INTERVIEW: Mengukur Potensi Bisnis Lembaga Credit Scoring

Membincang credit scoring dari biro informasi kredit swasta, saat ini penggunaannya mulai ramai diperbincangkan. Betapa tidak, hadirnya Lembaga yang menyediakan analisis kredit debitur beserta historical kreditnya diyakini bakal membuat akses masyarakat ke bank atau Lembaga pembiayaan menjadi lebih cepat dan terbuka.

Apalagi, industri finansial technology (fintech) yang sekarang tengah menjadi buah bibir dalam sektor keuangan juga sudah mulai banyak menggandeng lembaga credit scoring swasta untuk menentukan kelayakan kredit calon nasabahnya.

Sebenarnya Regulator dalam hal ini Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah memiiki data historical kredit nasabah yang dirangkum dalam BI Checking dan juga SLIK. Namun didalamnya tidak terdapat hasil Analisa yang dapat digunakan nasabah sebagai bahan pengajuan kredit.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang credit scoring, tim CekAja.com berbincang dengan salah satu Pengamat Ekonomi dari Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, berikut petikannya.

Saat ini sudah banyak bermunculan Lembaga credit scoring swasta, sejauh mana kehadiran Lembaga credit scoring dapat bermanfaat bagi industri keuangan?

Adanya Lembaga credit scoring dapat menurunkan biaya operasional bank khususnya untuk penyaluran kredit ke debitur baru. Selama ini biaya kredit mahal terletak pada tingginya assesment resiko kredit.

Disamping itu, Sumber Daya Manusia (SDM) di beberapa Lembaga perbankan khususnya di divisi credit dan risk management saat ini terbatas, sehingga akan lebih efisien untuk melakukan kerjasama dengan Lembaga pemeringkat kredit.

Melalui Lembaga credit scoring juga, Bank maupun jasa keuangan non bank dapat mengukur resiko masing-masing debitur disesuaikan dengan profil resiko tiap bank yang berbeda.

Di luar negeri penggunaan credit scoring menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pengajuan pinjaman, nah bagaimana di Indonesia?

Semakin banyak debitur yang memiliki credit scoring dari lembaga independen semakin bagus karena bank akan semakin trusted dan tidak ragu menyalurkan kredit ke sektor riil. Disamping itu dengan credit scoring juga dapat sekaligus mendorong UMKM menjadi bankable.

(Baca Juga : Pinjaman Ditolak? Yuk Perbaiki Skor Kredit Anda)

Berkaca pada kasus di India, dimana lembaga rating di level microfinance membantu kenaikan kredit disektor UMKM. Biaya credit scoring harus ditekan serendah mungkin sehingga UMKM yang tadinya belum tersentuh layanan kredit bank bisa memanfaatkan lembaga credit scoring untuk meningkatkan kepercayaan bank.

Mengapa penetrasi lembaga skor kredit di Indonesia masih rendah, apa penyebabnya?

Penetrasi Lembaga credit scoring masih rendah di Indonesia, salah satu nya disebabkan oleh biaya asessment kredit yang relatif mahal. Untuk level Korporasi mungkin bisa membiayai jasa itu tapi perusahaan menengah kebawah yang memiliki keterbatasan dana akan kesulitan untuk menggunakan jasa credit scoring.

Bagaimana perkembangan lembaga skor kredit di dunia?

Kalau pengaplikasian di negara berkembang masih sedikit, tetapi lain di negara maju. Saat ini pemain yang berbisnis credit scoring terbesar di dunia hanya ada 3 perusahaan, yakni Transunion, Equifax, dan Experian yang berbasis di Amerika Serikat.

Bagaimana dengan pengaplikasian skor kredit di negara lain? Apakah sudah cukup masif?

DI negara maju implementasinya sudah cukup massif, bahkan di China sudah mulai mengembangkan Psychometric credit scoring dengan Big Data. Mulai dari informasi gadget, media sosial, sampai perilaku belanja di nilai dan dijadikan rating. Sedangkan di Indonesia yang cukup advanced justru Fintech.

Apakah berarti perkembangan lembaga skor kredit nantinya bakal terdampak dari masifnya pertumbuhan Fintech ?

Dua hal tersebut memiliki kaitan satu sama lainnya. Besar kemungkinan akan seperti itu.

Lalu bagaimana sinergi dengan regulator dalam hal ini OJK yg memiliki SLIK dan BI dengan BI Checkingnya?

Agak berbeda dengan SLIK OJK yang basis nya hanya past performances atau riwayat pinjaman sebelumnya. Credit scoring lebih kompleks karena memuat analisa laporan keuangan debitur, lokasi, track record lain yang sifatnya personal.

Beberapa pengamat mengatakan, peringkat ease of doing business (EODB) di Indonesia membaik lantaran mulai munculnya lembaga credit scoring, apakah itu benar?

Kemungkinan betul. Karena hali itu terlihat di komponen depth of credit information yang naik dari posisi 6 di 2017 ke posisi 7 di ease of doing business tahun 2018. Pada tahun 2016 lalu peringkat index nya berada di posisi 5. Jadi loncat 2 poin dari 2016.

Seberapa besar potensi bisnis lembaga credit scoring swasta di Indonesia?

Saat ini jumlah debitur bank yang terdaftar di SLIK targetnya mencapai 96,4 juta debitur baik institusi maupun perorangan. Sementara jumlah debitur yang belum tersentuh jasa keuangan bank lebih dari 100 juta, terutama UMKM. Artinya peluang nya besar sekali karena Lembaga credit scoring dapat menjangkau nasabah bankable dan unbankable.

Melihat potensi bisnis credit scoring di Indonesia, ada baiknya Anda mulai memperhatikan historical credit Anda. Hal itu akan sangat berguna jika Anda membutuhkan pinjaman dana cepat yang sifatnya urgent. Akses CekAja.com dan temukan ragam produk pinjaman dari bank ternama yang sesuai dengan kebutuhan Anda.