INTERVIEW: Jurus Diversifikasi Investasi dari Bos Indika Energy

Industri batubara pada tahun ini diproyeksi kembali bersinar. Optimisme itu disandarkan pada mulai menggeliatnya harga batu bara sejak awal tahun ini. PT Indika Energy Tbk menjadi salah satu yang merasakan moncernya komoditas emas hitam tersebut. Direktur Utama perusahaan tersebut membeberkan strategi yang berasal dari kebiasaan diversifikasi investasi dirinya.

Mengacu pada ICE Futures Exchange, kontrak batubara untuk pengiriman Juli 2018 merangkak naik 19,35% ke angka 111,65 dollar AS. Hal itu tentunya bakal berdampak positif terhadap perusahaan batubara.

Indika Energy sebagai produsen batu bara teritegrasi percaya bahwa kinerjanya di tahun ini bakal moncer. Apalagi belum lama ini tersiar kabar bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump meminta Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyak mentahnya, salah satu komoditas energi.

JIka hal itu betul terlaksana maka tentunya harga minyak akan mengalami penurunan dan hal itu akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan.   Maklum, sekitar 30% biaya produksi batu bara Indika bersumber dari penggunaan minyak.

Disamping itu untuk menjaga kinerja keuangannya tetap stabil, Presiden Direktur Indika Energy M Arsjad Rasjid menambahkan rencananya perseroan akan mulai menggarap bisnis yang menghasilkan pendapatan tetap (fixed income).

Perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar Rp17,19 triliun itu bakal mulai membangun fuel storage facility di wilayah Kalimantan untuk kemudian di sewakan ke perusahaan minyak. ExxonMobil bakal menjadi klien pertama perusahaan di lini bisnis baru tersebut.

Upaya mendiversifikasi bisnis tersebut ternyata lahir dari kebiasaan Arsjad dalam mengelola investasi pribadinya. Dia mengakui, diversifikasi atau pengembangan di berbagai sektor banyak dilakukan didalam portofolio investasi pribadinya. Nah kemudian hal itu diimplementasikan dalam mengelola keuangan perusahaan.

Berikut petikan wawancara M. Arsjad Rasjid P.M kepada CekAja.com terkait dengan bagaimana mengelola investasi dengan aman.

Bagaimana Anda mengelola investasi Anda pribadi?

Saya adalah orang yang konservatif. Saya tidak akan menaruh seluruh investasi saya di satu tempat dan yang beresiko tinggi.

Seperti apa contohnya ?

Seperti misalnya investasi di equity. Saya tidak menaruh semua investasi saya di equity, lebih banyak portfolio saya ada di obligasi.

Mengapa memilih obligasi?

Karena di obligasi resikonya lebih terukur, sifatnya fixed income. Tetapi nanti dari situ juga di diversifikasi lagi mulai dari yang high grade dan low grade.

Maksudnya?

Iya obligasi yang high grade itu biasanya memiliki investment grade, dan itu porsi investasinya biasanya lebih besar ketimbang yang lower grade. Lalu kemudian saya diversifikasi lagi ke rupiah dan juga dollar AS. Jadi secara otomatis akan terjadi hedging.

Lalu untuk investasi di ekuitas, apa tolok ukurnya?

Biasanya saya melihat perusahaan yang mature, baik di Indonesia ataupun di luar negeri. Mature secara finansial dan juga bisnis. Nah pola investasi seperti ini juga kemudian dibawa ke perusahaan untuk mengelola keuangan perusahaan.

Investasi sedari dini merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk dapat survive dalam menghadapi kondisi ekonomi yang tidak menentu. Oleh karena itu tidak ada salahnya bagi Anda untuk mulai mendiversifikasi portfolio investasi Anda ke sektor-sektor yang lebih produktif dan menghasilkan.

Bandingkan dan temukan produk investasi yang cocok untuk Anda di CekAja.com. Market place produk keuangan terdepan di Indonesia.