak Memperhitungkan Inflasi serta Potongan Pajak
Menurut Gregory Sarian, CPWA, CIMA, CFP, managing director and partner of HighTower, nilai pengeluaran yang direncanakan pada usia 60 tahun pasti akan semakin bertambah dua kali lipat pada 20 tahun setelahnya. Jadi, penting untuk tidak hanya merencanakan dana pensiun dengan kisaran besaran di tahun kamu pensiun nanti.
Kamu juga harus memperhitungkan inflasi serta kemungkinan potongan pajak yang cukup memengaruhi besaran tabungan kamu. Kecuali, kamu bisa hidup dengan standar hidup yang lebih rendah dari sebelumnya.
(Baca Juga:Â Rekomendasi Gedung Pernikahan di Jakarta Sesuai Bujet)
3. Selalu Dihantui Ketakutan Untuk Investasi
Orang cenderung lebih takut untuk berinvestasi saham dibandingkan kehilangan pekerjaan mereka, atau berbicara di depan umum, atau bahkan takut sekarat. Selain itu, kekhawatiran mereka juga lebih banyak tertuju pada hal lain yang tidak berhubungan dengan jaminan masa tua mereka.
Dalam survey Nationwide Financial yang dilakukan Harris Interactive di Amerika Serikat, 83 persen responden mengaku takut jika harus kembali menghadapi krisis moneter. Selain itu, ada 72 persen responden yang merasa tak mampu mengatur anggaran untuk perawatan kesehatan mereka. Dan, ada 71 persen responden yang takut tidak mampu membiayai sekolah anaknya dengan baik.
4. Lebih Memilih Mengandalkan Dana Pensiun yang Sudah Diberikan
Dana pensiun yang sudah diberikan kantor kamu mungkin memang bisa diandalkan. Kamu pun mungkin sudah merasa makin cukup dengan tambahan potongan BPJS Ketenagakerjaan yang juga sudah didaftarkan kantormu. Tetapi, coba hitung kembali tujuan penggunaan dana pensiun itu sendiri.
Sertakan juga kebutuhan biaya kesehatan kamu. Jika ternyata masih belum cukup, cobalah untuk membuat pos tabungan dana pensiun. Mungkin untuk tahapan pertama gajimu belum mencukupi untuk itu.
Cobalah untuk membuatnya saat ada anggarannya serta tingkatkan terus jumlahnya saat kamu semakin bertambah usia. Karena, saat kehidupan karier atau bisnis kamu terus berkembang kamu pun seharusnya sudah memiliki pendapatan yang lebih besar dari sebelumnya.
5. Tidak Membuat Tujuan Keuangan yang Spesifik
Jika kamu sendiri tidak tahu tujuan simpananmu, untuk apa juga kamu menabung? Kehadiran tujuan ini bisa menjadi sebuah target besaran tabungan yang ingin kamu capai. Ada pakar keuangan yang menyarankan untuk segera menyimpan 80 persen pendapatan tahunan kamu untuk bisa menjadi jumlah estimasi jumlah pengeluaran kamu di masa pensiun nanti.
Yang jelas, kamu harus tahu kisaran nilai pengeluaran kamu saat sudah pensiun nanti agar akhirnya kamu pun memiliki target sendiri yang harus dicapai.
(Baca juga:Â Ide Souvenir Pernikahan Hemat Bujet Buat Tamu Undangan)
6. Sudah Sangat Yakin dengan Perencanaan Keuangan Sendiri
Kehadiran sumber informasi online memang seakan memanjakan kamu dan banyak generasi milenial saat ini. Akhirnya, kamu seakan sudah mendapatkan saran terbaik meski sebenarnya itu adalah perencanaan yang hanya kamu buat seorang diri. Pemikiran dari dua kepala tentu lebih baik dibandingkan satu kepala saja. Maka, tidak ada salahnya untuk mendapatkan saran terbaik dari pakarnya.
Saran yang diberikan tentunya akan lebih tepat dengan karakteristik kamu karena dibangun dari diskusi yang lebih baik dibandingkan dengan interaksi di dunia maya.
7. Terlalu Berani Mengambil Risiko
Ada rambu-rambu yang harus diperhatikan saat memulai investasi jaminan hari tua. Saat kamu memulainya di usia muda, kamu bisa memilih simpanan yang lebih bersifat agresif seperti misalnya saham. Karena, ada waktu yang lebih panjang untuk bisa bangkit kembali dari kerugian.
Saat kamu memulainya di usia 40-50 tahun, mungkin kamu lebih mempertimbangkan risiko yang ada. Kemudian, jika sisa waktu tinggal 10 tahun lagi menjelang pensiun, tentu saja kamu ingin menginvestasikan uang kamu di tempat-tempat yang lebih konservatif.
(Baca juga:Â Hitung Cicilan Kredit dengan Simulasi Pinjaman Bank)
8. Terlalu Konservatif
Risiko memang harus diperhitungkan, tetapi kamu juga tidak bisa menjadi terlalu konservatif dalam berinvestasi. Jika kamu merasa cukup puas dengan tingkat suku bunga yang rendah, perencanaan kamu untuk meraih masa pensiun impian akan lebih sulit tercapai.
Kuncinya, kamu harus bisa membuat alokasi investasi yang lebih tepat untuk mencapai target jumlah dana pensiun yang kamu idamkan itu.
9. Tidak Sabar Menanti Tabungan Terkumpul
Jika bukan karena bangkrut atau masalah keuangan darurat lainnya, bukanlah keputusan yang tepat untuk mengambil investasi dana pensiun kamu. Mungkin saja kamu tergoda untuk menguangkan dana pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan. Yang harus dipastikan, yakinlah bahwa keputusan kamu sudah tepat. Meski mungkin dananya tidak mencukupi untuk membiayai hidup kamu saat pensiun nanti, dana BPJS itu juga bisa diperhitungkan dalam anggaran pensiun kamu.
(Baca juga:Â Mengenal SSE Pajak: Pengertian, Keuntungan, dan Cara Daftar)
10. Tidak Peduli dengan Perkembangan Investasi yang Dimiliki
Banyak orang yang akhirnya merasa sudah cukup saat memulai investasi dengan pilihan standar. Jika hanya seperti itu, belum tentu instrumen investasi yang kamu pilih bisa membantu kamu mencapai target jumlah dana pensiun yang kamu inginkan.
Selalu perhatikan kembali risiko simpanan serta jangka waktunya sampai dengan masa pensiun kamu nanti. Dengan perhitungan itu, cobalah melakukan perhitungan secara berkala perkembangan simpanan dana pensiun kamu agar kamu pun tahu apakah sudah berada pada jalur yang tepat atau tidak.