Semua Atlet Indonesia Harus Baca Artikel Investasi Ini

Selagi masih aktif berprestasi di olahraga yang ditekuninya, seorang atlet juga harus mulai memikirkan investasi yang dipilihannya untuk masa depan. Karena, usia kejayaan atlet tak selalu panjang. Bisa jadi setelah sulit berpretasinya, pendapatan pun tak lagi ada. Namun dengan perencanaan yang lebih matang, keuangan mereka pasti bisa lebih baik.

6 Olahraga yang Aman untuk Penyakit Jantung dan Paling Disarankan

Farah Dini Novita, Fiduciary Advisor Janus Financial, menyarankan agar sebaiknya para atlet sudah menentukan pilihan jalan mereka selepas masa aktif sebagai atlet. “Apakah menjadi pelatih? atau berbisnis?” katanya dalam perbincangan dengan cekaja.com. Biasanya atlet tidak memiliki waktu yang cukup panjang untuk menekuni terus bidangnya. Ada beberapa cabang olahraga yang mungkin bisa ditekuni sampai memasuki usia senja, tetapi umumnya mereka sudah memasuki masa pensiun di kisaran usia 35-40 tahun.

Dengan sedikit perbedaan masa usia produktif, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan agar para atlet tidak lagi khawatir dengan masa depannya. Ini pun bisa juga diterapkan oleh mereka yang kira-kira memiliki masa usia produktif yang sama.

Pilihan Akan Menentukan Langkah Selanjutnya

Umumnya, atlet lebih memilih untuk mendulang pundi-pundi tabungan melalui aset-aset tak bergerak seperti properti karena dianggap tidak terlalu menyita banyak waktu mereka. Uang yang dihasilkan langsung bisa dialihkan untuk investasi properti.

Namun, tidak ada salahnya juga untuk memiliki varian investasi lainnya. Diversifikasi bentuk investasi tentu akan lebih menguntungkan dibandingkan investasi yang hanya ditempatkan pada satu pos. Jika berbisnis yang masuk dalam pilihan, Farah menyarankan agar modalnya yang dibutuhkan disiapkan sesegera dan seminimal mungkin. Namun, jangan sampai lupa menyisihkan dana untuk pos investasi lainnya.

(Baca Juga: Kiat-kiat Investasi Reksa Dana untuk Pemula)

“Jika masih di atas 5 tahun lagi, bisa diawali dengan berinvestasi di reksadana campuran atau reksadana saham. Sebelum mendekati masa pensiun, mulailah mencoba berbisnis dan mengeksplor bisnis yang sesuai dengan minat,” kata Farah.

Setelah mantap memilih bisnis, sebaiknya tetapkanlah target pendapatan.”Target yang harus didapat adalah sejumlah atau lebih dari penghasilan sebagai atlet,” kata Farah. Jika sudah merasa pas untuk memulai bisnis meski masih aktif berkompetisi, carilah orang yang paling dipercaya untuk melakukan bisnis. “Bisa saja bisnis dijalankan oleh pasangan terlebih dahulu sebelum atlet tersebut terjun langsung kedalamnya,” lanjutnya.

Lakukan Pembagian Aset Ke Dalam Berbagai Macam Investasi

Meski sudah menetapkan pilihan untuk menjalankan bisnis selepas pensiun sebagai atlet, jangan sampai kamu tidak memiliki dana darurat atau tabungan dalam bentuk lain. Karena, selalu saja ada risiko yang muncul dalam berbisnis. Itulah juga yang mendasari alasan pentingnya modal seminimal mungkin saat berbisnis. Agar, ketika merugi besarannya pun tidak akan terlalu massif.

Selain itu, pendapatan sebagai atlet kadang tidak selalu mulus setiap saat, jadi inilah salah satu mekanisme yang bisa dipilih untuk mengatasi hal-hal semacam itu.

Kehadiran pos simpanan lainnya akan membuat kamu tetap memiliki simpanan. Kamu bisa membuat pembagian aset kira-kira seperti ini:

  1. Sisihkan dana sebesar 12 bulan pengeluaran (minimum) untuk dana darurat. Jika pengeluaran Rp.10.000.000,- per bulan maka dana di tabungan/deposito jumlahnya harus sebesar Rp.120.000.000,-
  2. Investasikan pendidikan anak dalam bentuk reksadana (jika sudah berkeluarga). Karena jenis pendapatan atlet cukup berbeda, misalnya ada tambahan uang cukup besar ketika mendapat bonus, kamu bisa memilih yang bulanan atau lump sum (langsuung dibayar sekaligus) ketika ada bonus.
  3. Investasi dana pensiun di reksadana dan saham
  4. Investasi di bisnis/sektro real

(Baca juga: Mau Investasi Properti? Simak Kiatnya Yuk!)

Pastikan Kamu Sudah Memiliki Asuransi

Prioritas utama seorang atlet adalah asuransi. Yang paling utama adalah asuransi jiwa, apalagi jika dia merupakan tulang punggung keluarga. Selain asuransi jiwa, para atlet tentu juga harus mempunyai asuransi kesehatan yang cukup untuknya dan seluruh anggota keluarganya.

Pilihlah asuransi kesehatan yang dapat menutupi kebutuhan ketika sakit sehingga tidak perlu kawatir lagi jika harus di rawat inap, dioperasi dan lain sebagainya. Sebisa mungkin, asuransi akan menjadi penutup biaya pengobatan karena biasanya biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit dan dapat mengganggu cashflow serta tabungan.

Yang jelas, kehadiran perencana keuangan professional juga penting saat sedang membuat perencaannya seperti ini. Karena, setiap individu memiliki kebutuhan dan kondisi keuangan yang berbeda.