Kesalahan Atur Uang Pasangan Baru Menikah yang Selalu Bikin Bertengkar
2 menit membaca
Pertengkaran masalah keuangan menjadi penyebab terbesar masalah perceraian sebuah pasangan. Kamu yang baru menikah tentu tidak mau mengalami hal tersebut. Karena itu, ketahui dulu kesalahan-kesalahan yang sering sebabkan pertengkaran yang terjadi.
Bayangan punya rumah tangga harmonis, langgeng sampai kakek nenek pasti jadi impian pasangan yang baru menikah. Berbagai kekurangan dan kesalahan pasangan masih dimaklumi. Begitu juga dengan perbedaan pandangan soal uang.
Tapi tahukah kamu kalau perbedaan menyangkut finansial harus dikompromikan bahkan sejak sebelum menikah. Pasalnya pertengkaran soal uang menjadi penyebab perceraian nomor satu. Berdasarkan penelitian Universitas Kansas di Amerika, pasangan yang bertengkar soal uang, utang, atau kekayaan di awal pernikahan lebih berisiko mengalami perceraian.
Riset yang dipublikasikan tahun 2012 dan diberi judul Examining the Relationship Between Financial Issues and Divorce ini mengambil sampel dari 4.500 pasangan. Hasilnya, penyebab perceraian yang utama bukan anak-anak, seks, atau mertua, tapi uang. Nah, kesalahan atur uang seperti apa yang menyebabkan pasangan pengantin baru bertengkar?
1# Tidak kenal bagaimana pasanganmu dididik tentang uang
Bagaimana pandangan pasangan soal uang terbentuk dari didikan keluarga. Dan mengetahui bagaimana didikan orangtuanya adalah cara terbaik untuk memahami kebiasaannya soal uang.
Misalnya saat kecil suamimu terbiasa hidup prihatin dan diajarkan orangtuanya selalu bilang kalau mereka tidak sanggup makan di restoran. Saat dewasa dan sudah berpenghasilan, suamimu justru senang makan di luar karena membuatnya merasa mampu. (Baca juga: Inilah Orang-orang yang Pengaruhi Cara Kamu Mengelola Uang)
Sedangkan kamu adalah orang yang sangat hemat. Setiap kamu menolak makan di luar, dia bisa merasa sebal sehingga pertengkaran pun terjadi.
2# Tidak terbuka bila bicara tentang uang
Kamu boleh saja menyimpan rahasia apapun dari pasanganmu, tapi tidak soal uang. Tapi masalahnya jujur soal uang bukanlah hal mudah. Apalagi jika kamu punya utang mencapai puluhan juta rupiah.
Dan jika akhirnya rahasiamu diketahui pasangan, dia bisa berpikir, “Kalau untuk hal seperti ini saja dia merahasiakan, bagaimana dengan hal lainnya? (Baca juga: Bagaimana Mengatasi Pasangan Anda Selingkuh Uang?)
Faktanya menyimpan rahasia lebih buruk dari bertengkar soal uang. Sedikit bertengkar tentang uang bukan masalah besar, karena saat itulah kamu bisa membicarakannya dengan pasangan.
3# Takut bila membahas tentang uang
Tagihan, kartu kredit, tabungan, pensiun adalah topik-topik yang harus dibicarakan bersama pasangan. Tapi sayangnya, banyak pasangan yang menolak membahas ini karena menganggap topik tersebut sensitif. Padahal setiap anggaran dan pengeluaran harus didiskusikan.
Misalnya apakah melunasi motor lebih penting daripada menabung untuk berlibur? Apakah tidak masalah memotong anggaran belanja untuk membayar tagihan kartu kredit. Komunikasi ini membuat pasangan berlatih memutuskan prioriotas dan menghargai pendapat.
4# Malas untuk saling mengingatkan
Meskipun kamu dan pasangan sudah sering membahas soal uang, percuma saja kalau tidak saling mengingatkan. Misalnya kalian berdua ingin tagihan listruk murah tapi pasanganmu sering lupa mematikan lampu kamar mandi. Jika tidak saling mengingatkan, tujuan kalian tidak tercapai.
5# Terlambat untuk bicarakan kebutuhan anak
Punya anak sekarang atau nanti, kamu dan pasangan harus bersiap-siap. Misalnya persiapan dana persalinan, Perbedaan Asuransi Pendidikan dan Tabungan Pendidikan yang Wajib Diketahui OrangTua, dan mencicil rumah dengan dua kamar. Jangan tunggu sampai terlambat dan akhirnya harus pinjam sana-sini. (Baca juga: Tips Efektif Atur Belanja Bulanan Buat Pasangan Muda)
Kalau pasanganmu pernah menikah sebelumnya, kamu juga harus membicarkan berapa banyak uang yang dikirimkan untuk anak setiap bulannya (jika anak tidak tinggal serumah), dan berapa banyak aset yang dimiliki dari pernikahan sebelumnya. Membicarakan topik ini sejak dini dapat mencegah munculnya konflik keluarga di masa depan.
