Lima Tanda Kalau Kamu Stres Berat di Tempat Kerja

Lima Tanda Kalau Kamu Stres Berat di Tempat Kerja

Setiap orang pasti pernah mengalami stres karena pekerjaan. Tapi bagi sebagian orang, stres karena urusan pekerjaan merupakan masalah serius. Berdasarkan temuan American Psychological Association (APA), 65% warga Amerika menyebut pekerjaan sebagai alasan utama stres.

Stres yang ditimbulkan bukan hanya mempengaruhi suasana hati dan produktivitas kerja, tapi juga berbahaya bagi kesehatan. “Dibandingkan wanita, pria yang stres lebih berisiko terkena darah tinggi, diabetes melitus tipe dua, penyakit dan serangan jantung,” kata Simon A. Rego, PsyD, direktur dari Montefiore Medical Center/Albert Einstein College of Medicine.

Repotnya, pria tidak mudah mengelola stres seperti wanita karena pria lebih sulit mengungkapkan perasaan. Karena kamu sudah mengetahui bahwa stres berbahaya bagi kesehatan, kini saatnya mengenal gejala yang menunjukkan kalau kamu sedang stres akut.

1. Sakit kepala hebat

Apakah Anda sering merasa sakit kepala? Jangan dianggap remeh. Berdasarkan The American Institute of Stres , sakit kepala akut merupakan gejala stres berat. Obat sakit kepala memang bisa membantu meringankan gejala sakit kepala akibat pekerjaan. Namun jika sakit kepalamu sudah kronis, kamu perlu mempelajari manajemen stres, konseling pada psikiatri, atau bahkan mengonsumsi antidepresan.

Sakit kepala sebelah yang terjadi setiap minggu juga bisa menjadi tanda bahwa tekanan kerja terlalu banyak. Kenaikan level stres yang tiba-tiba merupakan pemicu sakit kepala, sepertinya yang dilaporkan oleh Rush University Medical Center. Untuk mencegahnya, kamu harus makan teratur dan tidur cukup dapat meminimalisir risiko stres.

(Baca juga: Tips Memilih Vendor Pernikahan untuk Wujudkan Pernikahan Impian)

2. Nyeri rahang

Kalau kamu stres, tanpa sadar rahang tegang dan gigi bergemeretak di malam hari. Istilah untuk menyebutkan aktivitas ini adalah bruksisme. Bruksisme berarti kebiasaan buruk berupa menggertakkan gigi, menggeser-geserkan gigi atau mengatupkan gigi geligi atas dan bawah dengan tekanan yang besar.

Di luar faktor keturunan, penyebab oklusi (cara gigi geligi rahang atas dan bawah mengatup adalah faktor emosional, seperti stres di siang hari, perasaan cemas, kemarahan, rasa sakit dan frustrasi. Selain itu, faktor keturunan. Untuk mencegahnya, kamu wajib mempraktikan meditasi. Cara ini ampuh mencegah bruksisme. Periksa juga ke dokter gigi apakah bruksisme yang kamu alami bukan karena stres, tapi karena masalah struktur gigi dan rahang.

3. Nyeri perut

Situasi stres di kantor bisa jadi penyebab di balik sakit perut dan masalah pencernaan lainnya. Orang sering merasa mulas ketika tegang. Tapi rupanya, sembelit pun disebabkan karena perasaan tertekan. Hal ini karena otak dan saluran pencernaan berbagi koneksi saraf yang sama,” ujar Douglas A. Drossman, MD, seorang gastroenterologist dan psikiater darik University of North Carolina Amerika.

Diet dapat membantu meminimalkan stres yang berhubungan dengan masalah perut. Konsumsi makanan tinggi serat seperti oatmeal. Ikan berlemak seperti salmon dan sarden segar dapat mengurangi peradangan yang memperparah masalah perut Anda. Hindari gula, kafein, alkohol, dan junk food karena dapat memperburuk stres.

4. Breakout dan masalah kulit lainnya

Kalau kulitmu yang tadinya mulus berubah jadi kering, kusam, dan berjerawat parah, stres bisa jadi penyebabnya. Respons tubuh terhadap stres merupakan pemicunya, karena tubuh memproduksi hormon kortisol yang membuat kulit lebih berminyak.  Kulit yang berminyak, ditambah polusi dan kebiasaan mencuci muka yang tidak bersih membuat jerawat tumbuh subur.

Kamu yang memiliki kulit kering pun bisa terkena eksim, psoriasis, rosacea, atau penyakit kulit lainnya. Pencegahan: Jika jerawat sudah di luar batas wajar, segera konsultasikan dengan dokter kulit. Mungkin itu bukan jerawat biasa, tapi tergolong penyakit kulit. Jangan lupa untuk banyak minum putih dan istirahat teratur.

5. Rambut rontok parah

Kerontokan rambut banyak dialami pria yang telah berumur. Kerontokan parah sering dikaitkan dengan faktor genetika, penuaan, dan menurunnya level testosteron. Tapi kalau kamu kehilangan jumlah banyak saat menyisir atau setelah keramas, ini mungkin telogen effluvium, sebuah kondisi yang dipicu oleh stres, serta oleh obat atau infeksi tertentu.

Stres memang tidak langsung membuat rambut rontok. Stres karena terlambat datang ke kantor atau lembur mungkin tidak membuat kepalamu botak. Tapi, stres karena perubahan fisik seperti kehilangan berat badan dalam waktu singkat dapat membuatmu rambut rontok perlahan.

(Baca juga: Stres dengan Kemacetan? Saatnya Berwisata Alam Asyik di Tengah Kota Jakarta)

Pencegahan: Untungnya di luar sana banyak produk untuk mengatasi rambut rontok dan memelihara kesehatan kepala. Selain perawatan, pastinya kamu harus menguasai manajemen stres.

Butuh asuransi kesehatan yang diterima semua rumah sakit berkualitas di Indonesia? Daftar sekarang juga di CekAja!