Lima Hal yang Cuma Ada di Bulan Puasa

Indonesia memiliki tradisi dan kebiasaan yang hanya berlaku saat Bulan Ramadan. Keunikan-keunikan ini acap kali membuat rindu saat Ramadan sudah berakhir. Misalnya saja tradisi mudik alias pulang kampung.

Meski jalanan macet dan harga tiket naik, semuanya tetap dijabani demi bisa merayakan Idul Fitri bersama keluarga. Tradisi semacam ini bahkan tidak ada di Timur Tengah lho.  Lalu tradisi apalagi ya yang hanya ada di bulan puasa?

Ngabuburit

Ngabuburit adalah istilah yang biasa digunakan untuk menunggu waktu berbuka. Ngabuburit identik dengan kegiatan nongkrong atau hanya menghabiskan waktu sampai waktu berbuka puasa tiba. Padahal mengaji juga termasuk kegiatan ngabuburit, lebih berpahala pula. (Baca juga:  7 Masjid yang Asyik Buat “Ngabuburit”)

Umumnya orang-orang ngabuburit ini akan memenuhi taman-taman kota, wilayah di mana terdapat banyak pedagang makanan, mal, dan masjid di sore hari. Tak jarang saking padatnya, jalanan pun jadi macet. Tapi kehangatan suasana ngabuburit ini terasa ngangenin saat Ramadan sudah berakhir.

Bukber

Kalau minggu pertama jalanan penuh dengan orang yang ingin cepat-cepat pulang agar bisa berbuka di rumah, minggu kedua di bulan puasa jalanan mavet dengan orang-orang yang menuju tempat bukber. Ya, tradisi bukber sejatinya adalah makan-makan bersama. Tapi di bulan puasa, makan-makan bersama ini semakin berkesan karena sekaligus menjadi ajang silaturahmi dan reuni.

Apalagi bagi kamu yang punya teman, minggu kedua hingga minggu ketiga pasti agendamu penuh oleh ajakan bukber. Bukber juga menjadi alasan keuanganmu boros selama bulan Ramadan.

Sahur on the road

Istilah sahur on the road secara harfiah diartikan sebagai sahur di jalan. Dalam tradisi satu ini, sahur memang tidak dilakukan di rumah atau restoran seperti dalam acara bukber, tapi berkeliling untuk berbagi. Sasarannya adalah kaum duafa tidak memiliki makanan untuk sahur bahkan harus tidur di jalanan.

Tapi sayangnya, kegiatan sahur on the road ini suka meninggalkan sampah. Bahkan di Jakarta pernah terjadi tawuran hingga menyebabkan korban tewas. Jakarta dan Bogor adalah kota-kota yang mengimbau agar warganya tidak melakukan sahur on the road.

Warteg setengah buka

Baru-baru ini netizen dihebohkan oleh berita Saeni, perempuan berusia 53 tahun pemilik warung tegal (warteg) di Jalan Cikepuh, Pasar Rau, Kota Serang. Ibu Eni menangis melihat dagangannya diangkut petugas Satpol PP pada Rabu 8 Juni 2016 lalu.

Eni menceritakan, saat itu baru selesai masak untuk menjajakan dagangannya, tapi petugas Satpol PP datang menggerebek warungnya. Petugas langsung membungkus seluruh masakannya yang akan dijual untuk dibawa. Padahal Eni mengaku pintu warung sudah ditutup rapat-rapat dan jendela juga ditutupi kain untuk menghormati yang sedang berpuasa.

Selama bulan Ramadan, kamu memang akan banyak menemukan restoran, rumah makan, sampai warteg yang tetap buka. Tapi biasanya mereka memasang gorden untuk menghormati orang yang   berpuasa. Di hari-hari biasa pemandangan ‘buka setengah’ ini tentu tidak kamu temukan.

Suara sirine sahur

“Sahur…. Sahur… sahur… Bagi kamu yang tinggal dekat masjid, suara ini pasti tidak asing lagi. Menjelang waktu sahur, speaker masjid akan berkumandang menyuarakan bangun tidur. (Baca juga:  Masih Susah Bangun Sahur? Pakai 7 Trik Ini untuk Mengatasinya)

Suaranya khas dengan nada yang terkadang lucu. Meski tidak seefektif alarm di samping tempat tidur, seruan sahur ini menjadikan Ramadan makin berkesan.