Kena Baby Blues atau Postpartum Depression? Obati dengan 5 Cara Ini

Sudah melahirkan, kok malah stres? Bisa jadi itu karena baby blues atau lebih parahnya lagi postpartum depression. Se-stres apapun usai melahirkan, jangan sampai anak yang menjadi korban. Rileks, berpikir positif, dan tetap lakukan hal yang kamu sukai!

quality time dengan anak

Depresi pasca melahirkan sering dialami oleh ibu muda yang baru memiliki anak. Apalagi kita tahu kalau mengurus bayi tidaklah mudah dan membutuhkan kesiapan psikis dan mental agar tetap ‘waras’.

Gangguan emosi pasca melahirkan ini bukan cuma ada di film-film. Baby blues sangat mungkin dialami hingga 80 persen wanita pasca-melahirkan. Sementara untuk postpartum depression (PPD), paling banyak hanya dialami 20 dari 100 new mom.

Banyak yang salah menilai kalau dua gangguan tersebut sama. Gejala-gejalanya memang mirip, namun baby blues merupakan gangguan yang umum muncul dan dikategorikan lebih ringan. Dari baby blues inilah yang jika tidak cepat ditangani, bisa menimbulkan postpartum depression hingga 3 kali lipat.

Munculnya baby blues memang umum terjadi usai ibu melahirkan, namun jika kondisi tersebut dibiarkan, akan memasuki tingkatan yang lebih parah yakni postpartum depression tadi. Baby blues syndrome pada wanita pasca melahirkan memiliki gejala dan ciri-ciri sebagai berikut :

  • Timbul rasa sedih yang menyebabkan ibu menangis dan merasa depresi;
  • Emosi labil, sehingga mudah marah dan muncul rasa takut yang tidak beralasan;
  • Merasa kelelahan, sulit tidur, dan sering sakit kepala;
  • Kurang percaya diri dan muncul kecemasan berlebih.

Sebaliknya, postpartum depression memiliki gejala yang lebih serius. Ibu bisa merasa kehilangan harapan, putus asa dan kurang gairah hidup. Kesulitan membangun ikatan dengan bayi juga muncul, disertai perasaan bahwa penderita postpartum depression tersebut tidak mampu menjadi ibu yang baik.

Lama dari seorang ibu mengalami baby blues dan kawan-kawannya ini adalah sekitar 14 hari. Selama 14 hari ini bukan berarti secara terus menerus mengalami perubahan emosi secara drastis namun bisa terjadi secara acak.

Ibu tega bunuh bayi, karena PPD?

Kasus demi kasus ibu kandung yang tega menghabisi darah dagingnya sendiri kian bertambah. Dalam perspektif kriminologi, perbuatan ini disebut dengan familicide.

(Baca juga: Tips Lengkap Menenangkan Bayi Nangis di Pesawat Tanpa Harus Emosi)

Familicide adalah peristiwa pembunuhan di mana seorang pelaku membunuh anggota keluarga. Dari total kasus yang terungkap, hampir setengahnya, si pembunuh kemudian menutupi dosanya dengan bunuh diri.

Hari Minggu (1/8) lalu, seorang ibu di Bandung menyerahkan diri ke polisi karena telah membunuh anak kandungnya sendiri yang masih berusia 3 bulan. Diduga wanita berinisial FM tersebut membunuh dengan sebilah pisau. Atas perbuatan kejinya, kini ia ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian.

Spekulasi pun bermunculan, termasuk kaitannya dengan gangguan postpartum depression yang mungkin dialami FM. Sebab dari keterangannya di kantor polisi, FM mengaku sempat mendengar bisikan gaib yang menghasut untuk membunuh bayi malangnya itu.

Menurut Psikolog Anak dan Keluarga bernama Nina Teguh, seorang ibu yang sampai membunuh bayinya kemungkinan besar mengalami postpartum psychosis (PPP).

Ya, gangguan ini setingkat lebih parah lagi dari postpartum depression. Lantas apa yang mengindikasikan seeorang terkena PPP?

Pengidap PPP mengalami fase dimana kesadarannya sudah ‘terpisah’ dari realita. Ia bisa seolah-seolah mendengar suara yang tak terdengar orang lain.

Dengan kata lain, pengidap PPP memiliki halusinasi. Nah, halusinasi itulah yang menyuruhnya untuk membunuh bayinya dengan dalih menyelamatkan bayi tersebut. Gejala ini persis seperti yang dialami FM.

Seorang ibu boleh jadi mengalami PPP karena dirinya telah mengalami kondisi hidup yang luar biasa sulit, ditambah kehadiran bayi yang membutuhkan perhatian ekstra.

Namun, untuk memastikan tersangka FM mengalami PPP tentu saja memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

5 cara sembuh dari depresi pasca-melahirkan!

Gangguan pasca melahirkan memang umum dialami. Kalau baby blues saja, mungkin tidak akan bertahan lama. Tapi kalau sampai ke tahap yang lebih parah seperti postpartum depression atau PPP, seorang ibu tentu memerlukan penanganan khusus seperti lewat konseling

Jika kondisi tersebut dibiarkan, akan memberikan efek negatif bagi ibu dan anak. Bahkan, bukan tidak mungkin bayinya sendirii menjadi korban. Untuk itu sebelum gangguan pasca melahirkan terjadi padamu, 5 cara jitu ini boleh dicoba:

1. Lakukan persiapan matang

Lakukan persiapan matang

Jauh sebelum persalinan, carilah informasi sebanyak mungkin agar tidak kaget saat harus merawat si kecil 24 jam. Bicarakan hal ini matang-matang dengan dokter, keluarga/teman yang sudah berpengalaman, atau forum tertentu mengenai tata cara merawat buah hati, sekaligus bagaimana menjaga kesehatannya.

Kamu juga bisa membeli buku panduan yang lebih mudah dipelajari ketimbang googling, yang sumbernya belum tentu bisa dipercaya. Ketika ibu sudah mengetahui dan siap merawat si kecil, maka gangguan pasca melahirkan dapat dihindari.

2. Berbagi beban dengan suami

Berbagi beban dengan suami

Suami adalah support system nomor satu bagi istri. Apalagi setelah melahirkan, dimana perubahan suasana hati, keseharian, bahkan tubuh amat jelas terlihat.

(Baca juga: Bawa Bayi Mudik dengan Mobil? Jangan Lupa Bawa Barang Ini)

Dukungan penuh dari suami tentunya dapat meringankan bebanmu, baik secara fisik maupun secara mental. Maka itu, jangan sungkan untuk membagi bebanmu dengan suami, termasuk dalam merawat newborn yang akan sangat melelahkan.

Bagilah tugas kapan ia harus ikut mengurus bayi, seperti menggantikan popok di tengah malam sehigga kamu bisa tidur sebelum kembali menyusui.

3. Cerita ke sesama ibu

Cerita ke sesama ibu

Berbagi pengalaman dan informasi tentang merawat si kecil tentu sangat penting bagi ibu. Kamu juga bisa menceritakan masalah-masalah pasca melahirkan ke sesama ibu, agar tak sendiri karena merasa ada yang ‘senasib’ denganmu.

Alhasil, perasaan jadi lebih tenang dan kuat setelahhnya. Cara ini bisa kamu lakukan dengan sahabat yang juga seorang ibu. Kalau tidak punya, kini sudah banyak komunitas online khusus ibu-ibu yang berbaik hati menampung keluh kesahmu, sekaligus memberikan solusinya.

4. Makan dan istirahat teratur

Makan dan istirahat teratur

Menghadapi kehidupan baru dengan hadirnya si kecil, pastinya memberi banyak perubahan terutama pada waktu yang lebih banyak tersita. Meski begitu, usahakan untuk tetap makan teratur dan istirahat cukup.

Keduanya merupakan hal terpenting bagi ibu agar kondisi tubuh selalu fit. Bahkan jika asupan nutrisimu kurang, nantinya bisa langsung mempengaruhi produksi ASI, lho!

Jika tidak sempat makan sendiri karena harus menyusui, minta suami untuk menyuapi. Selain itu, tidurlah saat bayi juga tidur, agar waktu istirahatmu tercukupi.

5. Keluar rumah sesekali

Keluar rumah sesekali

Banyak ibu muda merasa stres karena terus-terusan di dalam rumah. Ditambah harus melakukan kegiatan yang sama setiap harinya. Sesekali, tak ada salahnya menitipkan anak ke orangtua, saudara, atau daycare untuk sekedar berjalan-jalan ke mal seorang diri.

Me time seperti ini sangatlah penting bagi seorang ibu agar tetap ‘waras’. Sehinga ketika pulang ke rumah dan harus kembali mengurus anak, pikiran serta hatimu sudah lebih fresh.

Manfaatkan beragam promo dan diskon menarik dari bank penerbit kartu kredit yang bisa kamu pilih dan ajukan aplikasinya dengan mudah, lewat CekAja.com.

Jangan lupa juga untuk selalu berpikir positif ya! Kendali tetap ada di dirimu sendiri, dan bersikap santai tanpa berlebihan memikirkan beban menjadi seorang ibu adalah kunci utama terhindar baby blues dan kawan-kawannya. Semangat!