Menikmati Kedamaian Waisak di Candi Borobudur
3 menit membacaWaisak, hari raya agama Budha selama beberapa tahun terakhir bukan hanya menjadi milik pemeluknya. Hal ini karena banyaknya ritual menarik yang membuat orang berdatangan untuk ikut serta dalam setiap ritual yang dijalankan pada Hari Raya Trisuci Waisak.
Kalau kamu berencana mengikuti ritual ini pada 19 Mei mendatang, yuk simak kegiatan menarik apa saja yang biasa dilakukan pada Hari Raya Waisak yang dipusatkan di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
1. Mengambil Air Suci dan Api Abadi
Candi Borobudur merupakan Monumen Warisan Dunia UNESCO dan diakui sebagai candi Budha terbesar di dunia. Dibangun di sekitar bukit, candi ini merupakan keajaiban desain yang berisi 504 patung Buddha dan 2.672 panel relief.
(Baca juga: Popular di Medsos, Ini Tip Buka Bisnis Tour Open Trip)
Tidak heran, setiap perayaan Waisak, bukan hanya pemeluk Budha dari Indonesia saja yang hadir, namun juga banyak dari negara lain.
Namun, pada prosesi awal Waisak, bukan dilakukan di Candi Borobudur melainkan di Candi Mendut. Prosesi pertama pada Hari Raya Waisak dimulai dengan mendapatkan air suci dari mata air murni di Jumprit di Kecamatan Temanggung.
Selain air suci, para pendeta juga menyalakan obor Waisak yang nyala apinya diambil dari api abadi di Mrapen, di desa Grobogan, di daerah Purwodadi, Jawa Tengah.
Api dan air suci kemudian disimpan di Candi Mendut untuk diarak dan digunakan saat upacara di Borobudur pada perayaan hari Waisak yang sebenarnya.
Air suci dan api abadi merupakan sarana puja bakti Waisak. Api melambangkan penerang, sedangkan air melambangkan kesuburan dan keberkahan.
2. Jalan kaki dari Candi Mendut ke Borobudur
Rangkaian acara Waisak akan dimulai dari Candi Mendut, tempat disemayamkannya air suci dan api abadi. Upacara dimulai dengan berbagai doa di Candi Mendut, selanjutnya para biksu akan berjalan bersama ke kuil Borobudur dengan membawa api abadi, air suci, dan simbol Budha yang telah dijaga ketat di Candi Mendut, untuk ditempatkan di altar utama yang telah didirikan di sisi barat Candi Borobudur.
3. Keliling Borobudur sebanyak tiga kali
Puncak acara Waisak sesungguhnya baru dimulai saat para Biksu telah sampai di Borobudur. Upacara di sana dimulai saat para Biksu sembahyang dengan memutari Candi Borobudur sebanyak tiga kali, bergerak searah jarum jam dari Timur ke Barat.
Bagian integral dari ritual tersebut adalah menyalakan lilin dan nyanyian Puja Ghata Visaka oleh jemaat.
Pada momen-momen terakhir ritual Waisak setiap tahunnya, baik Biksu maupun pengunjung diminta untuk bermeditasi dalam spiritualitas yang mendalam diikuti oleh berkat yang diberikan oleh Bhikkhu Mahathera dan Bhiksu Mahasthavira.
4. Melepaskan lampion
Momen penutup adalah melepaskan lampion yang didalamnya sudah dituliskan doa dan harapan. Momen ini juga momen yang paling dikenal dan ditunggu setiap tahunnya.
Bukan hanya bagi penganut Budha, tetapi banyak orang bahkan wisatawan khusus mengikuti prosesi Waisak demi bisa mengikuti momen ini. Diperkirakan setiap tahunnya 1.000 lampion dilepaskan ke langit saat perayaan Waisak.
5. Perayaan tiga peristiwa penting
Waisak sendiri memperingati tiga peristiwa terpenting dalam kehidupan Buddha Siddharta Gautama yang dikenal dengan nama Tri Suci Waisak.
Acara penting pertama adalah Kelahiran Pangeran Siddharta di Taman Lumbini pada tahun 623 SM. Lahir di sebuah kota bernama Lumbini pada awal masa Magadha (546–324 SM), Siddharta muda hidup penuh kemewahan yang dimiliki ayahnya, Raja Kapilavastu.
Namun, di tengah hidupnya yang mewah, Sidharta kerap melihat ke bawah dan menemukan kenyataan bahwa hakekat hidup adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Sejak saat itu, ia meninggalkan kehidupan mewahnya dan menjadi seorang petapa.
Episode kedua adalah pencerahan (nirvÄṇa) di mana Pangeran Siddharta menjadi Buddha di Bodhgaya di usia 35 tahun pada 588 SM. Di bawah sebuah pohon bodhi, ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan Kebenaran. Dalam agama Buddha, peristiwa tersebut disebut momen ketika Siddharta mendapatkan Penerangan Agung.
Ketiga adalah kematian (ParinirvÄna) dari Buddha Gautama di Kusinara pada usia 80 tahun di tahun 543 SM. Oleh karena itu, Waisak juga dikenal sebagai hari Budha saja.
(Baca juga: Cek Potensi Devisa Indonesia dari Pariwisata!)
Nah kalau kamu tertarik untuk ikut merayakan Hari Raya Waisak usahakanlah untuk sopan dan tidak mengganggu kekhusyukan para Biksu. Jangan lupa pula untuk menggunakan pakaian yang sopan.
Jika kamu berasal dari luar kota Magelang, silakan pilih sendiri moda transportasi yang dapat membawamu kesana. Bisa dengan mobil pribadi, menggunakan bus yang langsung menuju Magelang, bisa juga menggunakan kereta api atau pesawat terbang menuju Yogyakarta dilanjutkan perjalanan menggunakan bus atau taksi ke kota Magelang yang memakan waktu sekitar 1,5 jam perjalanan.
Lindungi diri dan keluarga sebelum berkunjung ke Candi Borobudur di Magelang dengan asuransi perjalanan yang dapat kamu pilih sesuai kebutuhan lewat CekAja.com.