Mengapa Anda Sebaiknya Kurangi Konsumsi Makanan Olahan? Yuk Cek!

Hidup Sehat ala Eyang Habibie: Apa Makanan Favoritnya?

Belakangan, terdapat berita mengejutkan tentang cacing yang ditemukan dalam kemasan sarden. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Pekanbaru, Provinsi Riau menemukan cacing pada sebuah merek sarden dan langsung melarang peredaran produk tersebut. Berita ini bisa menjadi pengingat akan sisi negatif makanan olahan.

Seiring dengan kesibukan yang menjerat masyarakat masa kini, kepraktisan dalam urusan makan menjadi sebuah kebutuhan. Maka dari itu, makanan olahan seringkali menjadi pilihan kala tak sempat mengolah sendiri makanan. Untuk menyantap makanan olahan memang sangat praktis, ada yang langsung bisa dikonsumsi, ada pula yang hanya perlu digoreng atau dipanaskan saja.

Makanan olahan yang telah melewati serangkaian proses sehingga lebih tahan lama dan rasanya pun lebih lezat. Meski rasanya lezat, sebaiknya Anda membatasi diri dalam mengonsumsi makanan olahan.

Mengonsumsi makanan olahan dalam jumlah terlalu banyak berpotensi memberikan dampak yang kurang baik untuk tubuh. Di bawah ini beberapa penyakit yang bisa timbul akibat terlalu banyak konsumsi makanan olahan? Yuk, cek!

Kanker

Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pada 2015 menyatakan daging olahan (sosis, daging asap, atau bentuk lainnya seperti burger) dapat menyebabkan kanker. WHO mengeluarkan pernyataan itu berdasarkan dari 800 studi ilmiah.

Sejak lama, daging olahan sering dikaitkan dengan kanker khususnya kanker usus dan lambung yang berhubungan dengan saluran pencernaan. Daging olahan yang dimaksud adalah berbagai jenis daging (sapi, domba, kambing, babi, kuda) yang melalui serangkaian proses antara lain pemberian garam dan bumbu, pengasapan, fermentasi, dan lainnya yang membuatnya tahan lama dan memiliki rasa lebih kuat.

Laporan WHO menyebutkan daging dalam seporsi hotdog atau sekitar 50 gram bisa meningkatkan risiko kanker kolorektal 18 persen.

Studi lain dari Universitas Hawaii memperlihatkan bahwa daging olahan meningkatkan risiko kanker pankreas sebesar 67 persen.

(Baca juga:  Ilmuwan Juga Bisa Tajir, Cek Kekayaan Stephen Hawking)

Obesitas

Penelitian yang dipublikasikan oleh European Journal of Preventive Cardiology memperlihatkan adanya kenaikan penderita obesitas di kalangan anak dan remaja di Shandong, China pada 1985-2014. Penelitian ini melibatkan 28.000 partisipan.

Pada 1985, hanya ada 1 persen anak dan remaja yang tergolong obesitas, sementara pada 2014 angkanya menjadi 17 persen anak laki-laki dan 9 persen anak perempuan.

Para ahli mengungkapkan pola makan gaya barat yaitu mengonsumsi makanan olahan dan minuman ringan berkaitan dengan obesitas. Hal itu dikarenakan dalam makanan dan minuman semacam itu terdapat kandungan lemak atau gula yang sangat besar sehingga kurang baik untuk tubuh.

Penyakit jantung

Selain obesitas, makanan olahan juga berhubungan dengan penyakit jantung. Karena itu, batasilah konsumsi makanan olahan. Khusus untuk daging olahan, peneliti menganggap bahwa konsumsi daging olahan dikatakan tinggi jika melebihi 160 gram per hari.

Penelitian yang termuat di jurnal BMC Medicine memaparkan konsumsi daging olahan dengan berlebihan bisa mempersingkat usia. Penelitian berlangsung satu tahun dan melibatkan sekitar setengah juta pria dan wanita dengan usia 35 sampai 70 tahun di 10 negara di Eropa.

Penelitian tersebut memperlihatkan konsumsi daging olahan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung dan kanker, masing-masing sebesar 72 persen dan 11 persen.

(Baca juga:  Cek Cara Mudah Kredit Motor Hanya dengan Jari!)

Diabetes

Makanan kaleng mengandung bahan anti-karat yang bernama Bisphenol A. Bahan ini bisa menganggu kesehatan Anda. Selain berisiko terkena serangan jantung, mereka yang menyantap makanan kaleng dengan kandungan Bisphenol A dalam jangka panjang juga berisiko terkena diabetes serta penyakit hati. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Harvard Public School of Health.

Penelitian yang dilakukan tim Stanford dan Johns Hopkins University juga menemukan bahwa kebiasaan konsumsi makanan kaleng bisa mengganggu kinerja hormon dalam tubuh. Peneliti meyakini, makanan seperti sarden, buah kaleng, kornet dan lainnya telah terpapar bahan kimia BPA.

Paparan BPA yang berlebihan dalam tubuh membuat seseorang rentan terkena diabetes dan gangguan hormon.

Dalam melakukan penelitian ini, terdapat 7.669 responden yang terlibat selama enam tahun. Responden harus menuliskan pola makan mereka selama 24 jam dan melakukan tes urin.

National Institute of Environmental Health Sciences juga menganjurkan agar ibu hamil membatasi konsumsi makanan kemasan kaleng dan plastik karena berpotensi membahayakan.

Perlu perlindungan kesehatan? Ajukan asuransi kesehatan lewat CekAja.com!