Jokowi Mengaku Gabung Avengers untuk Melawan Thanos, Apa Maksudnya?
2 menit membacaPresiden Jokowi dan Pemimpin ISIS Masuk Daftar Orang Paling Berpengaruh Dunia menggemparkan dunia melalui pidatonya dalam World Economic Forum on ASEAN, di National Convention Center, Hanoi, Vietnam. Ia mengaku telah bergabung dengan Avengers untuk ikut serta melawan Thanos, tokoh antagonis dalam film Avengers: Infinity War. Apa gerangan maksudnya?

Pada cerita film Avengers: Infinity War, terdapat sosok bernama Thanos yang mengancam memusnahkan setengah dari populasi bumi. Namun, Presiden Jokowi menegaskan, dirinya dan sesama rekan Avengers lainnya siap untuk mencegah hal tersebut terjadi.
“Thanos ingin memusnahkan setengah populasi karena dia percaya sumber daya planet bumi terbatas, kata Presiden Jokowi seperti dilansir situs Sekretariat Kabinet. Jokowi menyampaikan hal tersebut pada acara World Economic Forum on ASEAN.
Dia juga menjelaskan bahwa sumber daya untuk umat manusia tidak terbatas. Contohnya adalah dari segi perkembangan teknologi, yang telah menghasilkan peningkatan efisiensi serta memberi kemampuan untuk memperbanyak sumber daya lebih banyak dari sebelumnya.
(Baca juga: Alasan Fintech Mampu Tingkatkan Inklusi Keuangan)

“Penelitian ilmiah membuktikan, ekonomi kita sekarang lebih ‘ringan’ dalam hal berat fisik dan volume fisik. Dalam 12 tahun terakhir, total berat dan volume televisi, kamera, pemutar musik, buku, surat kabar, dan majalah telah tergantikan oleh ringannya ponsel pintar dan tablet, ujar Jokowi.
Jokowi memberikan contoh bagaimana pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang besar dan berat, sudah mulai terganti oleh panel surya yang tipis dan ringan.
Di depan sejumlah pimpinan negara yang hadir, dia juga menjelaskan bahwa sudah saatnya peningkatan ekonomi didorong bukan lagi dari sumber daya alam, melainkan sumber daya manusia yang tidak terbatas.
Menurutnya, Asian Games dan Asian Para Games yang diadakan di Jakarta dan Palembang, merupakan pertunjukan spektakuler dari bakat manusia di Asia. Lebih dari 14.000 atlet dan 7.000 officials dari 45 negara bertanding di 40 cabang olah raga.
Bahkan, lanjut Presiden, pada acara pembukaaan dan penutupan, ribuan penyanyi, penari, dan berbagai artis dari Indonesia, India, Korea, serta berbagai negara turut memeriahkan acara. Ada pula penampilan Dangdut dari Indonesia, Bollywood dari India, dan K-Pop dari Korea.
(Baca juga: 10 Negara yang Paling Sering Dikunjungi Wisatawan)

Kaum Muda Gerakkan Ekonomi Digital
Secara khusus di Indonesia, Jokowi juga menyampaikan bahwa kaum muda tengah menggerakkan transformasi e-commerce dan ekonomi digital.
Saat ini, Indonesia telah memiliki empat Unicorn atau perusahaan start-up yang nilainya telah mencapai miliaran dolar. Jumlah start-up yang dimiliki Indonesia sama dengan jumlah Unicorn dari gabungan 28 negara di Uni Eropa.
Menurut Presiden, sumber daya manusia juga turut mendorong revolusi industri keempat atau Revolusi Industri 4.0. Pada 4 April, Presiden telah meluncurkan program pemerintah Revolusi Industri 4.0 yang diberi nama Making Indonesia 4.0.
Revolusi Industri 4.0 dipercaya akan menciptakan banyak lapangan kerja dan meningkatkan kesetaraan. Hal itu dikarenakan salah satu aspek penting dari Industri 4.0 adalah penurunan biaya produk dan jasa sehingga menyebabkan produk tersebut lebih murah dan mudah dijangkau bagi kalangan berpendapatan rendah.
Dengan begitu, Jokowi meyakini, ASEAN, termasuk Indonesia akan menjadi yang terdepan dalam Revolusi Industri 4.0. Contohnya dalam Asian Games, Indonesia telah mempertunjukkan uji coba mobil otonom (tanpa pengemudi) yang beroperasi di jaringan 5G.
(Baca juga: 4 Bisnis Waralaba Ini Tawarkan Keuntungan di Era Online)
Namun, Presiden kembali menegaskan untuk menuju ke arah sana, negara-negara di ASEAN harus mencegah terlebih dahulu perang dagang menjadi ‘perang yang tak terbatas’.
Jadi, sosok Thanos menurut Presiden, bukanlah seorang individu. Namun, Thanos adalah sebuah kepercayaan yang salah bahwa untuk mencapai keberhasilan bagi semua, yang lain harus mengalah.
Berdasarkan penjelasan Jokowi, ‘perang yang tak terbatas’ bukan hanya tentang perang dagang, tetapi tentang kita semua agar kembali belajar pada sejarah.
Bahwa dengan kreativitas, energi, kolaborasi dan kemitraan, kita sebagai manusia dapat menikmati ‘kelimpahan’, dan kita bisa menghasilkan bukan ‘perang yang tak terbatas’ melainkan ‘sumber yang tak terbatas’.