Tak Cuma Elektronik, China Juga Buat Matahari KW!
3 menit membacaSebagai negara dengan populasi masyarakat terbesar di dunia, China menjadi salah satu negara yang diperhitungkan di dunia. Ya, dengan jumlah penduduk yang mencapai 1,41 miliar jiwa atau sekitar 18 persen dari total populasi dunia, China bisa dengan mudah mencari tenaga kerja yang murah untuk memajukan negerinya.

Maka tak heran, jika akhirnya China juga disebut-sebut sebagai pabriknya dunia. Hampir semua proses produksi dari berbagai macam industri di seluruh dunia ada di negeri tirai bambu tersebut.
Bagusnya, China tidak hanya terlena untuk memproduksi “barang orang lain”, hasil produksi dalam negerinya juga terus didorong masuk ke pasar global.
Jika dulu China hanya dikenal sebagai tempatnya duplikasi produk-produk canggih, sekarang wajah China sudah tidak seperti itu.
Negeri yang dipimpin oleh Xi Jinping itu sudah bertransformasi menjadi negara yang inovatif dan juga kreatif.
Sebut saja beberapa merek asal China yang sukses merebut hati masyarakat dunia dan menggoyang penetrasi merek-merek asal Eropa dan Amerika seperti Xiaomi, Huawei, Oppo, Vivo dan banyak merek dagang lainnya yang hilir mudik di perdagangan mikro dan internasional.
Karena kemampuannya itu, China bahkan diyakini mampu menjadi kekuatan ekonomi dunia baru. Dunia yang selama ini banyak diisi oleh negara-negara maju asal Eropa dan juga Amerika.
Keberhasilan China untuk merajai perdagangan internasional juga didorong oleh kebijakan moneternya.
Pemerintah disana menggunakan strategi yang cukup unik, yakni dengan menjaga harga ekspor tetap murah, caranya adalah dengan melemahkan nilai tukar Yuan, mata uang resmi China.
Karena dengan terjaganya harga ekspor, maka pengusaha-pengusaha yang ada didalam negerinya dapat dengan mudah mendistribusikan barang dagangannya ke belahan dunia manapun.
Saking kreatifnya China, sekarang fokus negara itu tidak hanya berkutat di sektor riil. China juga diketahui sudah merambah bisnis di sektor teknologi antariksa.
(Baca juga: Perang Dagang AS vs China Dimulai, Ini Dampak versi Bank Indonesia)
Bulan KW
Salah satu bentuk nyata bisnis China di sektor tersebut adalah adanya proyek untuk membuat bulan buatan atau artificial moon.
Proyek yang bakal dirilis pada tahun 2020 mendatang itu dimaksudkan untuk menggantikan penerangan konvensional yang saat ini masih menggunakan lampu jalan sebagai media penerangannya.
Proyek itu sebenarnya sudah dimulai sejak beberapa tahun kebelakang. Namun karena tingkat kesulitan dan juga tingginya hasil yang ingin dicapai, maka proyek yang juga dikenal sebagai satelit iluminasi itu baru akan diluncurkan di tahun depan.
Bulan imitasi itu digadang-gadang memiliki tingkat kecerahan 8 kali lebih terang dari bulan asli.
Karena sifatnya yang buatan, bulan milik China ini juga bisa dikontrol jangkauan pencahayaannya.
Kalau kamu berencana pergi ke China di tahun depan, mungkin kamu beruntung menyaksikan bulan buatan tersebut. Karena bulan buatan itu katanya dapat dilihat di seantero China.
Namun selidik punya selidik, ternyata China bukanlah negara pertama yang membuat rekayasa antariksa tersebut, Rusia juga pernah membuatnya.
Pada tahun 1990-an, Rusia sudah meluncurkan sistem pemantulan cahaya matahari ke bumi atau yang dikenal sebagai cermin ruang angkasa.
(Baca juga: Huawei-Vivo Gerogoti Pangsa Pasar Ponsel Samsung-iPhone di Awal 2019)
Matahari KW
Inovasi China tidak berhenti di proyek bulan imitasi saja, belakangan dikabarkan bahwa China juga tengah menggarap proyek untuk membuat matahari buatan. Bravo!
Proyek yang dinamakan Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST) itu siap bersinar pada tahun ini. Teknologi yang ada dalam proyek unik ini sama dengan fusi nuklir yang diguakan matahari dalam menghasilkan energi.
Plasma matahari milik China ini disusun dari electron dan juga ion. Soal suhu jangan ditanya, saat ini Tokamak diklaim sudah mampu mencapai suhu electron 100 juta derajat Celsius dalam plasma inti dan suhu ion yang mencapai 50 juta derajat Celsius.
Bahkan diinformasikan bahwa suhu ion yang ada di matahari palsu itu bisa mencapai 7 kali lebih panas dari suhu ion matahari asli.
Sebagai catatan, suhu di sekitar matahari mencapai 15 juta Celsius, jadi bisa ditebak panasnya suhu matahari buatan yang ada di China nanti kan?
Melalui proyek itu pula, China rasanya pantas untuk disejajarkan dengan negara Uni Eropa, Jepang, Amerika Serikat dan juga Rusia yang sudah lebih dulu mengenal teknologi fusi.
Nah kamu juga kalau mau maju teruslah melakukan inovasi. Jangan takut kehabisan modal, ajukan di CekAja.com untuk mendapatkan modal guna mewujudkan ide kreatifmu.