Investasi yang Bisa Kamu Lakukan Saat Dolar Terus Naik

Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah terus merangkak naik. Pertanyaannya, investasi apa yang bisa cocok bisa kita lakukan?

4 Modus Penipuan Investasi Saham yang Harus Diwaspadai

Kondisi ekonomi Indonesia saat ini memang mengundang rasa was-was. Ketakutan akan terjadi krisis keuangan mungkin sudah mulai membayangi banyak masyarakat Indonesia. Tapi, ada lho cara jitu melepaskan diri dari kekhawatiran tersebut.

Nilai rupiah memang cenderung mengalami penurunan tiap tahun akibat inflasi. Namun, pelemahan terhadap dollar yang kali ini terjadi memang pusing kepala. Menurut Farah Dini Novita, Fiduciary Advisor Janus Financial, kamu tidak perlu khawatir dengan pelemahan rupiah terhadap dollar. “Perlu dicatat bahwa dollar menguat tidak hanya terhadap rupiah saja, tetapi juga banyak mata uang di dunia,” katanya dalam perbincangan dengan CekAja.com.

Bank Indonesia mengklaim pelemahan rupiah yang terjadi sepanjang tahun 2015 ini disebabkan oleh faktor eksternal terutama pemulihan ekonomi Amerika Serikat serta rencana The Fed menaikkan suku bunga. Farah Dini menegaskan sebenarnya pelemahan nilai rupiah kali ini masih tidak sebesar negara lainnya.

Berdasarkan data yang dilansir katadata.co.id, sepanjang Januari sampai awal Agustus 2015, rupiah melemah 7,7 persen. Angka ini masih masih lebih baik dibandingkan Malaysia yang melemah 10,9 persen. Sementara, mata uang Brasil yang anjlok paling parah, mencapai 28,8 persen.

Meski begitu, memang perlu dicatat bahwa nilai rupiah per 19 Agustus 2015 berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) sudah menembus level Rp 13.824 per dollar Amerika Serikat (AS) atau melemah dari akhir pekan lalu yang sebesar Rp 13.763 per dollar AS. Farah Dini menyatakan cara paling ampuh mengantisipasi kondisi seperti ini adalah dengan berinvestasi.

(Baca juga: Rupiah Anjlok? Lakukan Ini Saat Traveling ke Luar Negeri)

Memilih Investasi yang Paling Ampuh

Mungkin sebagian besar orang berpikiran bahwa kondisi pelemahan rupiah menjadi momen yang tepat untuk memiliki tabungan valuta asing (valas). Atau, justru ini mencairkan tabungan dollar karena nilainya sedang menggiurkan. Menurut Farah Dini, kehadiran tabungan valas terutama dollar sebaiknya lebih dilihat dari tujuan dan fungsinya.

“Ada pekerjaan di luar negeri? Liburan? Menyekolahkan anak? Kalau tidak maka sebaiknya berinvestasilah dalam bentuk rupiah untuk support mata uang sendiri,” katanya.

Dengan investasi bentuk rupiah tentu saja kita akan mendorong pasar finansial dalam negeri sehingga tidak lagi melorot. Farah menawarkan dua bentuk pilihan investasi yaitu reksadana atau investasi langsung di saham.

“Ingat, sebelum menentukan produk investasi, maka kita harus terlebih dahulu mengetahui tujuan keuangan kita apa dan berapa lama kita ingin menyimpan,” kata Farah mengingatkan.

(Baca Juga: Butuh ‘Kantong Tebal’ Jika Kamu Mau Sekolah Di Sini)

Untuk tujuan jangka pendek, yaitu paling lama satu tahun, investasi reksadana pasar uang bisa menjadi pilihan. Di atasnya, untuk jangka waktu penyimpanan 1-3 tahun, kamu bisa memilih reksadana pendapatan tetap.

Untuk jangka waktu lebih panjang lagi kamu bisa memilih reksadana campuran (untuk tujuan 4 – 6 tahun) atau reksadana saham (untuk tujuan di atas 6 tahun).

Kuncinya, Semakin lama kita menyimpannya, maka semakin agresif produk yang bisa kita pilih. Misalnya kamu ingin berinvestasi jangka panjang sebagai bagian dari tabungan pensiun, kamu bisa memulai berinvestasi di reksadana saham. Dengan modal Rp 250 ribu perbulan saja, kamu juga sudah mulai bisa berinvestasi.

(Baca juga: Kebiasaan Generasi Z yang Bisa Bikin Bangkrut)

Yang jelas, Farah mengingatkan kembali agar kamu memelajari dulu masing – masing produk dengan cermat agar anda tidak salah memilih. “Untuk saham, lakukan analisa fundamental dan juga teknikal terlebih dahulu,” katanya. Selain itu, Farah juga berpesan agar dana investasi ini sebisa mungkin betul-betul tidak diutak-atik.

“Sebelum berinvestasi, pastikan kamu memiliki dana darurat atau dana cadangan,” katanya. Tujuannya, agar ketika kamu butuh dana mendadak, kamu tidak perlu mencairkan investasi yang ada.