Ini Hitung-hitungan Kenapa Kamu Mesti Pakai Transportasi Umum di Negara Ini
2 menit membaca
Gaji selalu habis sebelum akhir bulan? Bisa jadi, kamu salah memilih alat transportasi untuk beraktivitas. Umum diketahui, angkutan massal menjadi pilihan warga kota besar seperti Jakarta karena dapat menjadi solusi kemacetan.
Tapi, selain lebih cepat dalah hal waktu tempuh dibandingkan kendaraan pribadi, angkutan massal juga jauh lebih irit. Dengan mengubah pilihan transportasi, siapa tahu masalah klasik yang kamu hadapi terkait gaji bisa terselesaikan.
Tidak percaya? Yuk kita hitung perbandingan pengeluaran antara angkutan massal dan kendaraan pribadi.
Dasar Perhitungan
Sebelum mulai melakukan perhitungan, kita buat simulasi terlebih dahulu. Ambil contoh jarak antara rumah menuju kantor (pergi-pulang) mencapai 35 kilometer. Perhitungan ini didasarkan pada kondisi arus lalu-lintas Ibu Kota Jakarta. Berikut perhitungannya:
(Baca Juga: Antisipasi 4 Risiko Banjir Ini Buat Kamu yang Sering Naik Transportasi Umum)
KRL
KRL adalah solusi kemacetan di Jakarta. Bayangkan saja, jika sebuah mobil bisa mengangkut penumpang dua kali lipat dibandingkan motor dan bus dapat mengangkut penumpang setara 30 penumpang mobil, maka KRL dapat menampung penumpang setara 12 bus.
Selain itu, waktu tempuh KRL juga jauh lebih singkat dibandingkan transportasi darat lainnya. Selain cepat, KRL juga moda transportasi yang murah. Tarif yang dikeluarkan untuk angkutan massal ini hanya Rp2.000 untuk 1 hingga 25 kilometer (km).
Sementara untuk kelipatan 1-10 km berikutnya dikenaik Rp1.000. Biasanya, pengguna KRL harus menggunakan angkutan pendukung seperti Kopaja atau angkutan kota untuk mencapai kantor. Maka tambahan biayanya mencapai Rp4.000.
Jika dihitung pergi-pulang maka pengguna KRL mengeluarkan biaya transportasi rata-rata Rp 12.000/ hari.
Bus
Sejak layanan Trans Jakarta diluncurkan, minat pengguna angkutan massal di Jakarta kian bertambah. Sebab, angkutan yang dikelola pemerintah DKI Jakarta ini menawarkan kenyamanan dan waktu tempuh yang lebih cepat dibandingkan kendaraan pribadi.
Halte Trans Jakarta juga berada di banyak area dan kawasan penting di Jakarta. Selain itu, Trans Jakarta juga sangat murah. Tarifnya hanya Rp3.500 untuk seluruh koridor sejauh tidak keluar masuk halte.
Sama seperti pengguna KRL, penumpang Trans Jakarta juga menggunakan angkutan pendukung seperti Kopaja atau angkutan kota untuk mencapai kantor. Maka tambahan biayanya mencapai Rp4.000. Jika dihitung pergi-pulang maka pengguna Trans Jakarta mengeluarkan biaya transportasi rata-rata Rp15.500/hari.
Motor
Motor adalah transportasi pribadi favorit warga Jakarta. Jumlah motor di ibu kota bisa mencapai 80% dari total kendaraan. Meski cocok digunakan untuk jalanan ibu kota yang macet, pengguna motor sebenarnya cukup boros lho.
Coba saja hitung, motor dengan cc 110 biasanya menghabiskan 1 liter bensin setara Rp 6.950 untuk 35 km waktu tempuh. Namun, karena kemacetan, konsumsinya bisa mencapai 1,5 liter untuk 35 km.
Para pekerja kantoran pengguna motor pun harus mengeluarkan biaya tambahan yakni parkir dalam gedung senilai Rp2.000 per jam. Jika rata-rata waktu parkir sama dengan jam kerja kantoran yakni 8 jam kerja, maka pengguna motor mengeluarkan biaya transportasi rata-rata Rp 26.425/hari.
(Baca Juga: Kredit Sepeda Motor Bisa Bikin Miskin?)
Mobil
Lantaran alasan kenyamanan dan privasi, banyak warga Jakarta yang lebih memilih menggunakan mobil sebagai alat transportasi sehari-hari. Meski nyaman dan relatif lebih aman, pengguna mobil sebenarnya sangat boros soal pengeluaran transportasi.
Ambil contoh pemilik xenia/avanza yang notabene banyak digunakan warga. Konsumsi bensin mobil jenis ini untuk 1 liter/Rp6.950 bisa mencapai 10 hingga 12 kilometer. Sementara tambahan parkir di dalam gedung di Jakarta Rp4 ribu per jam.
Maka pengguna mobil harus merogoh kocek untuk biaya transportasi hingga Rp 155.800/hari. Jumlah ini belum ditambah ongkos tentatif seperti biaya tol.