Bursa Saham Global Melemah, Saatnya Genjot Investasi?

4 Instrumen Pasar Modal yang Wajib Diketahui Investor Pemula

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini mengalami pelemahan sejalan dengan koreksi yang terjadi pada indeks saham global dan Asia. Lantas, apakah ini saatnya menambah portofolio investasi saham Anda?

Pada akhir minggu lalu, IHSG tercatat turun 1,49 persen ke posisi 6.210,69 poin, dari 6.304,95 poin pada penutupan sepekan sebelumnya. Perubahan IHSG juga membuat nilai kapitalisasi pasar BEI di akhir pekan ini berkurang 1,5 persen menjadi Rp6.908,34 triliun dari Rp7.014,24 triliun pada posisi minggu lalu.

Namun, laju IHSG masih lebih baik dibandingkan indeks Dow Jones Amerika Serikat yang terkoreksi 3,96 persen, indeks Sensex 30 India yang terkoreksi 1,66 persen, Australia yang melemah 2,08 persen, dan indeks FT100 Inggris Raya yang menurun 3,70 persen.

Dari kawasan Asia, Strait Times Singapura minus 2,52 persen, KOSPI Korea Selatan turun 3,10 persen, Hang Seng Hong Kong yang melemah 3,79 persen, Nikkei 225 Jepang minus 4,88 persen, indeks SET Thailand juga melemah 1,32 persen. Hanya Indeks KLCI Malaysia yang ditutup positif selama sepekan terakhir dengan kenaikan 1,02 persen.

Di Indonesia, rata-rata nilai transaksi saham harian sepanjang pekan lalu mengalami penurunan 2,92 persen menjadi Rp8,64 triliun dari Rp8,90 triliun sepekan sebelumnya. Rata-rata volume transaksi saham harian pada pekan lalu mengalami kenaikan 1,13 persen menjadi 11,17 miliar unit saham dari 11,05 miliar unit saham pada pekan sebelumnya.

Selain itu, rata-rata frekuensi transaksi saham harian pada pekan lalu berubah 1,74 persen ke posisi 364,93 ribu kali transaksi, dari 371,39 ribu kali transaksi pada sepekan sebelumnya. Investor asing kembali mencatatkan aksi jual bersih di sepanjang pekan lalu dengan nilai Rp3,75 triliun. Sepanjang tahun ini investor asing telah membukukan jual bersih senilai Rp21,04 triliun.

Dalam dunia investasi saham, pelemahan indeks juga berarti penurunan harga saham di bursa efek. Hal itu dinilai bisa menjadi salah satu kesempatan untuk membeli saham karena harganya sudah murah.

(Baca juga: Yuk! Investasi Saat Rupiah Melemah)

Namun, yang perlu diwaspadai adalah, apakah pelemahan tersebut sudah mencapai dasarnya (bottom) atau belum. Jika belum mencapai bottom, maka ada kemungkinan harga saham bakal berlanjut turun. Hal itu bisa membuat saham yang Anda beli malah terus melemah.

Jika Anda tertarik untuk berinvestasi saham, maka harus bersiap dengan volatilitas harga yang tinggi dan agresif. Investasi saham adalah salah satu jenis aset dari profil investor yang agresif.

Namun jika profil risiko itu tidak sesuai dengan Anda, maka sebaiknya memilih yang cocok dan sesuai kebutuhan investasi. Berikut beberapa profil risiko investasi.

Konservatif

Profil risiko konservatif merupakan salah satu jenis toleransi risiko paling rendah dan dinilai paling aman. Jika Anda termasuk yang memilih profil konservatif, maka tidak terlalu menyukai volatilitas harga saham.

Dengan memilih profil konservatif, risiko kerugian Anda sangat kecil karena cenderung aman. Namun, dengan risiko yang kecil, imbal hasil yang Anda raup juga minim.

Anda yang memiliki profil risiko konservatif, sebagian besar portfolio Anda alokasikan pada pendapatan tetap seperti surat utang dan deposito yang cenderung aman. Kemudian sebagian kecil dari aset Anda bisa ditempatkan di saham.

Agresif

Profil ini cocok bagi Anda yang suka risiko yang besar, karena mengharapkan imbal hasil yang besar. Anda suka tantangan dan tidak takut dalam mengambil risiko. Profil ini sangat cocok bagi Anda yang masih muda, karena masih punya waktu yang banyak jika rencana investasi tidak berjalan sesuai rencana.

Profil risiko agresif mengalokasikan sebagian besar asetnya pada saham, sekitar 60 persen-80 persen. Namun, jika Anda masih baru dalam investasi saham, maka sebaiknya mempelajari dulu bagaimana karakter pasar modal dan seringlah berkonsultasi dengan manajer investasi Anda.

(Baca juga: Cek Perusahaan Tempat Bekerja Terbaik 2018 Versi LinkedIn)

Moderat

Profil risiko ini adalah yang berada di tengah-tengah atau sedang. Profil ini menunjukkan bahwa Anda memiliki karakter investasi yang ingin “main aman”, tetapi juga ingin mendapat imbal hasil yang lumayan.

Profil moderat ini mengadopsi unsur agresif dan konservatif dalam berinvestasi. Jadi, ketika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada investasi Anda, imbas negatif terhadap portfolio memang lebih tinggi dibanding yang konservatif, tetapi masih cenderung aman.

Namun ketika kondisi pasar sedang bagus, Anda mampu meraup imbal hasil yang masih cukup lumayan dibandingkan dengan profil konservatif. Anda bisa menempatkan 40 persen-50 persen aset pada saham dan selebihnya pada pendapatan tetap ataupun deposito.