Infografis: Masyarakat Indonesia Masih Belum “Melek” Keuangan
0 menit membaca
Ternyata, tingkat literasi keuangan Indonesia masih rendah. Sebab, tingkat pertumbuhan industri jasa keuangan masih dianggap tidak seimbang dengan tingkat kesadaran masyarakat untuk mempelajari produk-produk jasa keuangan. Lebih jelasnya, simak infografis berikut:
Hasil tersebut berdasarkan Strategi Nasional Literasi Keuangan yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 19 November 2013 lalu. Cetak biru ini berisi survei yang melibatkan 8.000 responden dari 20 provinsi dengan metode stratified random sampling. Berikut indeks literasi keuangan serta klasifikasi hasil survei OJK.
Klasifikasi | Well Literate | Sufficient Literate | Less Literate | Not Literate |
Perbankan | 21,80% | 75.44% | 2.04% | 0.73% |
Asuransi | 17,84% | 41.69% | 0.68% | 39.80% |
Perusahaan Pembiayaan | 9,80% | 17.89% | 0.21% | 72.10% |
Dana Pensiun | 7,13% | 11.74% | 0.11% | 81.03% |
Pasar Modal | 3,79% | 2.40% | 0.03% | 93.79% |
Pergadaian | 14,85% | 38.89% | 0.83% | 45.44% |
Keterangan:
WELL LITERATE: memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan dan keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan
SUFFICIENT LITERATE: memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan
LESS LITERATE: hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan
NOT LITERATE: tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan dan tidak memiliki ketrampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan
Survei nasional ini diharapkan dapat digunakan untuk memetakan tingkat literasi keuangan terkini dari seluruh kelompok masyarakat di Indonesia, mengukur efektivitas program edukasi keuangan kepada masyarakat, serta mendorong lembaga jasa keuangan untuk mengembangkan produk dan jasa keuangan yang dibutuhkan masyarakat.