Imbas Corona, IHSG Anjlok, Inflasi Meningkat

Senin kemarin (2/3), Presiden Joko Widodo mengumumkan 2 warga negara Indonesia (WNI) terpapar virus novel corona. Hal tersebut langsung berdampak terhadap kondisi ekonomi dalam negeri. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada perdagangan Senin lalu langsung ditutup melemah 1,67% ke level 5.361 poin, padahal pada awal perdagangan IHSG masih sempat bertengger di angka 5.452 poin.

tips atur uang _ investasi - CekAja.com

“Bibit corona yang memang sudah tertanam dalam sendi ekonomi tanah air, menguat begitu tersiar kabar, virus asal Wuhan sudah tiba di Indonesia.

Banyak juga orang yang akhirnya terjebak dengan rasa khawatir memilih untuk menyiapkan stok makanan untuk satu atau dua bulan kedepan.

Untuk meredam rasa takut yang terlanjur meluap, Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa Corona merupakan virus yang bersifat self limiting disease atau penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya. Tergantung daya tahan tubuh seseorang.

Penyakit flu dan juga batuk juga masuk dalam kategori tersebut, self limiting disease. Flu dan batuk juga berasal dari virus.

Tetapi sayang, virus corona sudah berubah menjadi sentimen yang menakutkan bagi sebagian orang. Terutama bagi pelaku usaha.

(Baca juga: WNI Ibu dan Anak Positif Virus Corona, Begini Kronologi Penularannya)

1. Indeks saham dunia anjlok

Minggu lalu di warnai tekanan turun bursa-bursa global, regional dan Indonesia.

Indeks utama Wall Street semua turun sepekan dimana dalam semingguan Dow Jones turun 12%, Indeks S&P 500 turun 11,5% dan Nasdaq terkoreksi 10,5%. Secara mingguan ini merupakan kinerja terburuk sejak 2008.

Direktur PT. Anugerah Mega Investama, Hans Kwee mengatakan kecemasan pelaku pasar terjadi karena penyebaran virus korona saat ini tumbuh lebih cepat di luar Cina.

Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran pada pasokan barang dan permintaan konsumen turun lebih besar dari estimasi sebelumnya.

Akhir pekan indeks dunia turun akibat pejabat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengkonfirmasi kasus pertama virus korona AS di California Utara.

Pasien ternyata tidak memiliki riwayat perjalanan atau kontak sehingga membuat orang tersebut berada dalam risiko terkena virus corona.

Gubernur California Gavin Newsom mengatakan pemerintah AS memantau 8.400 orang terkait virus korona.

2. Corona memicu resesi global

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa virus Korona memiliki potensi menjadi pandemi.

WHO berpendapat epidemi virus corona telah mencapai titik puncak di Cina, tetapi kekhawatiran meluasnya penyebaran virus di negara lain ikut menimbulkan kekawatiran para pelaku pasar.

Lembaga pemeringkat Moody’s berpendapat, dampak virus corona akan memicu resesi global pada paruh pertama tahun ini.

Proyeksinya, wabah virus corona bisa berhasil di tanggulangi, tetapi pertumbuhan global pada kuartal pertama tahun 2020 pasati akan terpukul turun.

Bursa kawasan Eropa juga mengalami tekanan, seiring negara-negara kawasan Eropa juga mengalami penyebaran virus corona.

Estonia, Denmark dan Yunani melaporkan kasus virus korona pertama, Inggris melaporkan dua kasus baru.

Virus corona juga di temukan di Austria, Swiss dan Spanyol. Prancis telah mengkonfirmasi kematian keduanya.

Di Kawasan Italia menjadi perhatian utama karena virus korona yang kini menyebar ke selatan Negara tersebut dimana lebih dari 600 orang dan ada 12 orang yang meninggal dunia.

Perdana Menteri Giuseppe Conte mengharapkan pemberitaan yang tidak terlalu sensasional karena dapat menyebabkan ekonomi Italia yang rapuh ke jurang resesi.

Saat ini di Dunia ada lebih dari 83.700 kasus virus korona yang dikonfirmasi. Dari jumlah itu jumlah kematian berada pada angka 2.859 orang.

Pada hari jumat beberapa Negara mengumumkan kasus pertama diantaranya Azerbaijan, Belarus, Lithuania, Meksiko, Selandia Baru dan Nigeria.

Nigeria merupakan negara terpadat di Afrika. Di awal pekan Kuwait, Bahrain, Oman dan Irak juga melaporkan kasus virus corona.

3. Inflasi meningkat

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), inflasi pada bulan Februari berada di angka 2,98%. Lebih tinggi dibanding inflasi Januari yang berada di angka 2,68%.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, kenaikan harga bawang putih menjadi salah satu penyebab laju inflasi Februari. Naiknya harga bawang putih dikarenakan terbatasnya pasokan yang ada dari supplier.

Selain bawang putih, cabai merah, daging ayam ras dan juga jeruk menjadi kelompok yang juga ikut mempengaruhi inflasi di bulan lalu.

Hal tersebut merupakan imbas dari adanya pembatasan impor komoditas dari Cina ke Indonesia akibat Corona.

(Baca juga: Perekonomian Indonesia Terancam Corona)

4. Adanya potensi gangguan terhadap investasi

Merujuk pada data realisasi investasi atau penanaman modal asing (PMA) di Indonesia, Cina merupakan urutan kedua atau penyumbang 16,8% dari total PMA atau setara dengan 4,74 miliar dolar AS dengan 2.135 proyek.

Hong Kong berada di urutan keempat sebesar 2,89 miliar dolar AS dengan 1.512 proyek. Sedangkan Singapura di urutan pertama sebesar 6,59 miliar dolar AS dengan 7.026 proyek.

Jepang sendiri di urutan ketiga sebesar 4,31 miliar dolar AS dengan 3.840 proyek. Mengingat besarnya investasi dari kawasan Asia ke Indonesia penyebaran virus corona dikhawatirkan menggu potensi investasi dalam negeri.

Dalam perdagangan Internasional Cina memiliki pengaruh lumayan besar terhadap Indonesia.

Mengacu pada data nilai ekspor Indonesia ke Negara China, pada 2019 nilainya mencapai 25,8 miliar dolar AS atau mencapai Rp353,5 triliun.

Angka tersebut mencapai 16,7% dari total ekspor Indonesia. Sedangkan total nilai impor Indonesia yang berasal dari Cina sebesar 44,6 miliar dolar AS atau Rp611 triliun.

Adapun komoditas yang dikirim dari Cina ke Indonesia didominasi oleh bahan baku dan alat produksi, sehingga bila dampak virus corona berlangsung lama akan cukup merugikan.