Rupiah Melemah? Ini 7 Perbedaan Kondisi Ekonomi Sekarang dan Krisis 1998!

Sudah hampir empat bulan nilai tukar Jangan Takut Krisis Meski Rupiah Sedang Jeblok, Ini Alasannya!. Dimulai pada Juni lalu, berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah menyentuh level Rp14.090 per dolar AS. Nah, sekarang nilai tukar rupiah terus tergerus hingga Rp14.927. Mirip krisis moneter 1998? Tunggu dulu, cek faktanya!

penukaran uang

Benarkah demikian? Jika mengacu pada data historis, pergerakan nilai tukar rupiah saat ini sebenarnya jauh lebih baik ketimbang posisinya dulu saat 1998. Kala itu saat krisis melanda, nilai tukar rupiah terporosok hingga ratusan persen.

Tak aneh pula jika akhirnya Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution ikut bicara menyikapi hal itu. Dia mengatakan jika dilihat secara angka, memang kondisi rupiah saat ini sama dengan 1998 lalu, artinya sama-sama menembus angka Rp14.000.

Namun jangan samakan kondisi sekarang dan 20 tahun lalu. Pasalnya terdapat indikator dan tolok ukur yang berbeda dengan kondisi saat ini, seperti nilai tukar rupiah yang sedari mulainya pemerintahan saat ini sudah cukup tinggi, yakni berada di kisaran Rp12.000. Sedangkan saat 1998, rupiah kala itu masih sempat di perdagangkan di angka Rp2.800 per dolar AS.

Selain itu juga terdapat beberapa perbedaan kondisi dan situasi saat rupiah sama-sama berada di angka yang sama. Nah berikut 7 perbedaan yang membuat kondisi rupiah saat ini jauh berbeda dengan kondisi saat Krisis moneter lalu. Cek yuk!

(Baca Juga :  Jangan Takut Krisis Meski Rupiah Sedang Jeblok, Ini Alasannya!)

1998, Nilai Tukar Rupiah Anjlok 254%

Nilai tukar rupiah pada tahun 1998 lalu mengalami kemerosotan sebanyak 254% dari Rp3.030 di September 1997 menjadi Rp10.725 per dolar AS pada September 1998. Sedangkan saat ini, nilai tukar rupiah hanya terdepresiasi 11% menjadi Rp14.815 per dolar AS dari posisi sebelumnya di September 2017 Rp13.345 per dolar AS.

Nah jika dikatakan kondisi rupiah saat ini lebih buruk dibandingkan saat krisis moneter, artinya depresiasi rupiah menembus angka 254% menjadi Rp47.241 per dolar AS.

Cadangan Devisa Jauh Lebih Tebal

Melihat nilai tukar rupiah saat ini, pemerintah masih optimistis bahwa hal itu masih berada di dalam batasan aman. Ya melihat cadangan devisa saat yang dimiliki sekarag, optimisme itu tampaknya berasalan, pasalnya nilai cadangan devisa tanah air masih berada di angka 118,3 miliar dolar AS. Bandingkan dengan cadangan devisa pada 1998 lalu yang hanya sebesar 23,61 miliar dolar AS.

Dengan cadangan devisa yang mencapai 4 kali lipat dari posisi 20 tahun lalu, Bank Indonesia (BI) selaku regulator memiliki keleluasan lebih untuk melakukan intervensi terhadap nilai tukar rupiah. Untuk menjaga nilai tukar rupiah tetap aman, BI sudah menggelontorkan dana sekitar Rp7,1 triliun.

(Baca Juga :  Tiga Jenis Bisnis yang Dianggap Anti Krisis)

Investment Grade

Belum lama ini, Fitch International, Lembaga pemeringkat utang menetapkan posisi utang Indonesia di BBB atau investment grade. Dengan adanya hasil pemeringkatan itu negeri ini memiliki peluang lebih untuk mendapatkan pendanaan dari asing.

Dengan dikantonginya peringkat investment grade, Indonesia juga bakal lebih dipercaya oleh negara lain sebagai tempat membenamkan modal investasinya. Sedangkan peringkat surat utang pemerintah pada saat 1998 adalah Junk alias sampah.

Dengan disematkannya peringkat “sampah maka mau tidak mau Indonesia harus menanggung beban dana yang besar, karena risiko Investasinya meningkat berkali-lipat.

Inflasi Rendah

Masih ingatkah Anda saat terjadi krisis moneter 1998? Ya, negeri ini pernah dihadapkan pada kenyataan dimana semua harga bahan pokok melambung sangat tinggi. Hal itu terjadi lantaran liarnya inflasi yang sulit untuk dijinakkan.

Kala itu, inflasi sempat menyentuh angka78,2% di Agustus 1998. Sedangkan inflasi pada Agustus 2018 hanya berada di angka 3,2%.

Angka Kemiskinan Melandai

Angka kemiskinan pada tahun 1998 lalu berada di level 49,5 juta orang atau mencapai 24,2%. Sedangkan di tahun ini, angka kemiskinan hanya mencapai 25,9 juta orang atau sekitar 9,82%.

Pertumbuhan Ekonomi Positif

Pada saat krisis melanda di 1998, alih – alih mampu membangkitkan ekonomi nasional, kondisi ekonomi tanah air bukannya bertumbuh malahan minus 13,34%. Hal itu menandakan bahwa tidak ada aktivitas ekonomi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.   Sedangkan kondisi saat ini, tingkat pertumbuhan ekonomi pada kuartal III mencapai 5,27%.

(Baca juga:  [c88-article id=”128481″ title=”Mantap, Inflasi Tetap Terjaga Rendah Selama 4 Tahun)” text=”Mantap, Inflasi Tetap Terjaga Rendah Selama 4 Tahun)“]

Arus Modal Asing Deras

Dengan disematkannya investment grade pada surat utang Indonesia, membuat arus modal asing mengalir deras ke tanah air. Tengok saja perolehan net capital inflow pada kuartal III 2018 yang mencapai 4.015 miliar dolar AS, bandingkan dengan net capital inflow pada kuartal III 1998 yang -2.470 miliar dolar AS.

Nah dari indikator diatas menunjukkan bahwa kondisi nilai tukar rupiah saat ini memang sangat jauh berbeda dengan saat krisis di 1998 lalu. Nah agar Anda bisa terhindar dari krisis, mulailah berpikir tentang investasi.