Masjid Bersejarah di Jakarta yang Cocok untuk Wisata Religi Saat Ramadan
3 menit membacaKegiatan ngabuburit menjelang berbuka sudah menjadi tradisi di Indonesia. Daripada wara wiri tanpa tujuan, berwisata ke masjid-masjid bersejarah di Jakarta bisa jadi aktivitas ngabuburit yang seru.

Apalagi, di masjid biasanya ada kegiatan khusus yang menarik untuk diikuti seperti pengajian, santunan anak yatim dan kegiatan positif lainnya.
Di Jakarta, ada banyak masjid bersejarah yang tergolong berumur tua. Sambil menunggu waktu berbuka puasa, pengunjung bisa beribadah di dalam masjid yang sejuk atau sekadar mengagumi arsitektur sambil menggali kisah di balik pendiriannya. Masjid apa saja yang bisa disambangi?
Daftar Masjid Bersejarah di Jakarta
1. Masjid Istiqlal

Namanya pasti tidak asing. Shalat sunat Idul Fitri setiap tahunnya disiarkan langsung dari masjid ini. Pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951.
Masjid terbesar di Asia Tenggara ini baru selesai dibangun 17 tahun kemudian pada tahun 22 Februari 1978.
Uniknya, arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan yang memenangkan sayembara. Masjid ini dapat menampung maksimal sekitar 200.000 jamaah.
Kemegahan dan kemewahan arsitekturnya merupakan perpaduan antara arsitektur Indonesia, Timur Tengah, dan Eropa.
(Baca Juga: Langgar Adalah Masjid Kecil untuk Beribadah, Bagaimana Sejarahnya?)
2. Masjid Agung Sunda Kelapa

Menempati area 9.920 m² di Menteng Jakarta Pusat, Masjid Agung Sunda Kelapa mampu menampung 4.424 jamaah.
Tak seperti masjid kebanyakan, Masjid Agung Sunda Kelapa tak memiliki kubah, bedug, bintang-bulan, dan sederet simbol yang biasa terdapat dalam sebuah masjid.
Menara yang ada pun sangat unik. Bentuk bangunannya mirip perahu, sebagai simbol pelabuhan Sunda Kelapa tempat saudagar muslim berdagang dan menyebarkan syariat Islam pada masa lalu. Arsiteknya adalah Abbas, orang yang juga merancang masjid Salman di ITB.
3. Masjid Cut Meutia

Bangunan masjid ini merupakan salah satu peninggalan sejarah dari zaman kolonial Belanda. Dulunya, bangunan yang kini dialihfungsikan sebagai masjid ini merupakan kantor biro arsitek (sekaligus pengembang) Belanda.
Kemudian masjid ini pernah menjadi kantor pos, kantor Jawatan Kereta Api Belanda dan kantor Kempetai Angkatan Laut Jepang (1942 – 1945).
Setelah Indonesia merdeka, ia pernah dipergunakan sebagai kantor Urusan Perumahan, hingga Kantor Urusan Agama (1964 – 1970). Dan baru pada zaman pemerintahan Gubernur Ali Sadikin diresmikan sebagai masjid tingkat provinsi.
Masjid Cut Meutia memiliki keunikan, yakni mihrab dari masjid ini diletakkan di samping kiri dari saf salat (tidak di tengah seperti lazimnya).
Selain itu posisi safnya juga terletak miring terhadap bangunan masjidnya sendiri karena bangunan masjid tidak tepat mengarah kiblat. Masjid ini sangat menarik untuk dikunjungi saat bulan Ramadhan.
4. Masjid Lautze

Bangunan Masjid Lautze tergolong unik karena berada di antara deretan ruko. Bangunan ini didirikan oleh muslim keturunan Tionghoa sejak tahun 1991. Interior masjid sangat kental menampilkan budaya sang pendiri.
Interiornya didominasi harmonisasi warna hijau dan merah. Mimbar imam dan kaligrafinya pun lebih bergaya Tionghoa.
Masjid ini merupakan pusat syiar Islam di kalangan warga Tionghoa. Berdasarkan data dari tahun 1997 sampai 2016, Masjid Lautze telah mengislamkan warga keturunan Tionghoa lebih dari 1.000 orang.
Di Masjid Lautze juga ada pengajian khusus masyarakat Tionghoa menggunakan bahasa Mandarin. Pengajian dilakukan sebagai dakwah Islam yang digelar setiap hari Sabtu dan Minggu setelah pengajian umum.
5. Masjid Al-Makmur Cikini

Lokasinya tepat berada di Cikini. Masjid Al Makmur dibangun pada 1860 dan menjadi salah satu masjid tertua yang ada di Jakarta.
Sempat mengalami sengketa tanah dengan pemerintah kolonial Belanda, masjid Al Makmur Cikini akhirnya diresmikan berdiri oleh Agus Salim pada 1932 dan diperlebar ke belakang.
Bangunan yang ada saat ini menyerupai bentuk aslinya saat diresmikan oleh Agus Salim. Masjid Al-Makmur Cikini ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya Jakarta.
6. Masjid Luar Batang

Masjid yang berlokasi di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara ini memiliki sejarah yang panjang. Dibangun pada 1756, masjid ini awalnya hanya berbentuk mushola kecil. Arsitekturnya dipengaruhi budaya Tiongkok, India, dan Arab.
Pengaruh ini tak lepas dari peran Jakarta Utara sebagai kota pelabuhan dan tempat singgah orang-orang dari berbagai latar belakang etnis dan negara.
Sama seperti Masjid Al-Makmur Cikini, masjid ini juga diresmikan sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi pemerintah.
(Baca Juga: 9 Tradisi Tahun Baru Islam di Indonesia, Mulai dari yang Unik sampai Sakral)
Jadi, itulah beberapa masjid bersejarah di Jakarta yang cocok untuk wisata religi saat bulan Ramadan. Selain tempat-tempat tersebut, tentunya masih banyak wisata religi lain yang tersebar di seluruh Indonesia.
Daerah mana yang ingin kamu kunjungi untuk wisata religi di Ramadhan kali ini? Di mana pun itu, jangan lupa untuk membawa kartu kredit khusus travelling!
Sebab, hadirnya kartu kredit dinilai mampu memberikan kemudahan bagi para penggunanya dalam hal melakukan transaksi, terutama ketika traveling.
Temukan pilihan kartu kredit terbaik khusus travelling hanya di CekAja.com!
Proses pengajuan kartu kredit di CekAja.com sangatlah mudah, aman, dan juga cepat karena seluruh prosesnya dilakukan secara online tanpa harus mengunjungi kantor bank.
Jadi tunggu apalagi segera kunjungi CekAja.com untuk mendapatkan kartu kredit khusus travelling terbaik!