Kesalahan Mengelola Keuangan Single Parent Masa Kini

Kesalahan Mengelola Keuangan Single Parent Masa Kini

Kadang pernikahan tidak berjalan mulus. Entah karena bercerai, ditinggalkan pasangan, atau pasangan meninggal dunia. Takdir menjadi single parent pun tidak dapat dihindari. Karena tak siap, banyak yang akhirnya mengalami masalah finansial.

Bagi pria yang terbiasa mencari nafkah, mungkin beban finansial tidak terasa terlalu berat. Tapi bagi single mom apalagi yang tidak pernah berkarier, keharusan berperan sebagai pencari nafkah akan sangat berat. Belum lagi beban mental yang ditanggung karena harus berpisah atau ditinggalkan pasangan.

Meski banyak tantangan, single mom harus bangkit dan membuat strategi. Tunjukkan kalau kita kuat demi buah hati.

Perencana keuangan, Mike Rini Sutikno berbagi tips mengelola keuangan supaya finansial single parent tetap aman bahkan sejahtera sampai tua, di antaranya dengan tidak melakukan kesalahan berikut.

Hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari, tapi tidak matang persiapkan dana pendidikan

Single parent berperan sebagai satu-stunya pencari nafkah dalam keluarga. Sebelum memutuskan langkah finansial, lihat dulu situasi single parent. Apakah dia punya tanggungan atau tidak. Kalau punya tanggungan anak-anak, berarti dia yang harus menghidupi mereka.

Kalau saat ini punya tanggungan anak-anak, maka saat ini dia harus mampu memenuhi untuk menghidupi anak, baik kehidupan sehari-hari sampai dana pendidikannya sampai anak mandiri.

Terlalu fokus pada anak sampai lupa siapkan pensiun

Suatu hari nanti, single parent akan berhenti bekerja entah karena tidak mampu lagi atau sudah memasuki masa pensiun. Sebelum ini terjadi, harus dipikirkan, bagaimana hidup di masa tua nanti.

Seringkali single parent hanya terfokus pada bagaimana bisa menghidupi tanggungannya, sehingga kadang-kadang lupa dengan investasi untuk menyejahterakan diri sendiri.

Memang, pada kenyataannya, beban finansial yang ditanggung single parent jauh lebih berat daripada saat masih memiliki pasangan.

Kalau dulu saat masih memiliki pasangan, beban biaya hidup ditanggung sama-sama, tapi sekarang ditanggung sendiri. Pada akhirnya karena kesulitan membagi fokus dan besarnya beban hidup, single parent lupa menyiapkan investasi untuk masa depannya.

Lupa kalau lebih berisiko

Single parent memiliki risiko lebih besar. Salah satu alasannya karena beban tanggung jawab lebih besar, beban kerja lebih besar, sehinggi lebih berisiko mengalami masalah kesehatan.

Dengan demikian single parent membutuhkan proteksi lebih besar jika dibandingkan saat masih berpasangan. Kalau bisa, 100% penghasilan harus diproteksi.

Artinya, kalau sekarang punya penghasilan Rp5 juta, maka kalau tiba-tiba terkena risiko kesehatan dan tidak bisa bekerja, asuransinya itu mampu menutupi kebutuhan hidupnya selama ini.

Membayar premi asuransi terlalu mahal

Selama mampu membayar asuransi untuk melindungi 100% penghasilan, kenapa tidak? Tapi yang jadi masalah adalah memaksakan diri untuk membayar premi asuransi padahal tidak mampu.

Menurut Mike Rini, mengantisipasi risiko itu perlu dibagi-bagi. Yang pertama dengan memiliki asuransi, dan yang kedua dengan memiliki sumber penghasilan tambahan.

Namun kalau konsentrasinya hanya membayar asuransi supaya punya dana warisan yang besar, bisa-bisa uang habis dan tidak punya sisa untuk diinvestasikan.

Tidak memiliki asuransi jiwa

Asuransi jiwa sangat penting karena kematian bisa datang kapan saja. Kalau kita single parent, punya anak dan hidupnya sangat bergantung pada penghasilan kita, bagaimana kalau kita tiba-tiba meninggal? Hidup anak bisa terlunta-lunta.

Oleh karena itu single parent harus menyiapkan dana agar anak-anak bisa meneruskan sekolah samapai dia mandiri. Kemudian juga alokasi untuk biaya hidup sehari-hari.

Kalau anak-anaknya masih kecil, single parent harus merencanakan siapa yang akan mengurus anak-anak nanti. Karena itulah, surat warisan punya arti penting. Jadi selain menyiapakan warisan, juga perlu surat warisan.

Intinya mengatur agar harta bisa dikelola dengan baik untuk kesejahteraan anak. Termasuk mengatur hak asuh anak jika kita tidak ada.