Rapid Test Coronavirus Yang Dilakukan Pemerintah, Perlu Dipahami!
6 menit membacaPenyebaran virus korona (Coronavirus/Covid-19) saat ini sudah sangat mengkhawatirkan dan menjadi pandemic global dengan lebih dari 140 negara terjangkit.
Penyebaran virus yang bermula di Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini mulai membuat masyarakat Indonesia khawatir. Karena kian banyaknya jumlah pasien positif virus korona di Indonesia.
Per tanggal 25 Maret, sudah ada 790 kasus positif virus korona di Indonesia dengan 31 pasien sembuh, dan 58 pasien meninggal dunia.
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai kematian.
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja
Salah satu upaya pemerintah meredam penyebaran virus korona adalah dengan menerapkan social distancing. Sehingga aktivitas belajar, bekerja, dan beribadah diimbau untuk dilakukan di rumah, agar meminimalisasi pergerakan orang di luar rumah.
Selain itu, pemerintah juga sudah siap menerapkan rapid test coronavirus guna mencegah penyebaran virus tersebut lebih lanjut. Berikut ini adalah penjelasan mengenai rapid test coronavirustersebut:
Tujuan dari Rapid Test
Rapid test juga bisa diartikan sebagai tes massal virus korona kepada masyarakat secara luas. Juru Bicara Pemerintah dalam Penanganan virus Corona Achmad Yurianto mengungkapkan, tes cepat akan dilakukan tidak hanya di Jakarta melainkan juga hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Nantinya, alat-alat yang digunakan untuk melakukan pengujian, dikirim secara bertahap ke provinsi-provinsi di wilayah Indonesia
Beberapa yang sudah menunjukkan kesiapan untuk menggelar tes cepat untuk mendeteksi COVID-19 ini, semisal DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Rapid test dilakukan sebagai langkah deteksi awal seseorang terinfeksi virus atau tidak. Rapid test dilakukan dengan metode pemeriksaan antibodi yang ada di dalam darah. Sehingga spesimen yang diambil adalah darah.
Indonesia menerapakn rapid test coronavirus berbasis wilayah yang akan dilakukan di wilayah yang ditemukan kasus positif corona dan dianggap berpotensi terjadi penularan.
Sebagai contoh, raid test dilakukan di Jakarta Selatan, yang sudah dipetakan dan identifikasi, akan jadi prioritas. Pelaksanaan tes akan desentralisasi di semua fasilitas kesehatan wilayah itu, misal di puskesmas, laboratorium kesehatan daerah, rumah sakit yang ada di wilayah tersebut
Cara kerja Rapid Test
Cara kerja rapid test dilakukan oleh petugas kesehatan dengan mengambil sampel dari hidung atau dahak, atau yang sering disebut tes swab, untuk melihat kecocokan kode genetik dengan COVID-19.
Selanjutnya, hasil tes dibawa ke laboratorium dan dilanjutkan dengan uji polymerase chain reaction (PCR). Sebelum dimasukkan ke mesin PCR, sampel tersebut akan diekstrak material genetiknya.
Teknik PCR ini digunakan untuk melihat material genetik agar virus mudah dideteksi. Michael Harrison, Ahli Patologi dari Sullivan Nicolaides, menyatakan proses ekstraksi hingga hasil tes biasanya memerlukan waktu hingga enam jam. Sharon Lewis, Direktur Doherty Institute, menjelaskan bahwa teknik PCR juga digunakan untuk virus yang menyebabkan influenza, HIV, serta Hepatitis C.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk mengets penyakit COVID-19 juga digunakan untuk tes virus lainnya. Tetapi, ada satu elemen yang disebut ‘primer’ atau ‘hook’, untuk mencocokkan material genetik dengan virus novel Corona, yang hanya ada di tes tersebut.
(Baca Juga: Alat Deteksi Corona, Akankah Asuransi Menanggung?)
Selain swab tes tenggorokan, tenaga medis juga akan melakukan tes darah untuk mendekteksi apakah sebelumnya orang tersebut sudah terkena virus. Tes itu bisa digunakan untuk melihat apakah orang bersangkutan sudah mengembangkan kekebalan tubuh.
Pemerintah sejauh ini sudah mendistribusikan 125 ribu kit untuk rapid test di 34 provinsi di Indonesia. Pemerintah menjelaskan apabila seseorang melaksanakan rapid test coronavirus, dan hasilnya negatif, bukan berarti tidak terinfeksi virus korona.
Bisa saja terinfeksi, tetapi pada tahap-tahap awal karena antibodinya belum terbentuk. Dibutuhkan waktu 6-7 hari untuk terbentuknya antibodi yang kemudian bisa kita identifikasi sebagai positif dalam pemeriksaan rapid ini.
Oleh karena itu, bila dalam pemeriksaan pertama ditemukan hasil negatif, akan dilakukan pemeriksaan ulang setelah 10 hari. Jika pada pemeriksaan kedua seseorang yang diperiksa dinyatakan negatif lagi, maka bisa diyakini bahwa orang tersebut tidak terinfeksi virus.
Namun, bukan berarti orang tersebut bisa terbebas dari virus korona. Sehingga sangat mungkin bisa terinfeksi apabila kemudian mengabaikan upaya-upaya untuk melakukan pencegahan terhadap penularan.
Gejala virus korona yang perlu diketahui
Infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyebabkan penderitanya mengalami gejala flu, seperti demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan, dan sakit kepala, atau gejala penyakit infeksi pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada.
Secara umum ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:
- Deman dengan suhu tubuh di atas 38 derajat celcius
- Batuk
- Sesak napas
Menurut penelitian, gejala Covid-19 muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah terpapar virus Corona.
Apabila kamu merasakan gejala infeksi Covid-19 seperti di atas, segera konsultasi ke dokter, terutama jika gejala muncul 2 minggu setelah kembali dari daerah yang memiliki kasus Covid-19 atau terinteraksi dengan penderita infeksi virus Corona.
Menular dengan Berbagai Cara
Bila kamu mungkin terpapar virus Corona namun tidak mengalami gejala apa pun, tidak perlu pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri, cukup tinggal di rumah selama 14 hari dan membatasi kontak dengan orang lain.
Seseorang dapat tertular Covid-19 melalui berbagai cara, yaitu:
- Tidak sengaja menghirup percikan ludah dari bersin atau batuk penderita Covid-19
- Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan air liur penderita Covid-19
- Kontak jarak dekat dengan penderita Covid-19, misalnya bersentuhan atau berjabat tangan
Infeksi virus corona atau Covid-19 belum bisa diobati, tetapi ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan mencegah penyebaran virus, yaitu:
- Merujuk penderita Covid-19 untuk menjalani perawatan dan karatina di rumah sakit yang ditunjuk
- Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi penderita
- Menganjurkan penderita Covid-19 untuk cukup beristirahat
- Menganjurkan penderita Covid-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga kadar cairan tubuh
Pada kasus yang parah, infeksi virus corona bisa menyebabkan beberapa komplikasi serius seperti pneumonia, infeksi sekunder pada organ lain, gagal ginjal, acute cardiac injury acute respiratory distress syndrome, dan kematian.
Upaya pencegahan virus korona
Hingga saat ini memang belum ada vaksin yang bisa dipakai untuk mencegah agar tidab terinfeksi virus korona atau Covid-19. Oleh sebab itu, perlu melakukan beberapa upaya pencegahan untuk bisa terhindar dari faktor-faktor yang bisa menyebabkan terinfeksi dari virus tersebut.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi virus korona antara lain dengan menghindari bepergian ke tempat-tempat umum yang ramai pengunjung melalui social distancing.
Selain itu, gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian, serta rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol minimal 60% setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
Kemudian, jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan. Perlu juga untuk menghindari kontak dengan hewan, terutama hewan liar. Bila terjadi kontak dengan hewan, cuci tangan setelahnya.
Kamu juga perlu memasak daging sampai benar-benar matang sebelum dikonsumsi. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke tempat sampah.
Selain itu, perlu juga untuk menghindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek, serta jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan.
Langkah Pencegahan Virus Corona
Untuk orang yang diduga terkena Covid-19 atau termasuk kategori ODP (orang dalam pemantauan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:
- Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan* Periksakan diri ke dokter hanya bila kamu mengalami gejala gangguan pernapasan yang disertai demam atau memenuhi kriteria PDP (pasien dalam pengawasan)
- Usahakan untuk tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain
- Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk kamu sampai benar-benar sembuh
- Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang sakit
- Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan tidur dengan orang lain
- Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang bersama orang lain
- Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera buang tisu ke tempat sampah
Di tengah kondisi saat ini, upaya untuk menjaga kebersihan sangat penting. Agar penyebaran virus korona tidak semakin meluas, ikuti anjuran pemerintah untuk melakukan social distancing dan tidak keluar rumah bila tidak mendesak.
Semoga wabah pandemic virus korona ini bisa segera berlalu. Sehingga aktivitas kehidupan bisa kembali normal seperti sebelumnya.