Surat Terbuka Tentang Keluhan yang Sering Dirasakan Peserta BPJS Kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan akan memasuki usia 2 tahun pada Januari tahun 2016. Selain menuai banyak pujian karena membuat pelayanan kesehatan makin terjangkau, tidak sedikit pula keluhan masyarakat yang dialamatkan pada BPJS Kesehatan.

Sepanjang tahun 2014 saja tercatat sebanyak 100 ribu lebih keluhan yang dialamatkan langsung pada BPJS Kesehatan. Jumlah tersebut bahkan belum termasuk keluhan seputar pelayanan kesehatan yang tersebar di media sosial seperti Facebook dan Twitter.

Sayangnya, meski sudah banyak keluhkan dialamatkan pada BPJS Kesehatan, perbaikan pelayanan masih jauh dari ideal. Berikut ini berbagai keluhan terhadap pelayanan BPJS Kesehatan:

Ruang inap pasien BPJS sering Penuh

Banyaknya peserta BPJS Kesehatan masih belum diimbangi oleh fasilitas kesehatan. Hingga Agustus 2015 saja, jumlah peserta sudah mencapai 150 juta orang.

Sedangkan rumah sakit yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan baru sekitar 1.739 berbanding total rumah sakit di Indonesia sebanyak 2.396 rumah sakit.

Dari total rumah sakit yang sudah bekerjasama, 600 di antaranya rumah sakit pemerintah. Melihat fakta ini tidak banyak pasien BPJS yang mengeluh kesulitan untuk mengakses ruang inap.

(Baca juga: Punya BPJS Kesehatan dan Asuransi Kesehatan Lain dari Kantor? Begini Cara Memaksimalkannya)

Masalah rujukan menyulitkan pasien kritis

Tidak ada yang dapat menduga kapan datangnya musibah. Orang yang semula sehat bisa saja jatuh sakit karena mengalami kecelakaan dan harus mendapat penanganan medis segera. Namun, respon cepat kerap tidak diperoleh pasien BPJS Kesehatan.

Penyebabnya adalah rumitnya alur pelayanan BPJS Kesehatan karena menerapkan alur pelayanan berjenjang. Sebelum ke rumah sakit, seorang peserta wajib terlebih dulu ke faskes tingkat pertama (puskesmas) untuk mendapatkan rekomendasi. Peserta BPJS yang butuh penanganan gawat darurat kerap tidak tertangani karena masalah ini.

Sosialisasi kurang

Ada rumah sakit yang masih menolak pasien BPJS atau memulangkan pasien karena menganggap plafon yang dipakai sudah habis.

Kasus lain adalah biaya obat atau barang habis pakai yang seharusnya gratis masih harus dibayar oleh peserta BPJS Kesehatan. Ini artinya, sosialisasi BPJS Kesehatan terhdap rumah sakit belum terlaksana dengan baik.

Sistem kerja yang lambat

Meski peserta membayar, mendaftar BPJS Kesehatan tidak mudah. Orang bahkan harus mengantre berjam-jam untuk mendafatr sebagai peserta.

Banyaknya antrian peserta BPJS yang datang lambat tertangani karena sistem kinerja yang lambat, loket yang sedikit dan juga jumlah antrian yang kurang terkontrol. Sebenarnya BPJS menawarkan solusi berupa pendaftaran secara online. Namun, tidak semua orang bisa mengakses internet.

Verifikasi klaim tindakan lambat

Tidak hanya peserta, BPJS Kesehatan juga dikeluhkan oleh penyedia jasa fasilitas kesehatan. Penyebabnya adalah lambatnya proses verifikasi klaim yang diajukan fasilitas kesehatan pada BPJS Kesehatan. Padahal, verifikasi klaim tersebut sangat penting karena menyangkut kesehatan keuangan perusahaan.

Lambat cairnya uang klaim tersebut dapat menggangu pelayanan karena fasilitas kesehatan seperti rumah sakit kesulitan dana untuk pengadaan sarana medis dan nonmedis.

Hal ini yang menyebabkan banyaknya keluhan fasilitas kesehatan sering kehabisan obat atau barang medik lainnya.

(Baca Juga: Bagaimana Cairkan Dana JHT BPJS Ketenagakerjaan? Ini Caranya)