Melek Keuangan Lewat IFSE 2019!

Indonesia Fintech Summit Expo (IFSE) 2019 resmi digelar pada hari ini, Senin (23/9). Acara yang diikuti oleh lebih dari 120 perusahaan keuangan berbasis teknologi itu dihadiri pula oleh pejabat pemerintah seperti Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dan juga Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso.

Hajatan yang digelar selama 2 hari itu merupakan bukti kontribusi sektor financial technology (fintech) dalam meningkatkan inklusi keuangan.

Darmin Nasution dalam pidato pembukaan IFSE 2019 menuturkan melalui fintech, target inklusi keuangan yang dipatok diangka 75% optimistis tercapai. Hingga akhir tahun lalu saja, tingkat inklusi keuangan di Indonesia sudah berada di angka 60%.

“70% fintech melayani masyarakat unbanked dan underbanked. Jika angka ini akurat, fintech bisa membantu meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia yang pemerintah targetkan, yakni bisa mencapai 75% tahun ini, katanya dalam sambutan pembukaan IFSE 2019 di Jakarta.

Melalui fintech juga masyarakat yang berada di daerah terluar Indonesia bisa mendapatkan akses keuangan. Infrastuktur yang perlu disiapkan pun hanya berupa internet dan juga ponsel pintar.

Dengan begitu proses literasi dan edukasi keuangan bisa berjalan dan dengan sendirinya akan ikut mendorong inklusi keuangan ke jenjang yang lebih baik lagi.

Darmin berharap Lembaga-lembaga keuangan digital itu dapat melayani masyarakat unbankable di daerah terluar untuk mendapatkan layanan keuangan.

“Fintech saya harap juga tidak hanya fokus meningkatkan profit tapi juga mengedepankan edukasi dan perlindungan nasabah, tegasnya.

(Baca juga:  Lewat Fintech, Kini Bisnis Kecil Bisa Pinjam Uang Hingga Rp25 Juta)

Fintech Untuk Pertumbuhan Ekonomi

Membincang inklusi keuangan, dalam strategi nasional keuangan inklusif yang diatur oleh Perpres No. 82 tahun 2016, sasaran utama keuangan inklusif adalah 40% kelompok masyarakat berpendapatan terendah.

Disamping itu target keuangan inklusif juga menyasar masyarakat yang memiliki keterbatasan atau tidak ada akses sama sekali ke layanan keuangan.

Selain itu pelaku usaha mikro dan wirausaha kecil, masyarakat yang berada di daerah tertinggal, perbatasan, dan pulau-pulau terluar, serta kelompok pelajar, mahasiswa dan pemuda juga menjadi sasaran dalam keuangan inklusif.

Oleh karena itu ketersediaan akses keuangan diharapkan bisa berjalan adil.
Sri Mulyani menambahkan fintech diharapkan tidak hanya meningkatkan inklusi keuangan, tetapi juga bisa menekan angka kemiskinan dan kesenjangan.

Melalui pembukaan akses keuangan yang seluas-luasnya kepada masyakat di seluruh Indonesia, fintech juga bisa menjadi medium untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

“Melalui infrastruktur teknologi yang pemerintah sediakan, salah satunya satelit palapa, seharusnya fintech bisa diakses oleh masyarakat di seluruh Indonesia, katanya secara terpisah.

Meski begitu keamanan data dan juga transaksi tetap harus dikedepankan. Hal itu dimaksudkan agar nasabah dapat tetap bertransaksi secara nyaman dan juga aman.

(Baca juga:  Ayo Kenal Lebih Dekat dengan Fintech Resmi di IFSE 2019!)

Keamanan Tetap Dikedepankan

Kamu yang suka bertransaksi di platform milik perusahaan digital juga wajib melakukan re-check. Maklum, sejak awal 2019 hingga saat ini terdapat 946 fintech lending ilegal yang diblokir oleh OJK. Oleh karena itu pastikan perusahaan tempat kamu transaksi terdaftar dan diawasi oleh OJK.

OJK pun secara berkala terus menyempurnakan aturan dan juga kebijakan terkait dengan keamanan di fintech. Untuk lebih memberikan rasa aman kepada nasabah, OJK dan juga Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) sudah membuat kesepakatan agar para pelaku usaha fintech lending menyediakan kode etik untuk melindungi konsumen.

Wimboh Santoso mengungkapkan untuk itu OJK juga meminta Lembaga fintech untuk memperbesar area layanan keuangannya. Aspek prudentialitas, edukasi dan juga proteksi data serta nasabah harus tetap berjalan dan tidak dapat diperdebatkan lagi.

Karena bagaimana mungkin 1 nasabah dapat meminjam ke 20 perusahaan peer to peer lending hanya dalam 1 malam.

“Jangan hanya mengejar profit. Harus dipikirkan juga bagaimana pengembangan ekosistem fintech agar manfaatnya bisa lebih optimal, tutur Wimboh.

Layanan keuangan berbasis teknologi itu diharapkan mampu mengikuti sistem yang ada di Lembaga perbankan yang selalu mengedepankan prudentialitas dan juga keamanan. Bahkan ada juga harapan tentang tercapainya sinergi antara bank dan juga lembaga fintech.

BI juga berencana menggunakan sistem keuangan untuk mengintegrasikan layanan perbankan, fintech, dan nasabah. Melalui hal itu diharapkan mampu menciptakan stabilitas moneter.

“Ada juga diskusi mengenai open Application Programming Interface (API) melalui open banking akan memperkaya layanan keuangan, sehingga kolaborasi perbankan digital dengan fintech akan bermanfaat bagi ekonomi dan keuangan Indonesia, tutup Perry Warjiyo.

Melalui IFSE 2019 diharapkan dapat meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Jadi tunggu apa lagi, yuk kepoin booth CekAja.com di A2 Hall 2-3, Jakarta Convention Center. Acaranya berlangsung mulai tanggal 23 sampai 24 September 2019.

Kamu bisa dapat banyak informasi menarik seputar keuangan dan juga investasi disana.