7 Perbedaan Vaksin Sinovac dan AstraZeneca Lengkap dengan Penjelasannya

Saat ini sudah ada beberapa jenis vaksin yang dipakai, beberapa diantaranya yaitu vaksin Sinovac dan AstraZeneca. Kira-kira, apa perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca? Cek di sini ulasannya.

7 Perbedaan Vaksin Sinovac dan AstraZeneca Lengkap dengan Penjelasannya

Program vaskinasi kini menjadi salah satu layanan yang diprioritaskan pemerintah guna mencapai herd immunity.

Per Rabu (14/7) lalu, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat total vaksinasi virus Corona di Indonesia tembus hingga 2.415.382 dosis dalam seharinya.

Jika ditotalkan keseluruhan, kira-kira sebanyak 45 juta orang Indonesia telah menerima suntikan vaksin khusus Covid-19.

Vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah ini dipastikan menyasar seluruh kalangan masyarakat. Sementara mengenai jenis vaksin yang digunakan, saat ini tersedia vaksin Sinovac, AstraZeneca, hingga Sinopharm.

Nah, berbicara mengenai vaksin, kali ini CekAja kebetulan akan membahas tentang dua jenis vaksin yang memang tengah banyak digunakan, yaitu vaksin Sinovac dan AstraZeneca.

Kedua jenis vaksin tersebut tentu memiliki spesifikasi yang berbeda, bahkan tingkat efikasinya pun tak sama.

Perbedaan Vaksin Sinovac dan AstraZeneca

Untuk mengetahui apa saja perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca, yuk langsung saja kita bahas lewat ulasan di bawah ini.

(Baca Juga: Apa Itu Vaksin Gotong Royong dan Bedanya dengan Vaksin Individu?)

1. Proses Pembuatannya

Perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca yang pertama adalah mengenai proses pembuatannya.

Vaksin Sinovac sendiri merupakan vaksin yang dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi asal Tiongkok, yaitu Sinovac Biotech Ltd.

Vaksin Sinovac mengandung inactivated virus SARS-CoV2 dan aluminium hidroksida sebagai bahan tambahannya. Vaksin ini digunakan untuk memicu sistem imun dan memproduksi antibodi untuk melawan infeksi virus Covid-19.

Tidak hanya itu saja, dengan tambahan aluminium hidroksida, vaksin Sinovac yang disuntikkan ke tubuh mampu meningkatkan respon sistem imun terhadap vaksin itu sendiri.

Sementara jika kita berbicara mengenai vaksin AstraZeneca, jenis ini menggunakan virus rekayasa genetika yaitu vector adenovirus simpanse.

Itu berarti, material yang digunakan dalam virus AstraZeneca adalah virus khusus yang biasa menginfeksi simpanse, kemudian dimodifikasi untuk memicu respon kekebalan tubuh manusia.

Vaksin AstraZeneca dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Inggris, yaitu AstraZeneca. Vaksin ini merupakan hasil kolaborasi antara pihak pengembang dan Universitas Oxford.

Vaksin AstraZeneca sendiri telah memenuhi uji klinis tahap akhir di berbagai negara, termasuk Inggris, Brazil, dan Afrika Selatan.

2. Tingkat Efikasi Vaksin

Perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca yang kedua adalah mengenai tingkat efikasi atau kemanjurannya.

Untuk vaksin Sinovac, dari hasil uji klinis tahap ketiga yang dilakukan oleh pihak pengembang yakni Sinovac Biotech Ltd, diketahui bahwa vaksin tersebut menunjukkan nilai efikasi yang cukup tinggi, kurang lebih sebesar 65,3 persen.

Sedangkan untuk vaksin AstraZeneca, tingkat efikasinya memang masih di bawah nilai kemanjuran vaksin Sinovac, yaitu hanya 63,09 persen saja. Namun, bukan berarti vaksin ini tidak memiliki fungsi serupa dengan jenis Sinovac ya.

Malahan, vaksin AstraZeneca juga telah terbukti ampuh untuk menurunkan risiko gejala berat pada penderita Covid-19, sekaligus dianggap dapat mempersingkat durasi rawat inap saat pasien terinfeksi virus tersebut.

Sebagai tambahan informasi, baik vaksin jenis Sinovac maupun AstraZeneca kini sudah bisa digunakan sebagai syarat bepergian ke luar negeri lho.

Jadi, entah itu vaksin Sinovac atau AstraZeneca, kamu bisa saja travelling hanya dengan menunjukkan paspor vaksinasinya.

3. Dosis dan Rentang Pemberiannya

Perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca selanjutnya adalah mengenai dosis dan rentang pemberiannya.

Pada vaksin Sinovac, dosis yang diberikan adalah sebanyak 2 kali dengan takaran satu suntiknya 0,5 ml. Vaksin Sinovac dapat diberikan pada pasien dengan rentang usia 18 hingga 59 tahun.

Jarak antara pemberian dosis satu dan selanjutnya adalah 14 hari. Untuk kelompok usia diatas 60 tahun, jeda pemberian suntikan vaksin Sinovac ini adalah 28 hari.

Lalu, untuk vaksin AstraZeneca, jenis ini dapat diberikan pada kelompok usia diatas 18 tahun, dengan rentang penyuntikan antara 4 hingga 12 minggu untuk dilakukan penyuntikkan sebanyak dua kali.

4. Efek Samping Vaksin

Perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca yang keempat adalah mengenai efek sampingnya. Ya, bisa dibilang kedua jenis vaksin ini memiliki tingkat efek samping yang berbeda, sebab kandungan bahannya yang tak sama pula.

Pada vaksin Sinovac, jenis ini dinilai memberikan efek samping yang cenderung ringan dibandingkan jenis vaksin lainnya.

Hal itu karena, vaksin Sinovac mengandalkan inactivated virus SARS-CoV2, sehingga bila disuntikkan ke tubuh efek sampingnya palingan hanya terasa nyeri, badan terasa lelah, hingga demam ringan.

Sedangkan pada vaksin AstraZeneca, sebagian orang setuju bahwa efek samping yang diterima setelah penyuntikkan dosis satu ataupun dosis kedua dari vaksin ini seperti demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, hingga keringat berlebih.

5. Alur Pengadaan Vaksin

Perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca yag lainnya adalah mengenai alur atau skema pengadaan vaksin tersebut di Indonesia.

Khusus vaksin Sinovac, pemerintah dapat memperoleh jutaan dosis vaksin ini lewat kerjasama yang dijalin antara BUMN yaitu PT Bio Farma dan Sinovac Biotech Ltd. Mekanisme pembeliannya lewat proses diplomasi bilateral antara dua belah negara.

Kemudian untuk pengadaan vaksin AstraZeneca, pemerintah Indonesia berhasil menerima jutaan dosis dari vaksin buatan perusahaan AstraZeneca ini dari fasilitas Covax yang merupakan jalur multilateral.

(Baca Juga: Ini Dia 8 Mitos Seputar Vaksinasi)

6. Aturan Penyimpanan Vaksinnya

Selanjutnya yang perlu kamu ketahui seputar perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca ialah mengenai aturan penyimpanannya.

Untuk vaksin Sinovac, maksimal penyimpanan vaksim jenis ini adalah 3 tahun jika ditempatkan di lemari pendingin dengan rentan suhu antara 2 hingga 8 derajat Celsius. Vaksin ini juga tidak boleh terkena paparan sinar matahari langsung.

Kemudian untuk vaksin AstraZeneca, lama penyimpanannya hanya sampai 6 bulan saja jika ditempatkan di dalam lemari pendingin dengan suhu hingga 8 derajat Celsius.

Apabila vaksin AstraZeneca dikeluarkan dari lemari pendingin, pemakaiannya hanya berlaku hingga kurang lebih 6 jam dengan ketahanan suhu hingga 25 derajat Celsius.

7. Total Vaksin yang Diterima di Indonesia

Terakhir dari informasi mengenai perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca adalah mengenai total ketersediaan vaksin tersebut di Tanah Air.

Pada jenis vaksin Sinovac, Indonesia sendiri telah menambah pasokan vaksin tersebut pada tahap 21 yang diterima hingga Senin lalu (12/7). Total untuk vaksin jenis ini kira-kira sebanyak 10 juta dosis.

Kemudian untuk jenis AstraZeneca sendiri, Indonesia telah menerima tambahan dosis vaksin tersebut dari Covax Facility pada Selasa lalu (13/7), dengan total yang tersedia 3.476.400 dosis.

Update Info Seputar Vaksin? Pakai Kuota Data dari Kartu Kredit saja!

Nah, itu dia informasi seputar perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca. Untuk kamu yang ingin terus update mengenai informasi Covid-19 secara leluasa tanpa takut buffering karena kuota data habis, yuk gunakan kartu kredit.

Salah satu kartu kredit yang bisa kamu pakai adalah kartu kredit dari BNI yang merupakan hasil kolaborasi dengan Telkom Indonesia. Adapun kartu kredit yang dimaksud adalah BNI Telkomsel Mastercard.

Kamu dapat memiliki kartu kredit tersebut lewat CekAja.com. Fasilitas yang tersedia dari kartu kredit BNI Telkomsel Mastercard ini, diantaranya kuota data hingga 200 GB serta fasilitas akses Airport Lounge.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai pengajuan kartu kredit BNI Telkomsel Mastercard, yuk langsung klik tabel apply-nya di bawah ini.