Perusahaan Gurun Tekel Apple Sebagai Perusahaan Paling Untung Tahun Lalu

Apple, Facebook, Amazon, Google, Alibaba adalah lima dari sekian banyak perusahaan teknologi berkinerja kinclong berkat bisnis berbasis digital yang dikembangkannya dalam beberapa tahun terakhir.

Namun, siapa sangka kedigdayaan perusahaan-perusahaan teknologi tersebut takluk oleh satu perusahaan minyak dan gas bumi (migas) yang seolah telah kehilangan pesonanya akibat penurunan harga komoditas belakangan ini.

Perusahaan Gurun Tekel Apple Sebagai Perusahaan Paling Untung Tahun Lalu

Dikutip dari CNBC, Moody’s Investors Service melaporkan aksi penekelan hegemoni perusahaan-perusahaan teknologi dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) migas Arab Saudi bernama Saudi Aramco.

Perusahaan raksasa migas tersebut, untuk pertama kalinya membuka laporan keuangannya ke publik karena berencana menerbitkan obligasi internasional di tahun ini.

Dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan Aramco untuk mengakuisisi 70 persen saham perusahaan petrokimia terbesar di negara gurun bernama SABIC senilai USD69,1 miliar setara Rp982 triliun.

Aksi korporasi itu sendiri sesuai instruksi Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman yang ingin Aramco melakukan diversifikasi bisnis sesegera mungkin.

Kalahkan Apple

Moody’s menyebut Aramco membukukan pendapatan USD359,9 miliar dan laba bersih USD111,1 miliar atau setara Rp1.579 triliun pada 2018.

Nominal laba bersih Aramco itu jauh lebih tinggi dibandingkan gabungan laba bersih lima perusahaan migas internasional lainnya.

Tahun lalu, raksasa minyak Chevron, Exxon Mobil, BP, Royal Dutch Shell, dan Total bersama-sama membukukan laba ‘hanya’ USD80 miliar saja.

Jumlah laba bersih Aramco tahun lalu bahkan menggusur prestasi Apple Inc yang dalam beberapa tahun terakhir selalu menjadi perusahaan paling untung di dunia. Pada 2018, Apple memperoleh laba bersih USD59,53 miliar.

Jangan hentikan decak kagum kamu sampai disitu. Soalnya menurut Factset, cuan Aramco tahun lalu bahkan tidak mampu diimbangi oleh laba bersih empat perusahaan raksasa Amerika Serikat yaitu JP Morgan Chase, Alphabet, Facebook, dan Exxon Mobile.

Total penggabungan laba keempat perusahaan itu mencapai hanya USD106 miliar alias masih di bawah laba Aramco.

(Baca Juga: Wow, Dalam Tiga Bulan Apple Kantongi Untung Rp193 Triliun)

Peringkat Utang

Namun, meski mencatatkan laba yang besar, dari segi rating kredit masih di bawah perusahaan-perusahaan tersebut.

Moody’s hanya berani memberi A1 atas peringkat utang Aramco dengan prospek yang stabil. Kemudian Fitch Ratings yang juga mengaudit laporan keuangan 2018 Aramco, memberi rating A+ dengan prospek stabil.

Sementara perusahaan seperti Chevron dan Exxon Mobile mendapat peringkat kredit lebih tinggi, masing-masing Aa2 dan Aaa.

Lebih rendahnya peringkat utang Aramco, karena sebagian besar pendapatan perusahaan diambil oleh pemerintah Arab Saudi untuk membiayai pengeluaran yang terus meningkat.

Selain itu, bisnis Aramco terlalu bergantung pada kondisi perekonomian negara yang justru bisa menjadi bumerang bagi perusahaan tersebut ke depan.

“Keterkaitan kredit Aramco dengan pemerintah Arab Saudi signifikan dan membuat kami memutuskan untuk membatasi peringkat Aramco dengan peringkat pemerintah,” ujar Senior Credit Officer Moody’s, Rehan Akbar.

Akbar melanjutkan meskipun ada rekam jejak yang jelas tentang Aramco dijalankan sebagai perusahaan yang independen secara komersial, namun anggaran pemerintah sangat bergantung pada kontribusi dari Aramco, baik dalam bentuk royalti, pajak, maupun dividen.

(Baca Juga: Akuisisi Blok Migas dan Berbagai Cara Menghemat Devisa)

Cadangan Minyak 52 Tahun

Sepanjang tahun lalu, Aramco mampu memproduksi minyak mentah sebanyak 10,3 juta barel atau lebih rendah 1,7 juta barel dari kapasitas maksimal produksinya.

Aramco juga memiliki cadangan minyak 227 miliar barel dan total cadangan hidrokarbon 257 miliar barel setara minyak. Jika diproduksi dalam jumlah yang konstan, diperkirakan cadangan minyak Aramco baru akan habis dalam 52 tahun.

Dengan perolehan laba bersih yang sedemikian besar, bisa kamu bayangkan betapa makmur dan sejahteranya para pekerja Saudi Aramco bukan?

Namun, daripada hijrah ke Arab Saudi hanya untuk bekerja di perusahaan minyaknya, bukankah lebih baik kita menciptakan ladang usaha kita sendiri?

Urusan modal yang seret, jangan dijadikan alasan untuk menunda memulai bisnis rintisan kamu. Ajukan pinjaman modal usaha kecil dan menengah (UKM) sesuai kebutuhanmu melalui CekAja.com.