Mengenal Slow Travel, Gaya Liburan Santuy yang Jadi Tren di 2020

Menjalani segudang aktivitas sehari-hari tak jarang menimbulkan penat dan lelah. Banyak orang berupaya menghilangkan penat dan lelah dengan liburan. Namun, pernah gak sih kamu justru merasa capek sepulang dari liburan? Atau bahkan kamu sering merasakannya?

slow travel

Nampaknya kamu musti mengenal gaya berlibur yang bakal jadi tren di tahun 2020 ini, yaitu slow travel. Sesuai namanya, gaya liburan yang satu ini terbilang santuy dan jauh dari kata tergesa-gesa. Kalau kamu selama ini sering merasa capek setelah berlibur, bisa mencoba gaya pelesir slow travel.

Slow Travel Jadi Tren di 2020

Seperti dilansir Booking.com, slow travel akan menggeser gaya FOMO atau fear of missing out. Jika sebelumnya banyak orang yang takut untuk melewatkan segala sesuatu atau disebut FOMO dan berupaya melakukan banyak hal sekaligus, pada tahun 2020 justru banyak yang akan melambatkan perjalanannya.

Riset Booking.com memperlihatkan hampir separuh atau 48% traveler yang menjadi responden memiliki rencana memilih transportasi yang lebih lambat untuk mengurangi dampak lingkungan. Lalu, demi menikmati perjalanan, sebanyak 61% responden akan memilih untuk mengambil rute yang lebih jauh. Tipe transportasi yang mendukung gaya slow travel antara lain sepeda, tram, kereta luncur, perahu, hingga berjalan kaki.

Terdapat 64% responden yang ingin naik kereta bersejarah (seperti Flying Scotsman, Orient Express). Bahkan, sebanyak 56% responden tidak masalah jika harus menghabiskan lebih banyak waktu di perjalanan asalkan menggunakan jenis transportasi yang unik.

Riset tersebut dilakukan oleh Booking.com dengan sampel orang dewasa yang pernah melakukan perjalanan dalam 12 bulan terakhir/berencana untuk melakukan perjalanan dalam 12 bulan ke depan. Terdapat 22.000 responden yang disurvei (dari Australia, Jerman, Prancis, Spanyol, Italia, China , Brasil, India, AS, Inggris, Rusia, Indonesia, Korea Selatan, Jepang, Selandia Baru, Thailand, Argentina, Belgia, Kanada, Denmark, Hong Kong, Kroasia, Meksiko, Belanda, Swedia, Singapura, dan Israel). Responden mengisi survei online pada 9-28 Agustus 2019.

Selain itu, laporan APAC Travel Trends 2020 dari Skyscanner  juga mengungkapkan slow travel bakal jadi tren di tahun 2020. Laporan itu memperlihatkan pada tahun 2019, solo travel jadi gaya liburan terpopuler (22%), diikuti oleh slow travel (18%). Namun, pada tahun 2020, sebanyak 24% responden menjawab slow travel ketika ditanya tentang tipe perjalanan yang akan mereka lakukan di 2020.

(Baca juga: Hobi Traveling, Tapi Banyak Milenial Belum Tahu Manfaat Asuransi Perjalanan)

Apa Itu Slow Travel?

Apa Itu Slow Travel - Mengenal Slow Travel

Jika kamu pernah merasa lelah sepulang liburan, kamu gak sendirian lho. Skyscanner dalam laporannya memaparkan, setidaknya sepertiga dari traveler asal Korea Selatan dan seperempat traveler Jepang merasa perlu meluangkan lebih banyak waktu untuk menjelajah. Beberapa diantaranya mulai memprioritaskan kualitas daripada kuantitas.

Slow travel menekankan pada koneksi dengan lokasi, teman perjalanan, dan cara yang lebih santai dalam menjalani kehidupan. Slow travel bisa jadi berupa perjalanan panjang dan kegiatan yang tidak terjadwal.

Berbagai sumber menyebutkan, slow travel bermula dari gerakan slow food yang diciptakan warga negara Italia bernama Carlo Petrini. Gerakan slow food merupakan bentuk protes pada pembukaan restoran McDonald tahun 1986. Slow food memiliki tujuan melestarikan kuliner dan pertanian lokal, hingga metode tradisional dalam menyiapkan hidangan. Gerakan tersebut berubah menjadi subkultur lalu terciptalah slow travel.

Intinya, slow travel mengajarkan untuk tidak tergesa-gesa ketika berwisata, dengan begitu maka traveler akan mampu terhubung dengan masyarakat serta budayanya. Slow travel juga muncul sebagai solusi atas kelelahan, ketergesaan, dan keriuhan yang dirasakan usai melakukan perjalanan ala turis pada umumnya.

Slow travel mengajak untuk mengenali lebih dalam daerah yang dikunjungi lewat cara yang lebih rileks. Jadi, berbeda dengan gaya perjalanan umumnya yang terlalu cepat untuk berpindah dari satu tempat wisata ke tempat wisata lainnya seolah mengejar target.

(Baca juga: Review Kartu Kredit BRI Wonderful Indonesia, Kartu Sakti Buat Travelling)

Tips Melakukan Slow Travel

Kalau kamu merasa tertarik untuk mencoba gaya liburan slow travel, berikut beberapa tips yang dikumpulkan CekAja dari berbagai sumber yang bisa kamu coba:

Hindari tempat wisata populer

Hindari tempat wisata populer - Mengenal Slow Travel

Kalau ingin mendapatkan sebuah pengalaman yang mendalam, sebaiknya hindari tempat wisata populer yang sudah pasti dibanjiri pengunjung. Carilah tempat berlibur anti-mainstream. Dengan begitu, kamu akan menemukan suasana yang lebih tenang. Pikiranmu juga akan lebih segar.

Selanjutnya, berupayalah untuk benar-benar menikmati setiap aktivitas yang dilakukan. Kamu dapat menikmati kekayaan alam atau mempelajari sejarah daerah setempat. Kamu bisa memilih tempat bermalam dari Airbnb atau Couchsurfing yang menawarkan pengalaman lokal lebih otentik.

Berinteraksi dengan masyarakat

Berinteraksi dengan masyarakat - Mengenal Slow Travel

Cobalah perbanyak interaksi dan lebih menyatu dengan warga lokal. Kamu bisa mempelajari bahasa lokal, tetapi bukan berarti harus fasih. Cukup dengan mempelajari kata-kata atau kalimat yang umum digunakan.

Kamu bisa jalan kaki atau bersepeda keliling desa atau kota yang kamu kunjungi. Bertanyalah pada masyarakat tentang rekomendasi tempat makan atau tempat wisata. Jangan sungkan mengunjungi pasar tradisional, menyantap hidangan lokal, atau bersosialisasi di warung kopi.

Biarkan semuanya mengalir

Biarkan semuanya mengalir - Mengenal Slow Travel

Saat melakukan slow travel, yang terpenting bukanlah berapa banyak tempat yang kamu kunjungi, tetapi bagaimana kamu menikmati pengalamannya. Kamu juga harus bisa fleksibel, tidak perlu terlalu terpaku pada to-do list. Biarkan semuanya mengalir.

Siapkan waktu yang lama

Siapkan waktu yang lama - Mengenal Slow Travel

Kamu harus menyiapkan waktu lebih lama ketika mengunjungi sebuah daerah. Dengan begitu, kamu bisa meluangkan waktu untuk bersantai hingga mengamati warga melakukan aktivitas. Nikmatilah waktu yang sedang berjalan. Ingat, slow travel tidak mengajarkan untuk tergesa-gesa.