INTERVIEW: Bijak Kelola THR dan Keuangan Saat Ramadan hingga Lebaran

Menjelang Lebaran banyak pos pengeluaran tambahan yang jika tidak disikapi dengan bijak berpotensi membuat kantong Anda bolong. Keinginan untuk merayakan hari kemenangan dengan gempita kadang membuat Anda lupa diri bahwa terdapat sejumlah kebutuhan rutin yang tetap harus dijaga arus uangnya.

Oleh karena itu perlu strategi jitu untuk dapat mengelola keuangan dengan cermat namun bijak agar pos-pos keuangan yang seharusnya terisi dapat sesuai dengan kebutuhannya.

Perencana keuangan syariah Mohammad B. Teguh menjelaskannya kepada CekAja.com bagaimana cara mengatur keuangan dengan bijak saat Ramadan dan jelang Lebaran. Berikut petikan hasil wawancaranya. Yuk cek!

Bagaimana sebaiknya mengelola uang saat Ramadan?

Mengelola keuangan pada saat bulan Ramadan logikanya lebih hemat. Karena makannya hanya dua kali, pada saat sahur dan buka, itu pun tidak banyak. Cuma terkadang orang suka jor-joran pada saat berbuka puasa.

Nah untuk itu perlu dibuat bujeting dalam pengeluaran, jika ternyata dana THRnya tidak cukup perlu dibuat prioritas, mana yang harus dikeluarkan dan mana yang tidak perlu dikeluarkan. Sehingga kalau ada uang sisa baru dapat dijalankan.

Namun kadang kala, orang bisa jor-joran pengeluarannya saat puasa karena biasanya ada anggapan bahwa nanti dua minggu sebelum lebaran akan ada Tunjangan Hari Raya (THR). Jadi penghasilannya kan double.  

(Baca juga: 5 Hal yang Bisa Anda Lakukan untuk Hindari Bau Mulut Saat Puasa)

Bagaimana mengelola THR secara bijak?

THR itu merupakan penghasilan istimewa. Karena sifatnya yang hanya ada jelang hari raya Idul Fitri. Nah, uniknya saat Ramadan dan juga Lebaran itu terdapat sejumlah budaya seperti budaya mudik, memberikan angpao bagi sanak saudara dan juga memberikan THR bagi orang yang sudah bekerja dengan kita, baik itu asisten rumah tangga dan juga supir.

Nah baiknya perlu dibuatkan list kebutuhan sampai dengan lebaran. Seperti berapa biaya mudik, biaya makan berapa, nanti ngasih angpao berapa, ngasih orang tua berapa dan biaya zakat.

Kemudian jangan lupa juga untuk menyisihkan sekitar 10% hingga 15% dari total THR sebagai pengeluaran tak terduga. Beberapa komponen tersebut sudah cukup membludak.

Bujeting diperlukan agar pengeluaran dapat terkontrol. Jangan sampai ketika pulang mudik kita malah jadi miskin banget. Karena perlu diingat, pada saat Ramadan dan Lebaran, pengeluaran rutin seperti biaya sekolah anak, listrik, air itu tetap harus dibayar.

Jika kemudian ternyata ada sisa, dana THR bisa ditabung untuk nanti pada saat Idul Adha. Yang jelas, jangan sampai kita berutang hanya untuk menutupi keinginan pada saat Ramadan.

(Baca Juga: Hati-Hati Tawaran Investasi Bodong Jelang Lebaran!)

Bagaimana mengatur keuangan untuk mudik?

Pos keuangan terbesar saat melakukan mudik adalah tranportasi dan makan. Jika menggunakan kendaraan pribadi berarti bahan bakar dan juga perawatan kendaraan setelah mudik. Kalau makan itu kan biasanya makan dirumah, sedangkan saat dalam perjalanan biasanya sambil melakukan wisata kuliner.

Itu yang membuat lebih tergoda. Belum lagi jika menginapnya bukan dirumah kerabat melainkan di penginapan yang umumnya sedang masuk peak season. Hal itu akan menambah beban keuangan saat melakukan mudik.

Apakah  perlu prioritas dana THR untuk ditabung?

Dana THR berbeda dengan gaji atapun penghasilan rutin lainnya. Kalau gaji bisa diterapkan seperti itu. Namun, jika tidak melakukan mudik seharusnya ada dana THR yang bisa ditabung atau bahkan di investasikan. Nah, dana itu bisa digunakan untuk membeli kambing pada saat Idul Adha nanti.

Lebaran sendiri setiap tahun itu ada, kalau sudah tahu tahun ini keuangannya bocor, berarti setiap bulannya harus disisihkan untuk dapat menutupi kebocoan saat Lebaran di tahun berikutnya. Agar tidak bocor lagi keuangannya.

Apakah memungkinkan jika dana THR sebagian dialokasikan untuk investasi?

Bisa saja, tetapi sedikit. Minimal 10% dari total dana THR. THR ini kan income yang istimewa, kalau begitu harus dibuat prioritasnya.

(Baca Juga: Berbagai Gaya Ngabuburit Bermanfaat ala Zaman Now!)

Selama ini apa kesulitan masyarakat dalam mengelola THR ?

Nah kebanyakan masyarakat itu baru sadar bahwa THR itu perlu di kelola dengan baik ketika uangnya sudah habis. Hal itu terjadi lantaran masyarakat kita itu banyak gengsi, ketika pulang kampung kalau tidak pakai mobil baru tidak percaya diri, kalau bajunya tidak baru tidak nyaman.

Padahal perlu diingat, setiap Ramadan dan Lebaran, ekonomi itu bergerak lebih cepat dan meningkat. Jadi mengapa momentum baik seperti itu hanya dimanfaatkan untuk konsumsi saja, bukannya produktif?

Bisnis sampingan maksudnya?

Iya, bisnis sampingan. Kan seperti dilihat, setiap tahun itu penjualan makanan ringan seperti nastar dan juga kue-kue lainnya meningkat. Penjualan pakaian juga meningkat.  

(Baca juga: Jokowi Teken Aturan THR dan Gaji ke-13 PNS, Diberikan Juni dan Juli 2018)

Kalau Anda memiliki hobi jalan-jalan ke mal, buka saja jasa titip atau jastip. Foto-foto barang yang menarik, lalu dijual. Hal-hal produktif seperti itu sedikit tidak banyak orang yang bisa melihatnya sebagai peluang.

Nah, bagaimana tip mengelola keuangan dari pakar finansial syariah tadi? Jika Anda menemukan kesulitan untuk memenuhi permodalan guna menjalankan bisnis sampingan, temukan produk kredit tanpa agunan (KTA) dari beberapa bank di CekAja.com. Bandingkan bunga yang paling menarik dan tentukan produk yang Anda butuhkan untuk menjalankan bisnis tambahan.