Jajal Serunya Wisata Kampung Adat di Jawa Barat, Apa Saja?
3 menit membacaJawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki kampung adat sebagai tujuan wisata. Hal tersebut wajar adanya mengingat Sunda merupakan suku bangsa dengan populasi terbesar kedua di Indonesia, setelah Suku Jawa.

Jika ingin coba pengalaman wisata yang tak biasa, datang ke kampung adat adalah jawabannya, apakah kamu sudah pernah mencoba? Kalau belum, sayang banget.
Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnis atau suku bangsa. Dari jumlah tersebut, jelas terlihat bahwa suku bangsa merupakan salah satu aset Indonesia.
Nah, sudah barang tentu, bahwa setiap suku bangsa tersebut memiliki budaya dan adat-istiadat masing-masing. Sebagian dari mereka ada yang tidak terpengaruh oleh cepatnya laju perkembangan teknologi.
Konsistensi mereka dalam mempertahankan budaya leluhur sangat menarik untuk dikunjungi. Karena itu, tak jarang saat ini kampung-kampung adat banyak menjadi destinasi wisata.
Jangan lewatkan untuk mampir ke kampung adat berikut bila berkunjung ke Jawa Barat.
1. Kampung Adat Ciptagelar

Terletak di Sukabumi, Kampung Adat Ciptagelar berlokasi tidak terlalu jauh dari Pelabuhan Ratu. Di sini, pengunjung akan disuguhi pemandangan persawahan dengan udara yang sejuk. Setiap tahun, di kampung adat ini terdapat lebih dari 30 upacara adat. Salah satu yang paling diminati pengunjung adalah upacara adat Seren Taun. Upacara ini biasanya digelar pada awal September sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen.
(Baca juga: Intip 5 Wisata Kota Bukittinggi yang Pernah Jadi Ibu Kota Negara)
2. Kampung Adat Cireundeu

Pilihan destinasi wisata kampung adat lainnya di Jawa Barat adalah Kampung Cireundeu. Berada di Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat, kampung ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit dari pintu keluar Tol Baros.
Kegiatan sebagian besar warga di kampung ini adalah bercocok tanam singkong atau ketela. Karena itu, beras atau nasi bukanlah makanan pokok masyarakat kampung ini, melainkan rasi (beras singkong) hasil olahan sendiri. Jika berkunjung ke Kampung Cireundeu pada malam Syura atau Tahun Baru Saka Sunda, pengunjung akan dapat menyaksikan Upacara Syura-an, sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas rahmat Yang Maha Kuasa. Malam Syura tersebut biasanya jatuh pada bulan Oktober.
3. Kampung Naga
Kampung yang tertelak di Desa Neglasari, Tasikmalaya, ini seolah menolak arus modernisasi. Hal itu terlihat dari kehidupan masyarakatnya yang menolak intervensi dari pihak luar jika hal itu mencampuri dan merusak kelestarian kehidupan kampung adat mereka.
Rumah-rumah di Kampung Naga tidak dibangun dengan cara suka-suka. Di sini, rumah harus menghadap ke utara atau selatan dengan memanjang ke arah timur atau barat, atap rumah dari daun nipah atau ijuk atau alang-alang, lantai rumah harus dari papan atau bambu, serta dinding rumah dari bilik anyaman bambu. Selain itu, semua rumah di kampung ini tidak boleh dicat.
4. Kampung Pulo
Kampung Pulo terletak di Pulau Panjang di tengah Situ Cangkuang, Garut. Di pulau ini terdapat Candi Cangkuang, yang merupakan candi Hindu yang dibangun pada abad ke-8. Di kampung pulo hanya terdapat 6 rumah dan 1 masjid sebagai tempat ibadah. Rumah-rumah tersebut merupakan rumah panggung dengan pembagian 3 rumah di sisi kanan dan 3 rumah di sisi kiri.
Masyarakat di kampung ini tidak boleh lebih dari enam kepala keluarga. Jika ada keturunan yang menikah, mereka harus tinggal di luar Kampung Pulo. Namun, mereka dapat kembali ke kampung pulo dan menempati rumah jika ada warga yang meninggal dunia.
(Baca juga: Wisata Berau nan Memukau, dari Derawan Sampai Laguna Perawan)
5. Kampung Adat Kuta

Kamu juga dapat menjajal serunya wisata di Kampung Adat Kuta terletak di Ciamis, tepatnya di Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Konon penamaan kampung ini sesuai dengan kondisi geografisnya, yaitu berada di lembah yang curam. Dalam bahasa Sunda bubun, kuta memiliki arti pagar tembok.
Masyarakat kampung ini masih taat menjalankan upacara adat yang disebut Upacara Nyuguh. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebelum tanggal 25 Shafar berdasarkan kalender Hijriah.
Upacara ini sebagai wujud rasa syukur masyarakat adat terhadap Tuhan dan bumi yang telah menganugerahkan pangan. Kegiatan ini menjadi favorit wisatawan saat berkunjung ke Kampung Adat Kuta.
Buat kamu yang hobi jalan-jalan, jangan lupakan asuransi perjalanan untuk melindungimu dari berbagai risiko ya! Cek pilihannya di CekAja.com!