Ini Dia Potret Pemilu 2019 di Berbagai Negara

Beberapa negara sudah terlebih dahulu melaksanakan pemilu 2019. Pemungutan suara di luar negeri memang diadakan sejak 8-14 April 2019. Adapun Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) dibentuk oleh KPU ditunjuk untuk bertugas melayani WNI dalam menyalurkan hak pilihnya.

Tujuan early voting ini tak lain memberi kesempatan lebih banyak pemilih agar bisa mencoblos. Mengingat pelaksanaannya jatuh di akhir pekan, sehingga tidak ada lagi alasan untuk golput. Meski begitu, proses penghitungan suaranya tetap dilakukan serentak dengan di dalam negeri.

3 Metode Pencoblosan di Luar Negeri

Pemungutan suara di luar negeri dilaksanakan dengan mengadaptasi tiga metode. Pertama, memilih di TPS Luar Negeri (TPSLN).

TPSLN bisa ditemukan di kantor-kantor perwakilan Republik Indonesia seperti seperti KBRI, KJRI, dan KDEI.

Metode kedua, lewat Kotak Suara Keliling (KSK). KSK dilakukan penyelenggara dengan mengelilingi tempat warga berkumpul baik di perkantoran maupun pemukiman penduduk.

Metode ini tetap mengharuskan pemilih agar namanya terdaftar dulu. Terakhir melalui metode pengiriman pos. Pos membutuhkan waktu cukup lama untuk mengirimkan kepada alamat yang sudah tersedia dalam daftar pemilih. Maka itu, metode ini dilakukan paling awal dari yang lain.

(Baca juga: Pemilu 6 Hari lagi, Tapi Ada yang Sudah Mencoblos Lho!)

Antusiasme Pemilih Luar Negeri

Bermukim jauh dari Tanah Air, tak membuat WNI enggan untuk berpartisipasi dalam pesta demokrasi kali ini. Antrean justru terlihat begitu ‘mengular’ hampir di setiap lokasi mereka mencoblos.

Singapura, Osaka, London, Berlin, dan Sydney menjadi kota dari sejumlah negara di luar sana yang paling disorot semenjak pemilu diselenggarakan.

Di negara tetangga Singapura, istri presiden keenam Ani Yudhoyono tampak mencoblos langsung dari rumah sakit tempatnya berobat sejak Februari 2019, National University Hospital (NUH).

Ia didampingi beberapa petugas TPS PPLN Singapura yang mengantarkan bilik suara khusus untuknya di ruang perawatan. Sedangkan SBY mencoblos bersama puluhan ribu WNI di KBRI Singapura.

Mantan guberbur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) pun tak mau absen menyuarakan hak pilihnya meski tengah berada di Osaka, Jepang. BTP lantas mengunggah momen tersebut ke akun Instagram @basukibtp.

Dalam foto itu Ahok tampak berkemeja putih dan mengacungkan jari telunjuk tangan kanannya yang telah ditandadi dengan tinta pemilu.

Sejumlah public figure seperti El Rumi dan Angie Virgin yang diketahui menetap di London, Inggris misalnya. Walaupun harus mengantri sampai 2 jam, mereka rela menunggu giliran mencoblos.

Begitupun Acha Septriasa yang melalui akun Twitter pribadinya, mengaku butuh perjuangan untuk bisa mencoblos di Sydney.

Antusiaseme pemilu juga terlihat jelas di Berlin, Jerman. PPLN bersama KPPSLN TPS dan dihadiri para saksi independen melakukan rekapitulasi penghitungan jumlah pemilih TPS.

Dari penghitungan tersebut, tercatat jumlah pemilih menembus 1.257 orang atau sekitar 93.7% dari angka pemilih TPS.  Angka ini naik cukup signifikan dibanding 15 tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 tercatat 70,99%, tahun 2009 sebesar 71.77%, dan tahun 2004 76.60%.

(Baca juga: Jangan Golput! Kamu Bisa Hedon dengan Modal Jari Bertinta)

WNI di Sydney Ajukan Pemilu Ulang

Namun, pemilu di Sydney, Australia konon sempat mengalami kisruh cukup serius. Sejumlah penyebab mengemuka, mulai dari kabar TPS yang tidak mengantisipasi kendala dalam proses pemungutan, hingga jumlah pemilih non-DPT (daftar pemilih tetap) yang membludak berdatangan ke lokasi itu.

Para WNI yang masuk ke daftar pemilih khusus baru bisa mencoblos satu jam sebelum penutupan. Alhasil sebelum mendapat giliran, TPSLN keburu ditutup.

Menurut KPPLN Sydney, pemungutan suara telah dimulai pukul 08.00 sampai 18.00 waktu setempat. Pelayanan pertamanya diberikan kepada pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri (DPTLN) dan Daftar Pemilih Tambahan Luar Negeri (DPTbLN).

Jadi sebenarnya pelayanan untuk pemilih pemilih DPTLN dan DPTbLN disebut berlangsung baik. Sayangnya, banyak pemilih yang datang tidak terdaftar atau tidak tahu bahwa yang bersangkutan masuk dalam kriteria Daftar Pemilih Khusus Luar Negeri (DPKLN).

Nah, sedangkan warga yang termasuk dalam DPKLN baru diperbolehkan mencoblos pada satu jam terakhir atau jam 17.00 sampai 18.00.

WNI yang mendadak tak bisa menggunakan hak pilihnya ini pun mengajukan protes dengan keputusan Penyelenggara Pemilu Luar Negeri (PPLN) di Sydney.

Bahkan sampai membuat petisi melalui situs Change.org, mendesak agar PPLN di Sydney, Australia, mengadakan pemilu ulang. Hingga berita ini dibuat, petisi tersebut ditandatangani lebih dari 1.300 orang, dan kemungkinan akan terus bertambah.

Bagaimana dengan pemilu serentak di Indonesia sendiri, 17 April 2019 nanti? Semoga pesta demokrasi ini berjalan lancar tanpa ada kecurangan sedikipun ya. Tinggal 2 hari lagi, jangan sampai golput!