Ironi Nelayan yang Terpinggirkan di Negeri Kaya Laut

Tahukah kamu bahwa 6 April merupakan Hari Nelayan Nasional? Peringatan ini telah ditetapkan pada tahun 1960 lalu, sejak era Presiden Soeharto. Namun sayangnya tidak ada gempita, kemeriahan, ataupun festival selayaknya sebuah peringatan.

Hari Nelayan Nasional menjadi penting karena pada saat itu biasanya para nelayan memanfaatkannya untuk menyuarakan kegetiran hidupnya pada pemerintah. Apalagi berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 25,95 juta jiwa, dimana banyak dari jumlah tersebut berasal dari kalangan petani dan nelayan.

Ironi memang jika melihat kekayaan sumber daya alam Indonesia, khususnya dari sektor kelautan yang melimpah. Bahkan menurut Asosiasi Perusahaan Maritim dan Perikanan Tangkap Indonesia (Aspitindo), Indonesia memiliki potensi ikan tangkap sebanyak 130 juta ton atau setara dengan Rp 2.500 triliun hingga Rp 3.000 triliun per tahun.

Namun sayangnya kekayaan alam dan besarnya potensi tersebut tidak berbanding lurus dengan kekayaan nelayannya.

(Baca juga: Kiprah 3 Srikandi Inspiratif yang Sukses Lagi Kaya)

Nestapa Para Nelayan

Sempat terombang-ambing akibat proyek reklamasi, nestapa para nelayan tak berhenti sampai di situ. Meskipun permasalahan tersebut sudah diselesaikan, saat ini masih banyak problematika yang berpotensi menenggelamkan sumber kehidupan nelayan.

Pertama adalah soal aset, dimana mereka sulit mendapatkan bantuan kapal. Belum lagi kurangnya akses permodalan untuk biaya operasional melaut.

Agar bisa terus bertahan hidup dengan kondisi ekonomi yang lebih baik, nelayan juga masih kurang dibekali oleh pengetahuan tertentu. Misalnya pemanfaatan pendapatan untuk pengembangan usaha.

Terakhir pasca bencana tsunami Selat Sunda, pemerintah sempat menjanjikan akan memberi bantuan perahu, pada nelayan yang perahunya hancur oleh tsunami. Namun realisasinya masih belum tampak.

Bahkan merujuk pada data BPS tahun 2018, sekitar 20-48 persen nelayan masih hidup dalam kemiskinan Inilah sederet nestapa para nelayan yang harus diselesaikan oleh pemerintah, khususnya di sektor kelautan dan perikanan.

Janji Pemerintah Untuk Kesejahteraan Nelayan

Selalu ada janji dari pemerintah untuk menyejahterakan nelayan. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti pun menegaskan bahwa kesejahteraan nelayan menjadi prioritas pemerintah saat ini.

Lalu, seperti apa prioritas untuk nelayan yang dimaksud? Empat di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Bangun fasilitas pendidikan maritim

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana secara masif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya di daerah perbatasan.

Maka itu, Menteri Susi berjanji membangun sepuluh perguruan tinggi kemaritiman beserta sekolah menengah kejuruan.

(Baca juga: Ahok Bebas Ingin Ke Belitung? Ini 5 Keistimewaan Pulau Tersebut)

2. Hapuskan pungutan

Untuk nelayan kecil pemilik kapal di bawah 10 GT, pungutan dalam bentuk apapun akan turut dihapuskan pemerintah.

Peraturan tersebut sudah dilegalisasi Kementerian Hukum dan HAM.

3. Menyediakan 10 mesin es

Khusus untuk rencana ini, pemerintah telah melaksanakannya pada periode Januari hingga April 2015. Pemerintah memberikan 10 mesin es berkapasitas 1,5 ton dan juga genset.

Pada prinsipnya, segala macam fasilitas yang diberikan dimaksudkan untuk menekan sekaligus membatasi penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.

Karena jika berbicara hasil, tentu hasil tangkapan menjadi sangat banyak dan melimpah, namun efek jangka panjangnya adalah rusaknya habitat dan ekosistem laut secara jangka panjang. Dan hal itu sangat merugikan nelayan kecil yang hanya mengandalkan jaring dan juga kail.

Oleh karena itu Susi meminta nelayan agar tak lagi menggunakan trawl atau pukat harimau sebagai alat tangkap ikan.

4. Bangun perumahan nelayan

Pemerintah juga ingin membangun perumahan untuk nelayan, dimana proyeknya akan dibantu langsung oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo).

Selain itu, pendanaan SPBN pun turut masuk ke dalam rencana tersebut. SPBN adalah stasiun pengisian bahan bakar untuk nelayan.

(Baca juga: Siap-Siap, 5 Fenomena Alam Ini Akan terjadi di Tahun 2019)

Produk Finansial Ini Cocok Untuk Para Nelayan

Pekerjaan nelayan yang lebih sering menghabiskan waktu di tengah laut masuk dalam kategori risiko tinggi. Untuk itu, mitigasinya juga seharusnya sudah disiapkan betul oleh Pemerintah.

Penggunaan asuransi seyogyanya menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari profesi nelayan. Dalam beberapa tahun terakhir, asuransi yang sudah berhasil disalurkan ke nelayan mencapai 55,4 persen.

Bank sendiri telah menyediakan berbagai macam kredit untuk nelayan. Seperti kredit produktif, investasi, dan konsumtif demi memudahkan berbagai kebutuhan mereka.

Kredit tersebut tidak akan membebani, justru memberikan berbagai benefit sebagai berikut:

  • Kredit investasi, dapat dimanfaatkan untuk membeli kapal, peralatan laut, atau kegiatan budidaya yang dapat digunakan dalam jangka panjang.
  • Kredit produktif, berguna sebagai modal kerja misalnya untuk membeli bahan bakar, pakan ikan, maupun sembako awak kapal.
  • Kredit konsumtif, sebenarnya bisa digunakan untuk membeli motor, rumah, dan lain-lain.

Sehubungan dengan itu, OJK mendorong perbankan untuk menyusun periode pembayaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan kegiatan usaha nelayan.

Misalnya, tidak memaksakan mereka untuk melakukan pembayaran di luar musim melaut. Nelayan merupakan salah satu faktor kunci dalam pengembangan di sektor kelautan dan perikanan.

Tak pelak gizi dan nikmatnya ikan yang bisa orang-orang nikmati, semua berkat jasa mereka. Maka dari itulah, bermacam upaya dari pemerintah pantas didapatkan para nelayan.

Nah sekarang tidak perlu repot untuk datang ke kantor cabang asuransi ataupun menemui agen asuransi, akses CekAja.com dan temukan produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhanmu.