Semua Terlalu Sibuk Social Distancing, Sampai Lupa Hari Hutan Dunia

Sejak masih sekolah, kita sudah mendapatkan penjelasan mengenai betapa pentingnya hutan bagi Bumi dan keberlangsungan hidup para makhluk hidup. Hutan menjadi rumah bagi sekitar 80 persen binatang, tumbuhan, dan serangga yang hidup di darat.

Semua Terlalu Sibuk Social Distancing, Sampai Lupa Hari Hutan Dunia

Fungsi vital hutan tidak bisa kita sepelekan. Lebih dari 1,6 miliar orang menggantungkan hidup pada hutan. Mereka mencari nafkah, makan, obat, bahan bakar, dan menjadikan hutan sebagai rumah.

Sayangnya tidak semua orang di Bumi mau peduli dengan nasib hutan yang kini makin rusak. Sebagian dari kita justru cuek dengan kerusakan ekosistem hutan.

Terlebih, belakangan manusia disibukkan dengan virus Covid-19 alias Corona sampai lupa dua hari lalu atau tepatnya 21 Maret kita merayakan Hari Hutan Sedunia.

Hari tersebut ditetapkan Majelis Umum Dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa (MU PBB), untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian penduduk dunia, akan pentingnya melestarikan hutan.

Untuk mengetahui sejarah peringatan serta fakta lain terkait kondisi hutan di Indonesia saat ini, simak penjelasan berikut ini.

Sejarah Hari Hutan

Penetapan itu sebenarnya sudah melalui proses yang cukup panjang. Pada tahun 1971, anggota PBB dalam acara Conference of the Food and Agriculture Organization mengadakan pemungutan suara untuk mengadakan World Forestry Day setiap tanggal 21 Maret.

Sejak tahun 2007 hingga 2012, Center for International Forestry Research (CIFOR), mengadakan serangkaian kegiatan.

(Baca juga: Kebakaran Hutan, Yuk Mengenal Teknik Rekayasa Hujan Buatan)

Pada tahun 2011, PBB mendeklarasikan bahwa tahun tersebut menjadi tahun untuk hutan atau disebut sebagai International Year of Forest.

Penetapan tersebut dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan menguatkan sustainable management, konservasi, serta pengembangan berbagai jenis hutan di dunia demi keuntungan di masa sekarang maupun masa depan.

Tidak berhenti pada penetapan International Year of Forest, Majelis Umum PBB kemudian juga mendeklarasikan Hari Hutan Sedunia yang akan diperingati setiap 21 Maret.

Pada hari tersebut, PBB mendorong pemerintah dan pihak terkait melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian berbagai jenis hutan, serta kegiatan yang dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap hutan dan pohon.

Setiap tahunnya selalu ada tema yang diangkat. Pada tahun 2020 ini tema yang diusung adalah “Hutan dan Keanekaragaman Hayati”.

Dengan tema tersebut, diharapkan pemerintah, pihak terkait, dan masyarakat luas dapat berperan aktif untuk melestarikan dan mengidupkan kembali ekosistem yang kini rusak akibat penebangan liar maupun kebakaran hutan.

Menilik Kondisi Hutan di Indonesia

Kamu mungkin pernah dengar bahwa dulunya Indonesia memiliki hutan yang luas. Akan tetapi, semakin hari jumlahnya semakin berkurang dan bahkan bisa dikatakan saat ini kita sudah dalam kondisi kritis.

Selama beberapa tahun belakangan, dunia terus menyoroti bencana kebakaran hutan yang hampir selalu terjadi setiap tahunnya. Sepanjang tahun 2019 kemarin saja sedikitnya ada 942.484 hektare hutan yang terbakar.

Pada tahun-tahun sebelumnya, pengurangan luas hutan di Indonesia juga selalu terjadi dalam angka yang sangat besar.

Misalnya saja pada Juli 2016 hingga Juni 2017, pengurangan hutan mencapai 479 ribu hektare. Lalu pada tahun 2018 silam, sekitar 120 ribu hektare hutan tropis juga mengalami kerusakan.

Melihat angka-angka tersebut, tentu kita harus mulai menyadari betapa hutan yang memiliki peran vital dalam kehidupan manusia akan segera habis.

Jika kita tidak melakukan penanaman kembali dan malah merusak hutan, tentu paru-paru dunia akan semakin rusak.

Pemerintah Indonesia sendiri, pada tahun 2020 ini menargetkan bisa melakukan rehabilitasi sebanyak 207 hektare hutan dan lahan.

Jumlah itu sebenarnya sudah jauh ditingkatkan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang hanya sekitar 23 ribu, hingga 25 ribu hektare saja.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sudah menyiapkan sekitar 101 juta bibit batang yang akan ditanam untuk merehabilitasi hutan yang rusak.

(Baca juga: Cara Mengajukan Pinjaman Online JULO dan Hal yang Perlu Diketahui)

Bukan hanya mengandalkan pemerintah, tentu kita juga perlu untuk ikut berperan aktif dalam menjaga hutan dan lingkungan. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri tanpa adanya dukungan kamu sebagai masyarakat.

Kamu selama ini sudah ikut aktif dalam melestarikan dan menjaga hutan belom, atau malah lebih sibuk sama masalah pribadi?

Kalau masalah pribadi yang membuat kamu jadi pasif dan bodo amat sama kondisi lingkungan yang makin buruk ini adalah masalah keuangan, jangan khawatir. Selesaikan dengan JULO.

JULO merupakan penyedia pinjaman online yang sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sehingga kamu tidak perlu takut soal keamanannya.

Ditambah lagi bunga rendah yang tentu saja akan menguntungkan kamu kala membutuhkan dana dadakan. Untuk mendapatkan dana dari JULO caranya pun relatif mudah, hanya dengan empat langkah saja.

  1. Download aplikasi dan lengkapi data.
  2. Pilih produk pinjaman sesuai dengan kebutuhan, lalu lengkapi formulir pengajuannya.
  3. Verifikasi dan terima pinjaman.
  4. Bayar dan pinjam lagi.

Ajukan dan dapatkan pinjaman online JULO, lewat CekAja.com sekarang juga!