Mengenal Pentingnya Ventilator Bagi Pasien Covid-19

Terus bertambahnya jumlah pasien terjangkit Covid-19 di dunia membuat permintaan ventilator meroket. Betapa tidak, jumlah ventilator yang ada selama ini ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan yang ada. Alhasil banyak negara yang mulai melakukan kajian untuk segera memproduksi alat bantu pernapasan tersebut secara mandiri.

Mengenal Pentingnya Ventilator bagi Pasien Covid-19

Melansir World Economic Forum, Ventiltor menjadi penting karena dapat membantu penyembuhan pasien Covid-19.

Cara kerjanya adalah dengan menghembuskan oksigen ke paru-paru saat pasien mengalami kesulitan bernapas.

Namun secara berkala juga mesin tersebut akan mati untuk membantu mengeluarkan napas pasien.

Idealnya, alat tersebut ada di setiap ruangan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit (RS).

Namun menurut pengakuan Menteri BUMN, Erick Thohir sekitar 50% dari total RS yang berstatus sebagai RS BUMN tidak memiliki ventilator di dalam ruangan ICU-nya.

Hal itu tentu saja membuat khawatir. Pasalnya jika terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang lebih tinggi lagi, bakal menyulitkan pasien yang membutuhkan untuk mendapatkan perawatan yang lengkap.

Saat ini, Kementerian BUMN mengaku tengah mencari Ventilator di seluruh dunia.

Negara yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri adalah Rusia dan Cina.

Tidak tinggal diam, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan beberapa Lembaga negara lainnya dan Universitas juga tengah membuat penelitian untuk membuat ventilator portable.

Ditargetkan dalam waktu dekat, konsorsium tersebut mampu memproduksi secara massal ventilator buatan dalam negeri itu.

(Baca juga: Hindari Penyebaran Covid-19, Masyarakat Mulai Kurangi Bepergian Lewat Udara)

1. Pasien Covid Mengalami Sulit Bernapas

Gejala infeksi covid-19 yang paling umum adalah demam, kelelahan, dan batuk kering. Sekitar 80% orang dilaporkan bisa sembuh tanpa mendapatkan perawatan dari dokter.

Isolasi secara mandiri dan memakan makanan yang bergizi menjadi kunci penting dalam mengurangi penyebaran virus didalam tubuh.

Menurut data WHO, sekitar 1 dari 6 penderita Covid-19 mengalami gejala yang bertambah buruk.

Kondisi tersebut terjadi ketika virus akhirnya masuk ke paru-paru dan membuat menjadi radang.

Dalam situasi seperti itu, paru akan mengamai kesulitan untuk menjalankan fungsinya, yakni memompa oksigen dan mengalirkannya ke seluruh organ tubuh.

Jika sudah begitu, ventilator dibutuhkan agar penderita bisa bernapas secara normal. Sehingga dapat membantu penyembuhan penderita.

2. Dokter kebingungan

Kurangnya jumlah ventilator di RS juga membuat dokter dan tenaga medis lainnya harus menentukan pilihan yang sulit.

Mana pasien yang benar-benar membutuhkan disaat semuanya mengalami kondisi buruk.

Di New York, Amerika Serikat (AS) pasien Covid-19 malah harus berbagi ventilator dengan pasien lainnya.

Hal tersebut juga terjadi di Italia. Kedua negara tersebut sampai saat ini menjadi negara dengan jumlah penderita terbesar.

Berdasarkan data Center for Systems Science and Engineering (CSSE) John Hopkins University, per siang hari ini (9/4), jumlah penderita Covid-19 di AS mencapai 432.132 jiwa, sedangkan di Italia mencapai 139.422 jiwa.

3. Bersama memproduksi ventilator

Untuk menanggulangi kekurangan ventilator, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bahkan sudah ke 60 perusahaan manufaktur untuk memproduksi alat bantu pernapasan tersebut dan alat medis lainnya.

Tidak ketinggalan, di Indonesia beberapa peneliti dari sejumlah universitas mulai dari Institur Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Padjajaran (Unpad) dan beberapa universitas lainnya juga mulai merancang dan memproduksi ventilator.

(Baca juga: Bulan Juni, Virus Covid-19 Diprediksi Bakal Berakhir)

4. Ventilator bukan obat, jaga jarak adalah kunci

Meskipun sangat membantu, tetapi ventilator bukanlah obat. Terdapat risiko yang harus ditanggung penderita saat alat tersebut dimasukkan ke paru-paru.

Mulai dari meningkatnya peluang infeksi dan kesulitan untuk batuk. Padahal batuk merupakan respon alami untuk mengeluarkan benda asing yang ada di tubuh, termasuk virus.

WHO mengingatkan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah mengurangi penyebaran dengan menjaga jarak sosial atau social distancing.

Sembari menjaga jarak dan mengurangi aktivitas di luar rumah, kamu bisa lho menambah penghasilan lewat bisnis daring.

Banner Kredivo

Cobalah berpikir kreatif. Gunakan sumber daya yang ada. Misal jika kamu hobi memasak, tidak ada salahnya menjajal bisnis makanan sehat secara daring. Urusan modal, percayakan saja ke Kredivo.