Kisah Sukses Pidi Baiq dan Rocky Gerung: Ijazah Tak Diambil
4 menit membacaBagi banyak orang, ijazah adalah sebuah dokumen yang sangat penting sebagai syarat seseorang mendapatkan Ini 5 Jenis Pekerjaan Berisiko Tinggi dan Penghasilannya atau menduduki sebuah jabatan.

Wajar jika banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan ijazah terutama pada level perguruan tinggi. Bahkan tak sedikit yang hanya membeli ijazah tanpa melalui proses pendidikan sekalipun.
Namun, bagi sebagian orang lainnya, ijazah hanyalah sebuah dokumen biasa sebagai surat tanda tamat belajar dari lembaga atau instansi pendidikan. Bagi mereka, ijazah tak terlalu dibutuhkan, karena yang terpenting adalah ilmu yang didapatkan selama menempuh pendidikan itu sendiri.
Nah, apakah ada orang yang kuliah lama-lama dan ijazahnya tidak diambil? Ya, tentu saja ada. Beberapa di antaranya adalah seniman multitalenta Pidi Baiq dan juga pengamat politik sekaligus filsuf Rocky Gerung. Keduanya mengaku ijazahnya hingga saat ini tidak diambil dan disimpan di almamaternya masing-masing. Apa alasannya ijazah mereka tidak diambil? Simak cerita yang dirangkum CekAja dari berbagai sumber berikut ini.
Ijazah bukan ukuran
Pidi Baiq dalam banyak kesempatan kerap sekali mengulang-ulang cerita bahwa ijazahnya tak pernah diambil setelah lulus kuliah. Sambil bercanda, Pidi mengatakan ijazahnya belum diambil dan memang disimpan untuk kenang-kenangan bahwa ia pernah kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Begitu juga Rocky Gerung, ia menganggap ijazah hanyalah tanda bahwa seseorang pernah menempuh pendidikan tapi bukan pernah berpikir. “Saya tak peduli dengan institusi, mau diapain ijazah, mau dipajang buat usir maling?” ujar Rocky dalam sebuah wawancara dengan Kumparan.
Seperti diketahui, Rocky merupakan lulusan Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (UI). Bahkan, ia juga kuliah di fakultas lain yakni Fakultas Ekonomi UI, FISIP UI dan Fakultas Hukum UI. “Jadi saya punya empat jaket kuning UI,” katanya.
(Baca juga: Ini 10 Film Terlaris Sepanjang 2018? Mana Yang Anda Tonton)
Pidi dan karya-karyanya

Meski tak pernah menggunakan ijazah sebagai cara menghasilkan uang, tetapi keduanya terbilang sukses berkarya. Tentu saja, karya-karyanya itu menghasilkan uang yang tak sedikit.
Pidi Baiq misalnya, dari awal berkarir, ia merupakan musisi yang tergabung dengan band The Panas Dalam. Ia juga merupakan ilustrator perangko dan penulis buku. Pidi Baiq bahkan sempat menjadi pengajar di almamaternya ITB.
Ia juga sukses menulis buku best seller yakni Drunken Monster: Kumpulan Kisah Tidak Teladan yang terbit tahun 2008, Drunken Molen: Kumpulnya Kisah Tidak Teladan yang terbit tahun 2008, dan Drunken Mama: Keluarga Besar Kisah-kisah Non Teladan yang terbit tahun 2009.
Ada juga buku Drunken Marmut: Ikatan Perkumpulan Cerita Teladan terbit tahun 2009, Al-Asbun Manfaatulngawur terbit tahun 2010, At-Twitter: Google Menjawab Semuanya Pidi Baiq Menjawab Semaunya terbit tahun 2012, dan S.P.B.U: Dongeng Sebelum Bangun terbit tahun 2012.
Karir penulisan Pidi juga semakin melaju saat menelurkan buku serial Dilan. Dilan: Dia adalah Dilanku tahun 1990 terbit pada 2014, Dilan Bagian Kedua: Dia adalah Dilanku tahun 1991 terbit pada 2015, dan Milea: Suara dari Dilan terbit pada 2015. Ketiga buku inilah yang menggemparkan jagat sastra pop tanah air.
Tak cukup sampai di situ, kemampuan Pidi dalam dunia seni ternyata dibuktikan lewat dunia film. Pada 2017, Pidi menggarap film berjudul Baracas: Barisan Cinta Asmara yang diperankan oleh Ringgo Agus Rahman, Tika Bravani, Cut Mini, Budi Doremi dan banyak lagi. Sayangnya film ini kurang menarik minat penonton.
Satu film yang menggemparkan karya Pidi adalah Dilan 1990 yang merupakan adaptasi dari novelnya. Film yang tayang pada 2018 tersebut dibintangi Iqbaal Ramadhan dan Vanesha Prescilla. Film ini berhasil mencatatkan rekor penonton terbanyak mencapai 6,3 juta. Diperkirakan film tersebut meraup pendapatan hingga Rp231 miliar.
Saat ini film lanjutannya sedang dalam tahap penggarapan berjudul Dilan 1991. Film ini dijadwalkan tayang serentak di bioskop pada tahun ini. Kita tunggu apakah filmnya bakal sukses seperti Dilan 1990?
(Baca juga: Belajar Sukses dari Seniman Pidi Baiq)
Jalan Rocky di bidang akademik, politik dan sosial

Nama Rocky Gerung mulanya memang dikenal sebagai dosen filsafat UI. Meski tak pernah mengambil ijazah S1-nya, tapi toh Rocky dipercaya menjadi dosen belasan tahun di jurusan Filsafat Fakultas Ilmu Budaya UI. Ia bahkan mengaku tak mengambil bayaran saat mengajar di UI.
Meski hanya menempuh pendidikan S1, tetapi Rocky mengajar untuk program doktor. Salah satu mahasiswa yang pernah dibimbingnya adalah artis ternama Dian Sastro. Ia juga kerap memberikan kata pengantar dan membedah buku dan disertasi para doktor. Rocky juga telah menelurkan buku bersama rekan-rekannya berjudul Teori Sosial dan Praktek Politik (1991) dan Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum dan Kasus (2006).
Setelah mengajar, Rocky lebih sering menjadi aktivis. Bersama Gusdur dan Azyumardi Azra, ia pernah mendirikan Setara Institute sebagai wadah pemikir di bidang demokrasi dan hak asasi manusia. Ia juga merupakan Peneliti Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D).
Saat ini, Rocky sering mengisi kuliah umum di berbagai tempat untuk membicarakan perihal demokrasi dan nalar akal sehat. Tak jarang ia menjadi narasumber di beberapa diskusi dan talkshow di televisi.
Rocky mengaku, di tahun politik ini, dirinya banyak ditawari sebagai calon legislatif dari berbagai partai. Namun ia menolaknya dengan alasan jalan hidupnya bukan menjadi politikus. Meskipun, ia sendiri pernah membidani sebuah partai bernama Partai Serikat Rakyat Independen (SRI) yang menjagokan Sri Mulyani untuk bisa maju di pemilihan presiden pada 2014 silam.
Rocky juga menolak bahwa dirinya adalah pendukung Prabowo-Sandi seiring selama ini ia kerap mengkritik pemerintahan Jokowi-JK. Rocky mengatakan ia akan tetap mengkritisi siapapun penguasanya. Bahkan jika Prabowo-Sandi memenangkan Pilpres 2019, ia akan mengkritik setelah Prabowo-Sandi dilantik.
(Baca juga: Kenapa Harus Asing Kalau Banyak Konsultan Politik Dalam Negeri)
Nah itulah kisah sukses Pidi Baiq dan Rocky Gerung yang ijazahnya masih ada di masing-masing almamaternya. Dari kedua orang ini, kita punya bukti bahwa menjadi sukses tak melulu harus mengandalkan ijazah.
Namun, bukan berarti ijazah yang kita dapatkan selama menempuh pendidikan ini tak penting lho. Justru dengan atau tanpa ijazah, kita harus membuktikan bahwa karya-karya atau kemampuan kita bisa diterima oleh masyarakat luas. Setuju?