Mengulik Penyebaran Wabah Virus Novel Corona

Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) merekomendasikan kepada negara-negara lain untuk bersiap menghadapi virus Novel Corona (nCoV). Penyebarannya yang begitu cepat dan masif membuat banyak negara khawatir akan kehadiran virus yang sudah menewaskan 82 orang dan menginfeksi lebih dari 2.900 kasus di China tersebut.

Mengulik Penyebaran Wabah Virus Novel Corona

Ada beberapa pandangan yang menyebutkan bahwa awal penyebaran virus mematikan ini berasal dari binatang yang akhirnya berpindah ke manusia.

Kebiasaan masyarakat China yang gemar mengkonsumsi makanan hidup juga dituding menjadi salah satu alasan menyebarnya virus tersebut ke manusia.

Untuk menangkal penyebaran virus Novel Corona, pemerintah China sudah melakukan pembatasan perjalanan untuk 13 kota yang diduga terjangkit virus tersebut.

Alhasil, sekitar 41 juta penduduk tidak dapat pergi dari kota asalnya ke tempat lain.

Akses kereta api, bus dan transportasi umum lainnya juga ditutup untuk masuk dan keluar dari kota-kota tersebut. Langkah berani tersebut ditempuh demi mengurangi penyebaran virus tersebut.

(Baca juga: Heboh Virus Corona, Inilah Kelompok yang Patut Dicurigai Terinfeksi)

Pembatasan terlambat dilakukan

Namun begitu, ada juga pandangan yang menyebutkan bahwa pembatasan perjalanan yang diterapkan oleh pemerintah China terlambat dilakukan.

Pasalnya ada dugaan sudah terjadi eksodus dulu sebelum aturan tersebut dilakukan.

Selain itu, masa inkubasi dari virus tersebut juga cukup panjang, sekitar 2 pekan atau 14 hari.

Nah dalam masa inkubasi, tubuh penderita tidak memiliki perbedaan yang begitu kentara dengan orang yang kondisinya sehat.

Jadi jika menggunakan thermal scanner sekalipun, tubuh orang yang memiliki virus nCoV dalam masa inkubasi tidak dapat terdeteksi dengan sempurna.

Itu kenapa penyebaran virus tersebut bisa terjadi cepat ke beberapa negara.

Bahkan penyebarannya sudah mencapai 14 negara yang meliputi, China, Thailand, Hongkong, Malaysia, Singapura, Taiwan, Jepang, Macau, Korea Selatan, Amerika Serikat, Vietnam, Perancis, Australia dan Nepal. Kebanyakan pasien terjangkit memiliki riwayat bepergian dari wilayah China, khususnya Wuhan.

Di Indonesia sendiri, meskipun masih dalam kategori aman terhadap virus Novel Corona, tetapi sudah terdapat beberapa suspect nCoV yang langsung dikarantina di beberapa rumah sakit.

Kebanyakan mereka adalah warga negara China yang baru datang ke Indonesia dan memiliki gejala panas tinggi dan juga demam.

Kemudian ada juga warga negara Indonesia yang baru saja pulang dari China namun memiliki gejala yang mirip.

Namun sampai saat ini, beberapa suspect nCoV sudah dibolehkan untuk pulang kerumah karena terbukti negatif terjangkit.

Benarkah nCoV berasal dari hewan?

Santer terdengar bahwa penyebaran virus nCoV berasal dari binatang. Bahkan menurut salah satu Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, virus Novel Corona berasal dari satwa liar yang di jual ilegal bersamaan dengan ikan laut di pasar Wuhan.

Apalagi diketahui penderita nCoV yang pertama kali terdeteksi adalah seorang pegawai pasar ikan di Wuhan yang memiliki risiko melakukan kontak yang sangat tinggi dengan hewan-hewan yang ada disana.

Selain itu, terdapat kemiripan pola penyebaran antara nCoV dengan pandemi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang melanda China 2002-2003 silam dan menewaskan lebih dari 700 orang.

Baik SARS maupun nCoV diduga ditularkan ke manusia lewat konsumsi binatang hidup.

Jika SARS ditularkan melalui musang, nCoV dipercaya ditularkan melalui kelelawar. Ada kekhawatiran bahwa nCoV akan memiliki daya hancur yang sama dengan SARS.

Namun nyatanya, baru satu bulan mewabah, jumlah korban meninggal akibat nCoV sudah mencapai sepertiga dari total korban SARS.

(Baca juga: Virus Corona Makin Menjadi, Begini Gejala dan Cara Mencegah Penularannya Menurut Kemenkes)

Budaya makan hewan liar

Namun sejatinya, budaya memakan daging hewan liar sudah ada jauh sebelum peradaban modern dimulai.

Masyarakat China sendiri memandang makanan tidak hanya soal perut semata, terdapat juga unsur budaya, politik, dan juga ekonomi yang ada dalam setiap makanan.

Seperti budaya memakan sup kelelawar dan juga ular bagi masyarakat China yang dianggap memiliki kelas sosial tersendiri.

Disamping itu, terdapat juga kepercayaan bahwa dengan menyantap daging kelelawar dapat mendatangkan keberuntungan dan kebahagiaan.

Di Indonesia sendiri juga terdapat pasar yang khusus menjual hewan-hewan liar.

Pasar Tomohon namanya. Disana kamu bisa menemukan pedagang-pedagang tikus hutan, kucing, kelelawar, anjing hingga hewan liar lainnya yang pastinya tidak pernah ada di jajanan di pasar dekat rumahmu.

Buat kamu yang gemar menyantap daging hewan liar, mungkin sekarang adalah saat yang tepat untuk meninggalkannya.

Karena bagaimanapun higienitas pasar satwa liar tidak dapat dijamin 100% kebersihannya.

Hal itu membuat penyebaran virus dan juga bakteri diantara hewan tersebut menjadi kian kencang. Jadi lebih baik menyantap makanan ternak yang sudah dipantau dan diawasi oleh pemerintah dengan baik.

Jangan juga lupa lengkapi fasilitas kesehatan keluargamu dengan asuransi kesehatan terbaik. Ajukan di CekAja.com dan temukan produk yang sesuai dengan kebutuhanmu.