Lima Sheikh yang Gemar Investasi di Dunia Olahraga
6 menit membaca
Gelar Sheikh kerap digunakan mereka yang menjadi anggota keluarga kerajaan atau pemimpin negara di Timur Tengah. Kini, kehadiran mereka di dunia bisnis begitu nampak dari jumlah modal yang mereka tanamkan di beberapa perusahaan kenamaan dunia, salah satunya di bidang olahraga.
Sebetulnya, gelar sheikh memiliki arti lebih banyak. Dalam bahasa Arab, sheikh berarti orang yang sudah tua, dan itu adalah gelar yang tidak mudah diperoleh. Hanya orang muslim yang paling dipercaya dan dihormati yang bisa mendapatkan gelar terhormat ini.
Seorang muslim yang memiliki gelar sheikh biasanya adalah orang yang gemar mempelajari agama Islam, berpengalaman dalam ajaran Al Quran dan hidup menurut Sunnah, yang merupakan teladan bagi umat Islam. Gelar ini kemudian menjadi lebih condong disandang oleh mereka para pewaris tahta kerajaan atau pun pemimpin negara.
Dengan kekayaan yang mereka miliki, para sheikh dari Timur Tengah ini semakin berminat berinvestasi di berbagai bidang. Salah satu di antaranya adalah di industri olahraga yang memang semakin menjanjikan keuntungannya. Nah, siapa saja yang sudah mulai berminat bergelut di bisnis yang satu ini? Berikut ini daftarnya.
(Baca juga: Empat Tokoh Muslim Terkaya di Dunia)
1. Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum

Penguasai Dubai ini tertarik pada pacuan kuda dan sudah menjadi figur utama pada peternak kuda pacuan Thoroughbred. Sampai sekarang, Sheikh Mohammed menjadi pemilik peternakan kuda Darley Stud breeder kuda terbesar di dunia yang beroperasi di Amerika Serikat, Irlandia, Inggris, dan Australia.
Kegilaannya terhadap dunia kuda sudah diperlihatkan sejak masih anak-anak. Sheikh Mohammed mulai mengikuti pacuan kuda resmi pada tahun 1967 di arena pacuan kuda kenamaan di Inggris, Newmarket. Pada tahun 1985, dia membeli seekor kuda kenamaan hasil ternakan Thoroughbred Irlandia bernama Park Appeal. Selain menjadi bintang pada masanya bersama Sheikh, Appeal juga mampu memberikan keturunan kuda ras yang juga sukses di arena pacuan seperti dirinya.
Thoroughbred bukanlah satu-satunya peternakan kuda yang menjadi milik Sheikh Mohammed. Sheikh terus berusaha melebarkan sayapnya di bisnis berkuda ini. Pada tahun 2008, dia membeli peternakan kuda Woodlands Stud senilai lebih dari 460 juta dolar AS.
Dia pun ikut meramaikan kompetisi pacuan kuda dengan menggelar Dubai World Cup. Kini, kompetisi tersebut menjadi kompetisi pacuan kuda terbesar di dunia yang mampu membawa salah satu bintang pacuan kuda asal AS, Cigar, untuk tampil memukau di Meydan Racecourse, Dubai dan memperebutkan todal hadiah 27 juta dolar AS.
Pada perhelatan Asian Games 2006, putra-putra Sheikh Mohammed, ikut berlaga pada cabang olahraga berkuda nomor endurance perseorangan dan beregu. Rashid, yang berlaga pada nomor perseorangan, sukses meraih medali emas. Bersama dengan ketiga saudaranya, Rashid mempersembahkan medali emas pula di nomor beregu.
(Baca juga: 10 Orang di Dunia yang Miliki Uang Lebih dari Rp 100 Triliun)
2. Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan

Dia tak hanya aktif di dalam pemerintahan Uni Emirat Arab. Selain menjabat Deputi Perdana Menteri Uni Emirat Arab dan juga Menteri Urusan Pemerintah di Abu Dhabi, Sheikh Mansour begitu aktif menekuni bisnisnya di dunia sepakbola.
Sheikh Mansour diperkirakan memiliki kekayaan mencapai 4.9 miliar dolar AS. Tak sulit baginya untuk mencoba berinvestasi di dunia olahraga. Dia menjadi CEO perusahaan olahraga Al Jazirah yang membidangi sepakbola, voli dan basket di Abu Dhabi. Namun, yang paling popular dari itu semua, dia adalah pemilik klub English Premier League, Manchester City FC, melalui perusahaannya City Football Group yang menjadi anak perusahaan dari Abu Dhabi United Group.
Nilai investasi terhadap Manchester City kala itu mencapai 200 juta Poundsterling. Tak berhenti pada satu klub di Inggris, melalui City Football Group, Sheikh Mansour pun mencoba menamankan modalnya di klub Major League Soccer (MLS), New York City FC.
Selain hadir menjadi penyuntik dana di salah satu klub, dia juga menjadi penyokong dana bagi sponsor utama liga Premier Barclay sebesar 3,5 juta pounds. Kucuran dana ini sempat mengundang perdebatan, mengingat Sheikh Mansour merupakan salah satu pemilik klub liga Premier.
Dengan pengaruhnya di dunia sepakbola, Sheikh Mansour menjadi salah satu figur yang akhirnya sukses membawa Abu Dhabi sebagai tuan rumah FIFA Club World Cup pada tahun 2009 dan 2010. Selain aktif di cabang olahraga sepakbola, Sheikh Mansour juga menjadi atlet penunggang unta yang cukup sukses. Dia pernah menjuarai beberapa kompetisi balap unta yang digelar di Timur Tengah.
Tak hanya menjadi atlet, Sheikh ini pun tampil menjadi salah satu petinggi di Emirates Horse Racing Authority (EHRA). Salah satu program pacuan kuda yang dikembangkannya adalah Global Arabian Flat Racing Festival, yang digelar sampai di lima benua di seluruh dunia.
Selain itu, Sheikh Mansour ikut berperan penting di cabang olahraga atletik. Dia tak mau tertinggal tren kompetisi lari marathon yang kini begitu digemari. Oleh karenanya,Sheikh Mansour juga terlibat menyokong kompetisi tahunan, the Zayed International Half Marathon, yang biasa digelar di Abu Dhabi.
(Baca juga: Bisa Foya-foya, Tapi Tetap Kaya)
3. Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani

Sheikh Hamad adalah Emir Qatar yang memerintah antara tahun 1995 hingga 2013. Selama pemerintahannya, negara Qatar menghasilkan hampir 85 juta ton gas alam dan menjadikannya sebagai negara terkaya di dunia. Setelah turun tahta, dia menyerahkan tampuk pemerintahan kepada putranya, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. Semasa kepemimpinannya, Sheikh Hamad cukup aktif bergerak mempromosikan Qatar menjadi tuan rumah kompetisi olahraga seperti Asian Games 2006. Dan, tentu saja yang paling prestisius adalah menjadikan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia pada tahun 2022 mendatang.
Selain menggerakkan kompetisi di Qatar, Sheikh Hamad juga aktif menyuntikkan modal di beberapa perusahaan melalui Qatar Investment Authority. Dari perusahaan itu, Sheikh ikut berinvestasi di klub sepak bola Prancis, Paris Saint-Germain F.C. Perusahaan investasi itu kemudian memiliki 70 persen saham PSG. Suntikan dana untuk klub sepak bola lainnya adalah suntikan dana sponsor untuk klub kenamaan, Barcelona. Cap bertulisan Qatar Foundation pada kaos yang dikenakan Lionel Messi cs sejak musim 2013/2014 itu bernilai 125 juta pounds.
Upaya Sheikh Hamad untuk menjajal investasi di dunia sepakbola mulai nampak sejak ketertarikannya untuk membeli klub Manchester United pada tahun 2011. Namun, tidak ada kepastian bagaimana kelanjutannya. Rumor yang beredar, Qatar Holdings yang kemudian menjadi penyokong MU pada bursa transfer musim panas 2011. Setahun berselang, rumor lain yang beredar Sheik Hamad bin Khalifa Al Thani ingin membeli Rangers F.C. atau klub asal Italia AC Milan.
4. Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani

Seperti ayahnya, Sheikh Tamim juga memiliki ketertarikan untuk berinvestasi pada bidang olahraga. Dia yang mengurus pembelian klub Paris Saint-Germain melalui Qatar Sport Investments. Dia menjadi ketua panitia penyelenggara Asian Games 2006 yang berlangsung di Doha. Kehadirannya sebagai ketua panitia menjadikan ajang ktejuaraan olahraga multicabang tingkat Asia itu sukses diikuti seluruh negara di Asia – pertama kali sepanjang sejarah penyelenggaraan Asian Games.
Sheikh Tamim jugalah yang ikut memberikan pengaruhnya untuk membawa Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Dia juga yang menjadikan ajang Kejuaraan Dunia FINA pada tahun 2014 bisa digelar di Qatar. Penguasa kerajaaan termuda di dunia tersebut juga aktif dalam organisasi olahraga seperti
International Olympic Committee (IOC) dan menjadi ketua National Olympic Committee (NOC). Kini, Sheikh Tamim sedang berjuang membawa Qatar menjadi tuan rumah Olimpiade pada tahun 2020.
(Baca juga: Mau Sukses Finansial dan Kaya? Wajib Baca 5 Buku Ini)
5. Sheikh Abdullah bin Nasser Al-Thani

Sheikh Abdullah bin Nasser Al-Thani membeli klub peserta La Liga Spanyol, Malaga, pada tahun 2010. Kehadirannya menjadi angin segar untuk Malaga yang bisa menghadirkan pemain berkualitas dan membawa klub tersebut sukses menduduki peringkat empat klasemen akhir musim 2011/2012. Malaga pun akhirnya lolos ke Liga Champions untuk pertama kalinya. Musim berikutnya Malaga melakukan pencapaian yang luar biasa dengan debutnya di Liga Champions Eropa, dengan mampu mencapai perempat final sebelum kalah dari Borussia Dortmund.
Meski tidak semewah PSG maupun Manchester City, Sheikh Abdullah berhasil menjadi sumber pemasukan baru bagi klub Malaga dan mendatangkan beberapa pemain berkualitas. Tetapi sayangnya gelontoran dana dari pemilik baru ini tidak bertahan lama bagi Malaga. Gelontoran dana dari Syeih Al-Thani terhenti mulai pertengahan 2012.
Rumor yang beredar investasi besar-besaran Sheikh Abdullah ini ditujukan untuk mengambil hati penduduk lokal dan pemerintah daerah setempat. Dia ingin membangun kawasan “Sport City†dengan daerah marina yang mewah dan perhotelan mewah namun tak mendapai simpati. Dengan dalih kehilangan ketertarikannya terhadap sepak bola, Sheikh Abdullah meninggalkan Malaga yang lalu mengalami kesulitan membayar gaji para pemain bintangnya.
Sementara spekulasi lain yang juga muncul kala itu adalah Malaga dan PSG yang bakalan berkompetisi di ajang Liga Champions musim 2012/2013. Badan sepakbola Eropa, UEFA, memiliki wewenang untuk mendiskualifikasi klub peserta Liga Champions atau Liga Eropa yang memiliki ikatan darah antar pemiliknya. Nah, meski Sheikh Abdullah tidak masuk dalam Qatar Investment Authority yang dipimpin Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani, dia adalah anggota kerajaan dan punya ikatan darah dengan Sheikh Hamad pemilik PSG meski bukan saudara dekat.